Evaluasi Kinerja KINERJA PDB HTR

informasi yang sepadan antara pemberi pinjaman dan penerima pinjaman telah menimbulkan biaya transaksi tinggi.

3.3 Evaluasi Kinerja

Terdapat beberapa indikator keberhasilan kinerja debitur BLU Pusat P2H dalam membangun HTR yang dibiayai dengan pinjaman PDB HTR, yaitu: 1 dapat mengembalikan PDB HTR secara tepat waktu dan jumlah, 2 dapat membangun HTR rotasi berikutnya, 3 memenuhi kewajiban kewajiban administratif iuran kelompok maupun kewajiban terhadap negara, dan 4 memperoleh keuntungan yang wajar BLU Pusat P2H 2011. Metode evaluasi penerima pinjaman sampai saat ini masih diperdebatkan. BLU Pusat P2H telah mengupayakan beberapa cara untuk menemukan metode evaluasi yang paling efektif prosesnya akuntabel, transparan, hasilnya akurat sebagai dasar pengambilan keputusan dan efisien prosesnya reatif mudah, murah, cepat, termasuk melakukan lokakarya workshop tanggal 15 sampai 16 September di Yogyakarta dengan beberapa narasumber, dan penggunaan konsultan. Namun semua upaya tersebut belum menemukan titik temu 6 . Metode evaluasi menggunakan sampel baik sampel KTH maupun areal evaluasi, banyak ditentang oleh para pakar, hal ini mengingat kinerja penerima pinjaman tidak bisa disamakan antara satu penerima pinjaman dengan penerima pinjaman yang lain sehingga perlu sensus, sementara biaya untuk melakukan sensus sangat tinggi dan waktu yang dibutuhkan sangat lama. Terdapat beberapa kelemahan metode penarikan contoh sampling untuk metode evaluasi kinerja penerima pinjaman menurut Nugroho 2011 b, yaitu: 1 informasi yang diperoleh adalah rata-rata populasi, sementara akad kredit dilakukan individual, 2 kinerja rata-rata tidak dapat digunakan sebagai bahan evaluasi kelanjutan pinjaman yang dilakukan secara individual, 3 gagal bayar terkait dengan kemampuan, motivasi, kejujuran, dan lain-lain tidak dapat dirata-ratakan Metoda evaluasi yang tepat perlu ditemukan untuk mengurangi ketidak- sepadanan informasi antara penerima dan pemberi pinjaman sehingga resiko ingkar janji dapat dikurangi. Pada umumnya pihak penerima pinjaman menguasai 6 Kepala Sub Bidang Evalusi Pinjaman BLU Pusat P2H di Jakarta pada September 2011. informasi tentang keragaan work effort, keinginan-keinginan preferences dan motivasi motives yang ada pada dirinya, sedangkan informasi tentang keragaan, keinginan dan motivasi penerima pinjaman yang dimiliki oleh pemberi pinjaman umumnya sangat terbatas Nugroho 2011a sehingga diperlukan metode evaluasi yang sesuai dengan karakteristik PDB HTR. BLU Pusat P2H 2011 menyatakan bahwa metode evaluasi kinerja debitur terbentur dengan karakteristik lapangan HTR, yaitu: 1 belum dilakukan pengukuranpemetaan areal kerja IUPHHK HTR belum diketahui batas areal kerja dan petak, kondisi penutupan lahan land cover, penanaman dengan pola pengkayaan tanaman tersebar tidak teratur, 3 khusus KTH: a petak tanaman tersebar, b penanaman per debitur kecil 1 sampai 2 Ha, dan c jumlah debitur banyak, 4 tenaga evaluator BLU Pusat P2H terbatas, tidak ada perwakilan di lapangan, dan 5 lokasi areal HTR tersebar dan agak sulit dijangkau. Rancangan metode evaluasi yang dibuat oleh BLU Pusat P2H dalam lokakarya tersebut adalah sebagai berikut: 1 masalah kelembagaan meliputi: a adanya pertemuan atau rapat anggota atau rapat pengurus, b adanya rencana kerja KTH, c adanya surat kesepakatan antara penggarap lahan dengan