Keberhasilan dalam Menentukan Lokal Agen Pembinaan Intensif Jumlah Pembina dan Pendamping yang Cukup

Pendamping PDB HTR yang dimaksud adalah penyuluh lapangan kehutanan, koperasi atau LSM, Tenaga Kerja Sarjana Terdidik TKST atau Tenaga Kerja Sosial TKS yang bertugas melakukan pendampingan yang bersifat teknis, penguatan kelembagaan dan usaha, yang ditunjuk oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk, memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pembangunan usaha HTR Pasal 1 angka 7 Permenhut no P.09Menhut-II2008. tentang persyaratan KTH untuk mendapatkan PDB HTR. Sejauh ini jumlah pendamping yang ada di KTH, khususnya KTH yang sudah melakukan akad kredit sebagai berikut Tabel 10. Menurut staf BRI pada bulan november 2012 dikatakan bahwa jumlah pendamping sebaiknya terdiri 1 advisor dengan 2-3 orang fasilitator setiap 60 penerima pinjaman. Akan tetapi penerima pinjaman dimaksud disini tidak mencakup pemeriksaan fisik seperti HTR, jadi terbatas pada pinjaman konsumtif dan usaha biasa. Tabel 10 Jumlah pendamping dan luas areal No Kabupaten Pendamping Akad kredit Status Jumlah orang Jumlah izin Luas Ha Rp 1 Tebo PNS Dinas Kehutanan 5 1 300 2.559.570 2 Madina PNS Dinas Kehutanan PNS Diskop Masyarakat 1 1 1 1 300 2.559.570 3 Minahasa Utara PNS Dinas Kehutanan 13 93 1.451 9.769.878.690 4 Minahasa Selatan PNS Dinas Kehutanan 9 112 1.371 11.722.830.600 5 Halmahera Selatan PNS Diskop Penyuluh 1 1 1 300 2.559.570 6 Dompu PNS Dinas Kehutanan PNS Diskop PTT Dinas Kehutanan 1 1 1 1 300 2.559.570 7 Polman LP3L LPPH Penyuluh 1 1 5 44 410 3.498.079.000 Jumlah total 42 253 4.129 35.229.068.290 Sumber: BLU Pusat P2H per 7 Oktober 2011 Pendamping pada Tabel 10 diatas tidak dibentuk secara khusus untuk mendampingi PDB HTR tetapi juga untuk pendampingan kegiatan lain yang dibebankan dalam TUPOKSI Tugas Pokok dan Fungsi. Organisasi BLU Pusat P2H belum memenuhi faktor-faktor yang menunjang keberhasilan kinerja, hal ini karena tidak adanya perwakilan organisasi BLU Pusat P2H di tingkat tapak yang menyebabkan tingginya ketidaksepadanan informasi antara pemberi dan penerima pinjaman, yang menyebabkan tingginya resiko salah pilih dan ingkar janji. Kapasitas SDM BLU Pusat P2H belum cukup untuk melakukan pembinaan secara intensif 21 -selain juga karena biaya transaksi yang tinggi-sementara Dinas Kehutanan khususnya penyuluh kehutanan di lapangan belum berperan sebagaimana fungsinya karena kapasitas dan jumlahnya yang kurang memadai bila dibandingkan dengan beban kerja yang menjadi tanggung-jawabnya.

4.4 Persepsi Para Pihak terhadap PDB HTR

Persepsi dari para pihak terhadap PDB HTR perlu untuk diketahui. Karena persepsi adalah proses yang digunakan oleh seorang individu untuk memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan informasi yang di peroleh untuk menciptakan gambaran sesuatu yang memiliki arti Kotler 1999, dan persepsi tersebut akan mempengaruhi perilaku individu tersebut Mulyana 2004. Selain itu dengan mengetahui persepsi, kita dapat mengetahui bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti. Persepsi yang dikaji meliputi persepsi petani dan para pihak diluar petani terhadap terhadap program PDB HTR dan PUAP.

