Pengembangan HTI Dengan Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat

24

2.2. Pengembangan HTI Dengan Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat

Pengusahaan Hutan Tanaman Industri diatur di dalam Pasal 1 Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1967 dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1990 sertat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 228Kpts-II1990 tentang Tata Cara dan Persyaratan Permohonan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri. Dasar pemikiran dikeluarkannya peraturan tentang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri, adalah karena: 1 menurunnya potensi hutan alam yang disebabkan antara lain oleh luasan hutan yang makin berkurang, kerusakan hutan akibat kebakaran, dan sebab lainnya, dan 2 hutan alam tidak dapat diandalkan sebagai pemasok bahan baku jangka panjang sehingga potensi dan produktivitasnya perlu ditingkatkan. Pembangunan hutan tanaman industri, bertujuan untuk: 1 meningkatkan produktivitas kawasan hutan yang kurang produktif, 2 mendukung industri hasil hutan dalam negeri guna meningkatkan nilai tambah dan devisa, 3 melestarikan lingkungan hidup melalui konservasi hutan, dan 4 memperluas lapangan kerja dan berusaha. Ada tiga prinsip yang harus diperhatikan dalam mengelola hutan tanaman industri: 1 kelestarian lingkungan hidup, 2 sumber daya alamiah, dan 3 prinsip ekonomi. Ketiga prinsip itu harus diperhatikan secara saksama oleh pemegang izin Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri dalam mengelola kawasan hutan. Hutan Tanaman industri merupakan hutan tanaman yang dikelola dan diusahakan oleh suatu organisasi atau perusahaan dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi untuk memenuhi kebutuhan bahan baku 25 industri hasil hutan berdasarkan azas manfaat yang lestari dan azas ekonomi yang efisien dengan menerapkan sistim silvikultur intensif Departemen Kehutanan, 1990. Menurut Alrasjid 1984, kebijaksanaan pembangunan hutan tanaman industri umumnya diarahkan pada 4 tujuan pokok, yaitu : 1. memenuhi kebutuhan industri, antara lain berupa pulp untuk bahan baku kertas, kayu gergajian, panel dan sebagainya, 2. memenuhi tuntutan perlindungan, antara lain untuk kebutuhan hidro-orologi, 3. memenuhi kebutuhan energi, dan meningkatkan pendapatan dan kebutuhan masyarakat terutama yang ada di sekitar areal pembangunan hutan tanaman industri. Tujuan pemerintah dalam pembangunan HTI diharapkan secara bertahap akan mengubah lahan kritis menjadi produktif dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara langsung pembangunan HTI akan mengubah penyerapan tenaga kerja yang sebelumnya bekerja untuk illegal logging menjadi tenaga pembangunan HTI Departemen Kehutanan, 1996. Keberhasilan pembangunan HTI diharapkan akan mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, serta penerimaan devisa negara. Selain itu, HTI akan membangkitkan kembali pembangunan ekonomi, karena membuka peluang bagi peningkatan investasi asing dan domestik, penyerapan tenaga kerja, penyediaan lapangan usaha, terjaminnya bahan baku industri, serta meningkatkan nilai ekspor yang berdampak terhadap perolehan devisa negara. Keberhasilan ini akan mendorong banyak aspek terkait yang berdampak pada pembangunan ekonomi nasional secara menyeluruh Barr, 2001. 26 Pengelolaan HTI berbasis masyarakat atau Community Based Forest Management CBFM merupakan salah satu pendekatan pengelolaan sumberdaya hutan yang meletakkan pengetahuan dan kesadaran lingkungan masyarakat lokal sebagai dasar pengelolaan Darmawan dkk., 2004. Menurut Suharjito et al. 2000 pengelolaan hutan berbasis masyarakat adalah sistem pengelolaan hutan yang dilakukan oleh individu atau kelompok suatu komunitas, pada lahan negara, lahan komunal, lahan adat atau lahan milik perusahaan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan masyarakat, serta diusahakan secara komersial ataupun subsisten. Sementara itu, Carter 1996 memberikan definisi pengelolaan sumberdaya berbasis masyarakat yaitu, suatu strategi untuk mencapai pembangunan yang berpusat pada manusia. Pusat pengambilan keputusan mengenai pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan di suatu daerah terletakberada di tangan organisasi-organisasi dalam masyarakat di daerah tersebut. Beberapa kelebihan model pengelolaan hutan berbasis masyarakat antara lain: 1. Mampu mendorong pemerataan dalam pengelolaan sumber daya alam, 2. Mampu merefleksikan kebutuhan masyarakat yang spesifik, 3. Mampu meningkatkan manfaat lokal bagi seluruh anggota masyarakat, 4. Mampu meningkatkan efisiensi secara ekonomi dan ekologi, 5. Responsif dan adaptif terhadap variasi kondisi sosial dan lingkungan lokal, 6. Masyarakal lokal termotivasi untuk mengelola sumberdaya alam secara berkelanjutan. 27 Keberhasilan pembangunan HTI diharapkan akan mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, serta penerimaan devisa negara. Selain itu, HTI akan membangkitkan kembali pembangunan ekonomi, karena membuka peluang bagi peningkatan investasi asing dan domestik,penyerapan tenaga kerja, penyediaan lapangan usaha, terjaminnya bahan baku industri, serta meningkatkan nilai ekspor yang berdampak terhadap perolehan devisa negara. Keberhasilan ini akan mendorong banyak aspek terkait yang berdampak pada pembangunan ekonomi nasional secara menyeluruh. Sebagai ilustrasi dapat digambarkan bahwa sampai dengan tahun 2007 pembangunan HTI di Indonesia telah mencapai 254 unit dengan luas 3.57 juta hektar. Pada tahun 2006 nilai investasi HTI sebesar US 3 milyar nilai perolehan tidak termasuk nilai standingstock tegakan, menyerap 135 ribu tenaga kerja dan mendukung 7 unit industri pulp dan kertas. Nilai investasi pulp dan kertas sebesar US 16 milyar dengan kapasitas produksi sekitar 8.5 juta tontahun peringkat 12 besar dunia dan menyerap tenaga kerja 178 600 orang, dengan penerimaan devisa negara dari pulp dan paper sekitar US 6 milyar per tahun Barr, 2001 Keberhasilan yang diharapkan jika tidak diikuti dengan pengelolaan yang baik akan menyebabkan kerugian ekonomi yang besar. Penebangan liar, pengelolaan konsesi hutan yang sangat buruk, konversi hutan menjadi perkebunan, dan kebakaran hutan setiap tahun membuat hutan tropis Indonesia kian menyusut, komunitas-komunitas yang bergantung pada hutan dengan cepat kehilangan sumber daya alam masa depannya Global Forest Watch , 2002. Biaya sosial, finansial dan lingkungan yang ditimbulkannya amat besar. Penebangan liar telah mengakibatkan negara kehilangan pendapatan sedikitnya 28 sebesar US 15 milyar setahunnya, dan hilangnya hutan langsung mempengaruhi mata pencaharian lebih dari satu milyar penduduk di negara berkembang yang hidup dalam kemiskinan yang parah. Hilangnya hutan juga diikuti oleh maraknya kebakaran, tanah longsor, dan banjir yang mengambil nyawa ribuan orang. Penebangan liar juga telah mengancam eksistensi banyak spesies yang rentan. Dampak negatif dari perusakan tersebut secara langsung dirasakanoleh masyarakat yang tinggal di sekitar hutan yaitu berupa banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, dan kekeringan dimana kualitas dan kuantitasnya semakin meningkat dari tahun ke tahun World Bank, 2002

2.3. Pembangunan Berkelanjutan