Pembangunan Berkelanjutan TINJAUAN PUSTAKA

28 sebesar US 15 milyar setahunnya, dan hilangnya hutan langsung mempengaruhi mata pencaharian lebih dari satu milyar penduduk di negara berkembang yang hidup dalam kemiskinan yang parah. Hilangnya hutan juga diikuti oleh maraknya kebakaran, tanah longsor, dan banjir yang mengambil nyawa ribuan orang. Penebangan liar juga telah mengancam eksistensi banyak spesies yang rentan. Dampak negatif dari perusakan tersebut secara langsung dirasakanoleh masyarakat yang tinggal di sekitar hutan yaitu berupa banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, dan kekeringan dimana kualitas dan kuantitasnya semakin meningkat dari tahun ke tahun World Bank, 2002

2.3. Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan sustainability didefinisikan sebagai pembangunan multidimensional untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik untuk semua orang Bond et al., 2001. Selanjutnya Roderic et al. 1997, menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan memerlukan pengelolaan tentang skala keberlanjutan ekonomi terhadap dukungan sistem ekologi, pembagian distribusi sumberdaya dan kesempatan antara generasi sekarang dan yang akan datang secara berimbang serta adil, serta efisiensi dalam pengalokasian sumberdaya. Pembangunan berkelanjutan adalah kerangka berpikir yang telah menjadi wacana secara internasional. Dalam Agenda 21 Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup dan UNDP 2000, World Commision on Environment and Development menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan atau sustainable development adalah pembangunan untuk kebutuhan masa kini tanpa 29 mengorbankan kebutuhan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Murphy et al. 2005 menyatakan bahwa kebutuhan masa mendatang tergantung pada cara keterkaitan antara pertumbuhan penduduk, pengelolaan sumberdaya energi dan proteksi lingkungan secara harmonis. Melalui kerangka berpikir pembangunan berkelanjutan, maka setiap negara, wilayah dan daerah dapat mengembangkan konsepnya sendiri, baik cara maupun prioritas permasalahan yang akan diatasi dan potensi yang akan dikembangkan. Konsep ini adalah upaya menuju pembangunan industri yang memuja efisiensi dan pengembangan besar-besaran modal, tanpa memperhitungkan atau hanya sedikit sekali mempertimbangkan kerusakan alam. Banerjee 1999 menyatakan bahwa di negara-negara berkembang pembangunan lebih memprioritaskan kepada pembangunan kinerja ekonomi dan mengabaikan penanganan terhadap masalah-masalah sosial dan lingkungan seperti pengangguran, kemiskinan, kerusakan lingkungan dan buruknya akses informasi yang dimiliki oleh warga masyarakat. Ada tiga hal penting terkait dengan pernyataan Banerjee ini, yaitu pertama: lingkungan sebagai dampak dari proses pembangunan berkelanjutan, kedua: adaptasi teknologi yang terkait dengan lingkungan, dan ketiga: penemuan “kembali” alam sebagai implikasi logis dari majunya peradaban umat manusia. Pembangunan berkelanjutan memastikan bahwa generasi yang akan datang memiliki kesempatan ekonomi yang sama dalam mencapai kesejahteraannya, sepertihalnya generasi sekarang. Untuk dapat melaksanakan pembangunan berkelanjutan diperlukan cara mengelola dan memperbaiki portofolio asset 30 ekonomi, sehingga nilai agregatnya tidak berkurang dengan berjalannya waktu. Portofolio asset ekonomi tersebut adalah kapital alami, kapital fisik dan kapital manusia. Dalam paradigma ekonomi, pembangunan berkelanjutan dapat diterjemahkan sebagai pemeliharaan kapital. Ada empat variasi kebijakan mengenai pembangunan berkelanjutan : 1. Kesinambungan yang sangat lemah very weak sustainabillity atau “Hartwick-Solow sustainability” yang hanya mensyaratkan kapital dasar total yang harus dipelihara. Kesinambungan ini dapat dicapai dengan memastikan bahwa tingkat laju konsumsi berada di bawah Hicksian Income, dimana Hicksian Income ini didefinisikan sebagai tingkat konsumsi maksimum yang dapat membangun kondisi masyarakat yang lebih sejahtera