Kinerja Pengembalian Sintesis Kinerja PDB HTR

akad kredit, karena dana PDB HTR digunakan untuk kegiatan selain pembangunan HTR 7 .

3.4 Kinerja Pengembalian

Kinerja pengembalian belum dapat dievaluasi karena PDB HTR baru tersalur selama satu tahun dan belum jatuh tempo.

3.5 Sintesis Kinerja PDB HTR

Lambatnya penyaluran PDB HTR hakekatnya disebabkan karena panjangnya prosedur yang harus dilalui untuk memperoleh IUPHHK HTR sebagai salah satu syarat untuk memperoleh PDB HTR, dan lamanya waktu yang diperlukan untuk melakukan verifikasi lapangan serta verifikasi calon penerima PDB HTR. Selain itu rendahnya kinerja penyaluran PDB HTR akibat ditemukannya: 1 ketidaksesuaian antara IUPHHK HTR dengan areal pencadangan, 2 areal IUPHHK HTR yang tidak sesuai untuk pengembangan HTR, 3 adanya kecurigaan dari pemberi pinjaman atas motivasi calon penerima pinjaman, 4 administrasi pemohon yang tidak lengkap, dan 5 masih banyak revisi peraturan-perundangan dari Kementerian Kehutanan yang berkaitan dengan mekanisme penyaluran. Akibatnya banyak terjadi ketidaksesuaian antara dokumen yang diajukan oleh calon penerima pinjaman dengan kondisi lapangan menyebabkan terjadi penolakan atas penyaluran PDB HTR oleh BLU Pusat P2H. Ketidaksesuaian dokumen dengan kondisi lapangan merupakan fenomena tidak adanya koordinasi yang baik antar unit di bawah Kementerian Kehutanan, maupun dengan Pemerintah Daerah. Dalam hal ini pemberi pinjaman berupaya untuk memperkecil ketidaksepadanan informasi yang dimilikinya melalui verifikasi administrasi, kondisi lapangan dan calon penerima pinjaman. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk mengurangi perilaku ingkar janji dan salah pilih penerima pinjaman, namun upaya tersebut belum berhasil karena berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh internal BLU Pusat P2H ditemukan adanya perilaku ingkar janji dari penerima dana PDB HTR. Munculnya perilaku ingkar janji merupakan wujud ketidaksepadanan informasi yang dimiliki oleh pemberi dan penerima pinjaman. Hal ini sejalan 7 Wawancara dengan staf BLU Pusat P2H di Jakarta pada November 2011 dengan pendapat Eisenhardt 1989; Gibbons 2005 bahwa dalam suatu hubungan agensi, kedua pihak pemberi dan penerima pinjaman akan berupaya memaksimumkan utilitasnya dengan asas saling menguntungkan. Namun karena salah satu pihak khususnya penerima pinjaman menguasai informasi yang lebih baik, sehingga terdapat resiko atau kemungkinan perilaku oportunis salah satu pihak untuk tidak selalu bertindak guna kepentingan pihak lain. Situasi ini menimbulkan munculnya godaan bagi satu atau lebih pelaku khususnya penerima pinjaman untuk berperilaku menyimpang dalam rangka memaksimumkan kesejahteraan-nya sendiri. Faktanya pemberi pinjaman tidak pernah tahu dengan penerima pinjaman mana seharusnya hubungan agensi dilakukan 8. Pemberi pinjaman tidak dapat mengamati secara sempurna perilaku yang dilakukan oleh penerima pinjaman serta bagaimana isi kontrak seharusnya dibuat Maskin 2001. Solusinya adalah memformulasikan suatu mekanisme insentif berdasarkan ketersediaan dan keseimbangan informasi, manfaat dan nilai-nilai yang dimiliki oleh pemberi pinjaman dan penerima pinjaman. Insentif dapat mempengaruhi keputusan dan mengubah perilaku para pelaku ekonomi dengan menggunakan pertimbangan finansial atau non-finansial