4.4.1 Persepsi Petani terhadap PDB HTR

Persepsi petani yang dikaji ada kaitannya dengan aturan main yang tercantum dalam peraturan dan keputusan tentang PDB HTR. tetapi petani tidak 21 Total tenaga kerja di BLU adalah 25 orang PNS dengan beragam keahlian lampiran 7, seperti: tenaga kerja kehutanan 9 orang, akutansi 5 orang, keuangan 4 orang, administrasi 1 orang, hukum 4 orang, informatika 1 orang, dan lingkungan 1 orang. mengetahui bentuk pertanyaan trsebut adalah isi dari peraturan dan ketetapan tentang PDB HTR. Hasil wawancara mendalam mengenai persepsi responden petani secara ringkas dijelaskan pada Tabel 11 sebagai berikut: Tabel 11 Surat Keputusan dan persepsi petani Surat Keputusan dan atau aspek Persepsi petani Riau Kalimantan Selatan Permenhut P.09Menhut-II2008 pasal 2 mengenai jumlah anggota Kelompok 26,32 5 orang 21 2-5 orang 92,86 tidak tahu Peraturan Kepala Pusat P2H P0.1Pusat P2H- 12008 pasal 4 ayat 1 c mengenai kewajiban adanya aturan Kelompok 36 ada jaminan 32 sanksidenda 50 jangka waktu pinjaman SKB Menkeu dan Menhut, No. 06.1PMK.012007 dan SKB.2Menhut- II2007 Psal 11 ayat 2 ttg tanggung renteng 55 Mau 33 tidak mau 67 mauefektif Peraturan Kepala Pusat P2H P0.1Pusat P2H- 12008 pasal 14 ayat 5 tentang sanksi 55 jaminan Dijual, 20 denda 66 denda Permenhut P.09Menhut-II2008, pasal 2 huruf a tentang luas lahan minimum 8 ha 62,79 max 2 ha 71,43 max 2 ha Peraturan Kepala Pusat P2H P0.1Pusat P2H- 12008 Pasal 11 ayat 5 tentang Jaminan pinjaman 68 tidak mau 68 mau PKB Menteri Keuangan dan Menteri kehutanan No. 06.1PMK.012007 danSKB.2Menhut-II2007 Pasal 14 ayat 1 tentang kewajiban pembuatan laporan 79 mau 79 mau Peraturan Kepala Pusat P2H P0.1Pusat P2H- 12008 pasal 14 ayat 1 ttg pengembalian pinjaman 36 bulanan 68 yarnen Peraturan Kepala Pusat Kepala Pusat P2H P0.1Pusat P2H-12008 pasal 13 ayat 1 ttg tujuan pemberian peminjaman 53 mengelola lahan 96 untuk modal Permenhut P.09Menhut-II2008, pasal 2 huruf c, dan pasal 4, penyuluhan PDB HTR 89 belum mendengar 100 belum pernah Kemitraan 84 belum pernah 75 pernah Kendala bermitra 84 tidak tahu 64 ada Insentif yang diharapkan jika pengembalian lancar 26 hadiah barang, lainnya terserah 71 Tidak tahu Tata cara pinjam di lembaga keuangan formal 74 tidak tahu 71 tidak tahu Sumber: Analisis data primer Dari Tabel 11 diatas dapat diketahui bahwa: 1 responden di Propinsi Kalimantan Selatan sebagian besar tidak tahu jumlah anggota kelompok yang mereka inginkan, sedangkan responden di Propinsi Riau memilih lebih dari 5 orang 26, dan 21-nya memilih kurang dari 5 orang dengan alasan lebih mudah dikelola. Responden menginginkan anggota kelompok tersebut harus baik, jujur, dan bertanggung-jawab, 2 aturan dalam kelompok yang wajib ada didominasi oleh jawaban adanya jaminan, dan adanya denda supaya anggota kelompok lebih bertanggung-jawab, 3 dominasi responden mau melakukan tanggung renteng, 4 sanksi atau denda yang mereka inginkan adalah jaminan dijual untuk membayar tunggakan atau didenda. Sedangkan penghargaan reward yang ingin mereka dapatkan jika mereka lancar membayar, dominasi responden menjawab tidak tahu dan terserah kepada kebijakan pemberi pinjaman, 5 luas lahan maksimum yang dapat mereka kelola adalah 2 Ha, hal ini karena responden merasa tidak sanggup mengelola areal yang sangat luas karena sumber daya yang mereka miliki terbatas, sedangkan yang merasa mampu lebih dari 5 Ha adalah pejabat desa atau orang terpandang di desa tersebut yang secara finansial tidak kekurangan karena tujuan peminjaman adalah untuk investasi dan bukan untuk tujuan konsumsi, sementara ketentuan luas minimum untuk memperoleh PDB HTR adalah 8 Ha, hal ini tidak sesuai dengan persepsi dan kemampuan responden petani, 6 mengenai keharusan adanya laporan, dominasi responden menyatakan bersedia walaupun mereka tidak tahu jenis laporan yang harus dibuat dan kemana laporan tersebut harus diserahkan, 7 dominasi responden di Riau menginginkan pengembalian pinjaman bulanan sedangkan sisanya setelah panen, sedangkan di Propinsi Kalimantan Selatan sebagian besar responden menginginkan pembayaran setelah panen, hal ini sesuai dengan ketentuan PDB HTR, 8 sosialisasi PDB HTR belum sampai ke responden petani, sehingga hampir 100 petani belum tahu dan paham mengenai PDB HTR, 9 berkaitan dengan kemitraan, responden petani di Propinsi Riau tidak pernah bermitra sedangkan di Propinsi Kalimantan Selatan dominasi responden menyatakan pernah bermitra, dan 10 dominasi responden tidak memiliki pengetahuan tentang tata cara peminjaman di lembaga keuangan formal, sehingga jika aturan main PDB HTR diterapkan bisa dipastikan bahwa PDB HTR tersebut bukan untuk petani miskin salah pilih penerima PDB HTR.