di akhir periode pembangunan dibandingkan dengan kondisi awalnya. Diasumsikan natural capital dapat disubsitusi dengan kapital buatan manusia man-made capital tanpa batas. Dengan kata lain, deplesi sumberdaya alam tidak diperhitungkan dalam penilaian kegiatan ekonomi Harnett, 1998 2. Kesinambungan yang lemah weak sustainability, mensyaratkan pemeliharaan kapital total, dengan kendala bahwa modal alami yang penting critical natural capital harus dilestarikan. Misalnya : bila sumberdaya air dan keragaman spesies merupakan hal yang penting bagi stabilitas ekosistem, sumberdaya tersebut tidak dapat dikorbankan bagi alasan-alasan pertumbuhan ekonomi. 3. Kesinambungan yang kuat strong sustainability mensyaratkan bahwa tidak ada substitusi bagi modal alami natural capital, karena natural capital ini memperkuat kesejahteraan manusia dan degradasi natural capital tersebut 31 dapat dikembalikan kondisinya ke kondisi awal. Kesinambungan yang kuat mensyaratkan pemeliharaan kapital total, dengan kendala bahwa agregrat kapital total harus dilestarikan. 4. Kesinambungan yang sangat kuat very strong sustainability mensyaratkan bahwa kesinambungan sistem ekologi adalah esensi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Pembangunan yang bergantung pada sumberdaya resource-dependent “development” diperbolehkan, namun demikian, pertumbuhan yang bergantung pada sumberdaya resources-dependent “growth” tidak dapat dibenarkan. Interpretasi ini mensyaratkan pemisahan setiap komponen dari natural capital. Pada kenyataannya, very strong sustainability lebih merupakan sistem daripada suatu konsep ekonomi. Suatu pembangunan, agar dapat berkelanjutan, memiliki suatu persyaratan minimum yaitu bahwa sediaan kapital alami natural capital stock harus dipertahankan sehingga kualitas dan kuantitasnya tidak menurun dalam suatu rentang waktu Pearce, 1992. Pemanfaatan sumberdaya alam sebagai natural capital adalah suatu proses substraksi danatau penambahan materi dari dan kepada sistem alam. Proses ini kemudian menyebabkan perubahan ke dalam setiap komponen sistem alam tersebut yang berakibat pada perubahan kondisi alami dari sumberdaya. Salim 2004 menyatakan bahwa prasyarat bagi tercapainya pembangunan berkelanjutan adalah bahwa setiap proses pembangunan mencakup tiga aspek utama yaitu ekologi, ekonomi dan sosial. Tiga aspek tersebut dalam pembangunan harus berada dalam sebuah keseimbangan tanpa saling mendominasi. Lebih jauh Salim 2004 membuat matriks pembangunan berkelanjutan berikut ini. 32 Tabel 1. Matriks Pembangunan Berkelanjutan Ekonomi Sosial Lingkungan Ekonomi Equitable growth Ekonomi input sosial Ekonomi input lingkungan Sosial Sosial input ekonomi Berantas Kemiskinan Sosial input Lingkungan Lingkungan Lingkungan Input ekonomi, Lingkungan Input sosial Lestarikan ekosistem Sumber: Emil Salim, 2004. Fauzi 2004 mengemukakan bahwa beberapa kriteria yang dapat menjadi acuan pembangunan berkelanjutan pada prinsipnya menyangkut aspek dimensi ekologi, ekonomi, sosial-budaya, serta hukum dan kelembagaan. Beberapa literatur lain menambahkan aspek teknologi, sehingga dalam pembahasan selanjutnya digunakan dimensi ekologi, ekonomi, sosial-budaya, teknologi, hukum dan kelembagaan. Dari berbagai definisi tersebut secara umum dapat diartikan bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan suatu pendekatan pembangunan yang tidak bertentangan antara tujuan dan sasaran dalam kebijakan pembangunan ekonomi dan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup dapat memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kebutuhan generasi mendatang. Dengan kata lain, kebijakan pelestarian lingkungan hidup adalah salah satu variabel tetap fixed variable dalam proses pembangunan ekonomi suatu bangsa. Menurut Mitchell 1997 ada dua prinsip keberlanjutan, yaitu: 1. Prinsip lingkungan ekologi: pertama, melindungi sistem penunjang kehidupan, kedua, memelihara integritas ekosistem dan, ketiga, mengembangkan dan menerapkan strategi preventif dan adoptif untuk menanggapi ancaman perubahan Iingkungan global. 