Prihadi 2010. Upaya menjamin penerima pinjaman melakukan tindakan optimal guna kepentingan pemberi pinjaman adalah tidak mungkin tanpa biaya, sedangkan konflik kepentingan antara pemberi pinjaman dan penerima pinjaman selalu terjadi. Mekanisme pemberian jasa dan pengawasan memerlukan biaya agensi atau agency costs Jensen dan Meckling 1986. Biaya agensi diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan para pelaku yang bekerjasama untuk mengawasi atau meyakinkan pelaku lainnya. BLU Pusat P2H didirikan untuk mendukung keberhasilan hutan tanaman melalui fasilitasi pembiayaan pembangunan Hutan tanaman yang dilakukan oleh masyarakat. Salah satu tujuan yang hendak dicapai oleh BLU Pusat P2H adalah mempercepat terealisasinya pelaksanaan pembiayaan pembangunan hutan tanaman yang tepat lokasi, tepat pelaku, tepat kegiatan, tepat penyaluran dan 8 Kesalahan memilih penerima pinjaman terindikasi sudah terjadi karena pemilihan Koperasi X dan Koperasi Y keduanya terbukti memiliki IUPHHK HTR yang lahannya bermasalah atau terjadi sengketa dengan penduduk yang sudah mengokupasi lahan, sehingga Kepala Bidang Analisa dan Evaluasi BLU Pusat P2H di Jakarta pada 17 Oktober 2011 menyatakan bahwa “HTR bukannya menjadi resoluasi konflik malah menambah konflik”. pengembalian PDB HTR. Tujuan BLU Pusat P2H tersebut belum tercapai. Indikasi tidak tercapainya tujuan BLU Pusat P2H adalah: 1. Tepat lokasi. BLU Pusat P2H belum tepat dalam memastikan lokasi penerima dana PDB HTR yang bebas dari konflik, hal ini dibuktikan oleh fakta bahwa penerima dana PDB HTR tahun 2010 yaitu Koperasi X dan Koperasi Y keduanya tidak bebas dari konflik penggunaan lahan dengan masyarakat yang sudah melakukan okupasi lahan terlebih dahulu, walaupun secara hukum koperasi tersebut pemegang hak yang sah sebagaimana yang tercantum dalam IUPHHK HTR. 2. Tepat pelaku. BLU Pusat P2H belum tepat dalam memilih pelaku atau penerima PDB HTR karena dari 2 koperasi yang sudah di pantau dan di evaluasi semuanya tidak terbebas dari konflik 9 sesuai dengan yang tercantum dalam Ketentuan Pinjaman PDB HTR angka 3 huruf e yang dikeluarkan oleh BLU Pusat P2H kepada calon peminjam sebelum akad kredit dilakukan, namun secara prinsip sudah disetujui, dengan demikian BLU Pusat P2H kurang tepat memilih penerima pinjaman PDB HTR 3. Tepat kegiatan. Dana PDB HTR yang disalurkan oleh BLU tidak digunakan untuk melakukan penananam oleh penerima PDB HTR melainkan digunakan untuk mengurus sengketa hukum dengan masyarakat yang ada di lokasi PDB HTR ketentuan pinjaman angka 8 huruf a, dengan demikian penerima pinjaman telah melakukan perilaku ingkar janji, dan 4. Tepat penyaluran dan pengembalian. Walaupun belum terbukti tentang kemampuan kedua koperasi atau penerima pinjaman dalam mengembalikan dana PDB HTR yang sudah tersalur, namun sudah terindikasi, paling tidak salah satu dari ke-2 penerima pinjaman tersebut akan kesulitan mengembalikan dana PDB HTR karena uang yang diterima pada tahap 1 tidak dipergunakan untuk melakukan penanaman seperti yang diatur dalam akad kredit melainkan untuk penggunaan lain seperti mengurus masalah hukum. 9 Surat dari Kepala Pusat BLU Pusat P2H untuk Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan, No S.489P2H-22011 tanggal 12 Agustus 2010

IV. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PDB HTR