pemegang IUPHHK HTR dalam hal pengelolaan HTR, d kepemilikan fotocopy struktur organisasi, dan e memiliki buku besar, neraca, neraca harian dan lain- lain untuk pelaporan, 2 manajemen pembangunan HTR yang meliputi: a adanya gubuk kerja permanen, b adanya kegiatan terkait pembangunan HTR saat dilakukan evaluasi, c adanya persemaian tanaman HTR untuk KTH, d pembangunan HTR dilakukan oleh sebagian besar anggota KTH, dan e adanya pemetaan partisipatif areal kerja seperti adanya pal batas IUPHHK HTR masing- masing anggota, 3 tingkat keberhasilan tanaman dibagi menjadi kategori baik, cukup, sedang, dan sangat kurang. Angka yang menjadi tolok ukur tingkat keberhasilan masih diperdebatkan. Bobot nilai antara masalah kelembagaan, manajemen pembangunan HTR, dan tingkat keberhasilan tanaman adalah 10:10:80. Menurut Nugroho 2011 b, evaluasi kinerja penerima pinjaman PDB HTR harus mencakup beberapa hal sehingga resiko ingkar janji dan gagal bayar dapat dikurangi, yaitu: 1 evaluasi penggunaan PDB HTR meliputi tanda terima pinjaman dan bukti fisik kegiatan kecocokan antara komponen biaya dengan aktifitas di lapangan, 2 prospek pengembalian dilihat dari sudut hutan tanaman yang dibangun dengan dana PDB HTR, 3 tanaman lain yang dapat menunjang pengembalian pinjaman, 4 pengelolaan dana PDB HTR secara hati-hati oleh penerima pinjaman, 5 dukungan kelembagaan PDB HTR yang dibangun oleh KTH dan koperasi dalam pengembalian pinjaman secara tepat waktu dan jumlah, 6 kebijakan peraturan pemerintah pusat dan daerah yang memperkuat atau melemahkan kemampuan pengembalian oleh penerima pinjaman, dan 7 identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mendukung pengembalian PDB HTR. Namun metoda evaluasi menurut Nugroho 2011b paling tidak harus mencakup 2 hal yaitu evaluasi terhadap proses dan output, dengan maksud: 1 penilaian terhadap proses dimaksudkan sebagai bahan untuk perbaikan dan pembinaan, mengambil langkah langkah penjadwalan ulang, menjawab persoalan pemberi dan penerima pinjaman, dan 2 penilaian terhadap output sebagai bahan untuk penetapan bentuk sanksi punishment. Meskipun bentuk evaluasi kinerja penerima pinjaman masih diperdebatkan, namun evaluasi tahun pertama untuk mengukur kinerja 2 koperasi yaitu: Koperasi X dan Koperasi Y telah dilakukan dengan menggunakan metoda penarikan contoh sampling. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh BLU Pusat P2H menunjukkan bahwa Koperasi X belum melakukan penananam, dana PDB HTR yang diterima untuk 24 Ha dipergunakan untuk mengurus masalah hukum pada areal IUPHHK HTR miliknya sehingga Koperasi X tidak berhak untuk memperoleh dana PDB HTR tahun ke-2 dan tahun pertama untuk blok berikutnya karena adanya ingkar terhadap kewajiban yang harus dilaksanakan yaitu penanaman. Sedangkan hasil evaluasi untuk Koperasi Y menunjukkan bahwa pada bulan November 201I hampir satu tahun setelah telah dilakukan akad kredit baru dilakukan penanaman untuk 30 Ha, sedangkan 20 Ha sisanya belum ada aktivitas pembangunan HTR, sehingga Koperasi Y memperoleh dana PDB HTR tahun ke-2 untuk 30 Ha, sedangkan 20 Ha sisanya tidak dibiayai. Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa telah terjadi ingkar janji dari penerima PDB HTR terhadap ketentuan dalam kesepakatan pinjaman offering letter dan akad kredit, karena dana PDB HTR digunakan untuk kegiatan selain pembangunan HTR 7 .

3.4 Kinerja Pengembalian