No Aspek Persepsi dan Perilaku Anggota Gapoktan
terhadap Pinjaman PUAP 21
Kunjungan pemda, camat, kades, ketua gapoktan, dan
penyuluh Dominasi menjawab ya
22 Kemampuan penyuluh
Dominasi responden menjawab sedang dan tinggi, di mana penyuluh mampu memahami
keadaan masyarakat, mampu memotivasi, menjadi mediator dengan pedagang, menjadi
penghubung dengan instansidinas terkait
Sumber: Analisis data primer Dari Tabel 12 diatas dapat diketahui bahwa persepsi dan perilaku
responden PUAP umumnya positif. Penerima pinjaman ikut serta dalam menentukan prosedur peminjaman sehingga prosedur antara satu Gapoktan
dengan Gapoktan lain berlainan. Prosedur peminjaman yang dibuat sesuai dengan karakteristik dan persepsi anggota Gapoktan. Besarnya bunga
disesuaikan dengan kesepakatan antar anggota, dan besarnya pinjaman disesuaikan dengan kebutuhan penerima pinjaman sehingga bukan berdasarkan
perhitungan jumlah pinjaman per Ha dikalikan dengan luas minimum. Tidak ada biaya yang ditanggung oleh penerima pinjaman pada saat melakukan akad kredit,
pinjaman yang dikeluarkan hanya berupa materai, sedangkan PDB HTR selain biaya provisi, administrasi, dan notaris juga sudah mengeluarkan dana untuk
mengurus perizinan areal yang akan mereka kelola. Petani di PUAP diperkenankan untuk meminjam lebih dari satu kali selama dananya mencukupi
sedangkan di PDB HTR, penerima pinjaman hanya diperkenankan untuk meminjam satu kali setelah itu diharapkan penerima pinjaman sudah mandiri.
Adanya sarana dan prasana yang mendukung turut menunjang keberhasilan PUAP, dan komitmen yang tinggi dari para pihak untuk meningkatakan kapasitas
petani dan melakukan pendampingan serta pengawasan, berkontribusi sangat tinggi terhadap keberhasilan PUAP pemda, camat, kepala desa, penyuluh dan
pengurus.
5.5.5 Masalah yang dihadapi dalam PUAP
Salah pilih penerima pinjaman khususnya yang dilakukan pada level pusat yaitu Kementerian Pertanian yang menunjuk Gapoktan yang sudah bubar, atau
Gapoktan yang bermasalah hanya karena rekomendasi dari anggota legislatif. Tabel 12 lanjutan
Walaupun demikian dana tersebut tidak sampai tersalur karena pihak BP4K tidak bersedia melakukan pemberkasan untuk Gapoktan yang bermasalah. Usulan
Gapoktan penerima PUAP adalah berdasarkan usulan dari Dinas Pertanian, BP4K dan aspirasi masyarakat biasanya oleh anggota DPR. Namun salah pilih
penerima pinjaman hampir tidak terjadi di level bawah.
Ingkar janji yang terjadi di level tapak atau Gapoktan adalah: 1 penerima pinjaman tidak mau bayar bukan karena gagal panen tetapi karena pola pikir
bahwa dana PUAP merupakan dana hibah sehingga tidak perlu dikembalikan, dan 2 penyuluh ikut meminjam dana PUAP. Pada kondisi ini ketua Gapoktan
sangat berperan untuk memaksa penerima pinjaman untuk membayar, misalnya melalui pengumuman di mesjid, atau didatangi ke rumahnya, sejauh ini cara
tersebut cukup efektif karena penerima pinjaman yang bersangkutan merasa malu sehingga akhirnya membayar. Jika ketua dan pengurus Gapoktan tidak mampu
menagih kepada penerima pinjaman PUAP maka penyuluh, staf desa, staf kecamatan, dan tim teknis kabupaten dan propinsi turun tangan melakukan
pendekatan kepada masyarakat yang bermasalah, jika masih tidak bisa juga maka diserahkan kepada hukum yang berlaku kejaksaan, kepolisian-walaupun hal ini
belum terjadi. Hal yang mengikat Gapoktan adalah sebelum menerima dana PUAP, Gapoktan menandatangani fakta integritas berkaitan dengan dana PUAP
yang isinya menyatakan bahwa dana tersebut akan dipergunakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan jika terjadi pelanggaran atau ingkar janji maka
bersedia untuk diajukan di muka pengadilan.
Jika penerima pinjaman melakukan ingkar janji maka sanksi sosial berlaku, jika seluruh Gapoktan melakukan ingkar janji, maka Gapoktan tersebut
akan dicatat oleh Kementerian Pertanian sebagai Gapoktan bermasalah walaupun masih berpotensi untuk menerima bantuan dari kementerian lain seperti
Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan penerima pinjaman PUAP dapat diketahui bahwa organisasi PUAP telah mengembangkan dan melaksanakan
prinsip-prinsip pengembangan organisasi sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan organisasi yang dipaparkan oleh Nugroho 2010 yaitu: 1
kesederhanaan prosedur, 2 keterjangkauan, 3 kesesuaian, 4 kelayakan, 5
keberlanjutan, 6 keterbukaan, 7 keterawasan, 8 pendampingan, dan 9 pembelajaran sebagai catatan Kementan selalu mengubah pedoman umum satu
tahun satu kali sesuai hasil evaluasi dan saran dari tim teknis dan pengarah pada tiap level dari level desa sampai propinsi. Hasil perbandingan PUAP dengan
PDB HTR dari sisi prinsip-prinsip pengembangan organisasi secara lengkap dalam Lampiran 12.
Walaupun PUAP masih memiliki kelemahan khususnya dalam mengurangi salah pilih penerima pinjaman pada level pemerintah pusat namun
secara keseluruhan Kementerian Pertanian telah mengakomodir karakteristik dan persepsi masyarakat sehingga mampu meminimalkan masalah yang sering
ditemui pada hubungan pemberi pinjaman dan penerima pinjaman, yaitu salah pilih penerima pinjaman dan ingkar janji serta mampu memperkecil biaya
transaksi khususnya pada hubungan di level tapak Gapoktan per desa.
5.6 Perbandingan PDB HTR dengan PUAP