Simpulan SKEMA PENDANAAN OPTIMAL

VII . SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

1. Kinerja kelembagaan PDB HTR menunjukkan hasil yang buruk. Kinerja tersebut ditandai dengan rendahnya realiasasi penyaluran dana PDB HTR, dan realisasi luas yang sangat jauh dari target yang ditetapkan, yaitu rata- rata realisasi dibandingkan dengan target kurang dari 1 . Tujuan BLU Pusat P2H yaitu tepat lokasi, tepat pelaku, tepat kegiatan, dan tepat penyaluran belum tercapai. 2. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi buruknya kinerja PDB HTR, yaitu: pertama, faktor karakteristik, yang meliputi: a karakteristik pinjaman seperti tingginya resiko kredit, dan pinjaman cukup besar, b karakteristik petani seperti beragamnya karakteristik peminjam, rendahnya pengalaman kredit investasi di bidang hutan tanaman, kapasitas rendah, dan c karakteristik usaha seperti jenis lahan yang beragam baik lokasi maupun kesuburan, dan d Karakteristik informasi pasar kayu rendah. Kedua, aturan main, yakni aturan main belum mendukung ke arah pencapaian kinerja baik aturan main yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan PDB HTR. Aturan main tersebut relatif rumit untuk petani yang tergabung dalam KTH, baik aturan main untuk memperoleh IUPHHK HTR maupun PDB HTR, termasuk belum tepatnya waktu penyaluran dan jumlah pinjaman dengan karakteristik penerima pinjaman. Ketiga, organisasi, yakni tidak adanya organisasi di level tapak, rendahnya kewenangan yang dimiliki oleh BLU Pusat P2H sebagai organisasi pengelola PDB HTR di tingkat pusat dan belum cukupnya kapasitas SDM yang dimilikinya, menyebabkan BLU Pusat P2H kesulitan dalam menentukan karakter penerima pinjaman, melakukan sosialisasi, pembinaan, pendampingan dan pengawasan. Dalam situasi ini risiko yang biasa terjadi dalam hubungan agensi akan meningkat. Keempat, persepsi dan perilaku dari petani dan para pihak. Petani umumnya belum tahu mengenai PDB HTR, dan perilaku petani umumnya tidak sesuai dengan aturan main yang terdapat pada PDB HTR seperti kemampuan pengelolaan areal, administrasi dan keuangan yang tidak sesuai dengan karakteristik PDB HTR. Persepsi para pihak diluar petani umumnya pesimistis terhadap keberhasilan PDB HTR jika tidak ada perubahan aturan main dan organisasi pengelolanya. 3. Perbandingan kelembagaan PDB HTR dengan KUK DAS dan KUHR memberikan hasil yang relatif sama, dimana faktor yang menunjang keberhasilan pinjaman belum diakomodir dalam kebijakan PDB HTR. Diskursus yang digunakan untuk PDB HTR adalah diskursus pesanan dari pemerintah state endangered order tanpa memperhatikan karakteristik atau situasi petani sebagai subyek pembangunan HTR pembangunan tanpa subyek. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh Kementerian Kehutanan menunjukkan bahwa pelaksanaan KUK DAS dan KUHR banyak mengalami hambatan sehingga kinerjanya buruk. Oleh karena itu PDB HTR diperkirakan akan menghasilkan kinerja yang sama dengan KUK DAS dan KUHR. Hasil perbandingan kelembagaan antara PDB HTR dan PUAP menunjukkan bahwa faktor penentu keberhasilan kinerja pinjaman telah diakomodir dalam aturan main PUAP dan Gapoktan. Organisasi di tingkat tapak desa sebagai pengelola dana PUAP telah ada dalam bentuk Gapoktan dan LKM di bawah Gapoktan, serta keberadaan Gapoktan telah didukung oleh para pihak dengan komitmen penuh. Kelembagaan PUAP telah mampu membuat informasi antar pelaku menjadi sepadan yang implikasinya mampu menurunkan biaya transaksi, ingkar janji dan salah pilih penerima pinjaman 4. Skema pendanaan optimal untuk pembangunan HTR berdasarkan insentif pemungkin adalah skema pendanaan PDB HTR yang bergulir di level masyarakat. Faktor yang harus diperhatikan adalah kepastian hak atas lahan dan pemerintah sebagai pemegang kekuasaan memiliki kapasitas untuk memastikan hak tersebut, sehingga petani sebagai pemegang IUPHHK HTR dan penerima PDB HTR merasa terjamin keamanan usahanya. Skema pendanaan berdasarkan insentif variabel adalah sesuai dengan kebutuhan petani. Aktor yang paling berpengaruh pada skema pendanaan berdasarkan insentif variabel ini adalah masyarakat yang telah didorong kemandiriannya melalui pendampingan dan pembinaan intensif serta kontinyu. 5. Kelembagaan PDB yang efektif dan efisien sesuai dengan kondisi lapangan yang bervariasi dapat tercapai apabila karakteristik, persepsi, dan perilaku penerima pinjaman telah diadopsi dalam aturan main dan organisasi pengelola dana pinjaman untuk PDB telah ada di level tapak. Jika kelembagaan PDB HTR optimal sudah terwujud maka tingginya risiko ingkar janji, salah pilih penerima pinjaman dan biaya transaksi dapat dikurangi.

7.2 Saran