33 2. Prinsip sosial politik: pertama, mempertahankan skala fisik dari kegiatan manusia dibawah daya dukung atmosfer, kedua, mengenali biaya lingkungan dari kegiatan manusia dan, ketiga, menyakinkan adanya kesamaan sosio, politik dan ekonomi dalam transisi menuju masyarakat yang berkelanjutan. Pembangunan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidup, interaksi antara pembangunan dan lingkungan hidup membentuk sistem ekologi. Dalam hubungan ini Soemarwoto 2001 mengemukakan bahwa faktor lingkungan diperlukan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Faktor lingkungan tersebut meliputi: pertama, terpeliharanya proses ekologi yang esensial, kedua, tersedianya sumber daya yang cukup, ketiga, lingkungan sosial- budaya dan ekonomi yang sesuai. Soeriaatmadja 2000 mengemukakan pentingnya pembangunan berkelanjutan dengan alasan : 1. Terbatasnya cadangan sumber-sumber yang tidak dapat diperbaharui non- renewable resources. 2. Terbatasnya kemampuan lingkungan untuk dapat menyerap polusi 3. Terbatasnya lahan yang dapat ditanami 4. Terbatasnya produksi persatuan luas lahan, atau batasan fisik terhadap pertumbuhan penduduk dan kapital. Ada empat prinsip pengelolaan sumberdaya alam guna mencapai pembangunan yang berkelanjutan, yaitu: 1. Optimalisasi pemanfaatan sosial ekonomi; Bahwa pengembangan sumberdaya alam harus didasarkan pada strategi yang dapat mengoptimalkan manfaat sosial dan ekonomi jangka panjang dari sumberdaya alam yang dapat diperbaharui. 34 2. Koordinasi antar bidang sektoral; Ekosistem sumberdaya alam wajib dikelola dengan memadukan kebijakan-kebijakan sektoral, perencanaan dan strategi pengelolaan guna mengoptimalisasi pemanfaatanya. Optimalisasi manfaat sosial ekonomi dapat dicapai dengan peningkatan koordinasi yang lebih balk dalam proses perencanaan atas kebutuhan pemanfaatan sumberdaya alam. 3. Multiguna sumberdaya alam; Dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya, kegiatan perencanaan dan manajemen sumberdaya alam dilakukan dengan mengambil berbagai kegunaan yang dimiliki oleh sumberdaya alam yang tersedia dan dapat diperbaharui. 4. Memperhatikan kapasitas ekosistem; Pemanfaatan sumberdaya alam akan sangat bergantung peda kemampuan ekosistem sumberdaya alam tersebut dalam menyediakan sumber daya guna memenuhi permintaan. Keberhasilan dan keberlanjutan suatu sistem pengelolaan hutan erat berhubungan dengan keberadaan lembaga yang ada, penyelengaraannya serta pengembangannya. Lembaga yang ada mengacu pada seperangkat aturan yang digunakan untuk mengatur kegiatan-kegiatan yang bersifat repetitive dan yang hasilnya berpengaruh pada masyarakat luas. Pengembangan kelembagaan mengacu pada upaya penanganan dalam bentuk perencanaan, pengujian, penyempurnaan, pemantauan, dan penegakan perangkat aturan untuk menata kegiatan-kegiatan tertentu. Upaya-upaya tersebut dapat dilakukan oleh individu maupun kelompoklembaga. Kebijakan pengelolaan hutan perlu memperhatikan: 1 hutan sebagai ekosistem yang memiliki sifat-sifat penting produktifitas, stabilitas, fleksibilitas, 35 2 kelestarian produksi, fungsi ekologi dan kelestarian fungsi sosial, dan 3 dinamika yang saling berkaitan antara ekosistem dengan sistem sosial. Implikasi dari pembangunan berwawasan lingkungan yang telah diuraikan di atas adalah: 1. Menjamin terpenuhinya secara berkesinambungan kebutuhan dasar nutrisi bagi masyarakat, baik untuk generasi masa kini maupun yang akan datang, 2. Dapat menyediakan lapangan kerja dan pendapatan yang layak yang memberikan tingkat kesejahteraan dalam kehidupan yang wajar, 3. Memelihara kapasitas produksi pertanian yang berwawasan lingkungan, 4. Mengurangi dampak kegiatan pembangunan pertanian yang dapat menimbulkan pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan hidup, dan 5. Menghasilkan berbagai produk pertanian, baik primer maupun hasil olahan, yang berkualitas dan higienis serta berdaya saing tinggi.

2.4. Studi-studi tentang Valuasi Ekonomi