Beberapa Pelajaran Penting dari Valuasi Ekonomi Pola HTI

228

9.4. Beberapa Pelajaran Penting dari Valuasi Ekonomi Pola HTI

Sumberdaya hutan tanaman industri menghasilkan berbagai manfaat yang dapat dirasakan pada tingkatan lokal, nasional, maupun global. Manfaat tersebut terdiri atas manfaat nyata yang terukur tangible berupa hasil kayu untuk pembuatan pulp, hasil hutan non kayu seperti madu lebah dan lain-lain, serta manfaat tidak terukur intangible berupa manfaat perlindungan lingkungan, keragaman hayati dan lain-lain. Saat ini berbagai manfaat yang dihasilkan tersebut masih dinilai secara rendah sehingga menimbulkan terjadinya eksploitasi yang berlebih. Hal tersebut disebabkan karena masih banyak pihak yang belum memahami nilai dari berbagai manfaat HTI secara komperehensif. Untuk memahami manfaat dari HTI tersebut perlu dilakukan penilaian terhadap semua manfaat yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan HTI. Total manfaat itu sendiri merupakan upaya untuk menentukan total nilai atau manfaat dari suatu barang atau jasa untuk kepentingan manusia. Dengan diketahuinya nilai ekonomi total dari HTI, maka hal tersebut dapat dijadikan rekomendasi bagi para pengambil kebijakan untuk mengalokasikan sumberdaya alam SDA yang semakin langka dan melakukan distribusi manfaat SDA yang adil. Terlebih dengan meningkatnya pertambahan penduduk saat ini yang menyebabkan timbulnya tekanan yang serius terhadap sumberdaya lahan, menyebabkan perlunya penyempurnaan pengelolaan sumberdaya lahan melalui penilaian akurat terhadap nilai ekonomi sumberdaya alam yang sesungguhnya. Manfaat HTI sendiri tidak semuanya memiliki harga pasar, sehingga perlu digunakan pendekatan-pendekatan untuk mengkuantifikasi nilai ekonomi suatu kawasan HTI dalam satuan moneter. Sebagai contoh manfaat HTI dalam 229 menyerap karbon, dan manfaat ekologis serta lingkungan lainnya. Karena sifatnya yang non market tersebut menyebabkan banyak manfaat HTI belum dinilai secara memuaskan dalam perhitungan ekonomi. Tetapi saat ini, kepedulian akan pentingnya manfaat lingkungan semakin meningkat dengan melihat kondisi SDA yang semakin terdegradasi. Untuk itu banyak dikembangkan berbagai metode dan teknik penilaian manfaat SDA, baik untuk manfaat SDA yang memiliki harga pasar ataupun tidak, dalam satuan moneter. Konsep nilai ekonomi total dan metode penilaian ekonomi mencoba untuk memberikan “nilai” terhadap seluruh manfaat yang dihasilkan hutan tanaman, baik yang diperdagangkan dan memiliki harga pasar maupun yang tidak memiliki harga pasar. Hal tersebut sangat dibutuhkan mengingat masalah yang timbul pada saat pengambil kebijakan berusaha untuk menyeimbangkan antara dua tujuan dalam pengelolaan hutan yaitu manfaat produksi dan manfaat lingkungan, membutuhkan suatu dasar dan rekomendasi untuk menentukan alokasi sumberdaya alam yang adil. Teknik penilaian ekonomi, khususnya untuk penilaian manfaat barang dan jasa hasil hutan non kayu yang tidak memiliki harga pasar dalam satuan moneter ini, sangat membantu dalam perumusan kebijakan pengelolaan hutan dan sistem pengelolaan hutan. Karakteristik manfaat hutan yang spesifik ini membutuhkan pendekatan teknik penilaian yang berbeda dengan manfaat hutan yang memiliki harga pasar dan diperdagangkan. Terakhir, dengan diketahuinya nilai ekonomi total dari sumberdaya hutan, diharapkan akan menciptakan pemanfaatan sumberdaya hutan yang lebih efisien karena manfaat hutan telah diperhitungkan secara memuaskan dalam perhitungan ekonomis. 230 Valuasi ekonomi atas pemakaian sumber daya alam memberikan keseluruhan nila ekonomi yang melekat pada sumber daya alam tersebut Total Economy Value. Keseluruhan nilai ini tidak hanya terbatas pada nilai guna langsung direct use yang selama ini dipergunakan, namun juga meliputi nilai guna tidak langsung Indirect Use Value, nilai pilihan Option Value dan nilai non guna Non –Use Value. Valuasi ekonomi dari sumber daya alam adalah sebuah alat yang digunakan dalam mengestimasi nilai moneter dari barang dan jasa yang dihasilkan dari area konservasi. Pada intinya, valuasi ekonomi atas pemakaian sumber daya alam berupaya untuk memberikan keseluruhan nila ekonomi yang melekat pada sumber daya alam tersebut. Nilai merupakan persepsi manusia tentang makna suatu objek sumberdaya hutan bagi individu tertentu pada tempat dan waktu tertentu. Oleh karena itu akan terjadi keragaman nilai sumberdaya hutan tanman berdasarkan pada persepsi dan lokasi masyarakat yang berbeda-beda. Nilai sumberdaya hutan tanaman itu sendiri bersumber dari berbagai manfaat yang diperoleh masyarakat. Masyarakat yang menerima manfaat secara langsung akan memiliki persepsi yang positif terhadap nilai sumberdaya hutan tanaman, dan hal tersebut dapat ditunjukkan dengan tingginya nilai sumberdaya hutan tanaman industri yang telah dibahas di depan. Hasil estimasi nilai ekonomi total pola perusahaan MHP, pola MHBM, dan pola MHR per kawasan dan per hektar, secara rinci dapat di lihat dalam tabel berikut ini. 231 Tabel 38. Nilai Ekonomi Total per tahun dari masing-masing pola pembangunan HTI di PT MHP, tahun 2010 No. Pola HTI Nilai Ekonomi Total Rp jutathnkawasan Nilai Ekonomi Total Rp jutathnhektar 1. Pola Perusahaan MHP Murni 2 018 830.23 35.208 2. Pola MHBM 932 027.64 38.422 3. Pola MHR 125 183.27 32.960 Jumlah 3 076 041.14 106.590 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai ekonomi total pembangunan hutan tanaman industri PT. MHP ditambah dengan pola MHBM dan MHR per tahun per kawasan mencapai nilai sebesar Rp3.076 triliun. Dari jumlah tersebut sebesar 65.63 kontribusi dari pola perusahaan MHP, sebesar 30.3 kontribusi dari pola MHBM, dan sebesar 4.07 kontribusi dari pola MHR. Dari tabel di atas dapat dihitung seandainya PT MHP hanya melaksanakan pengelolaan HTI dengan pola perusahaan saja maka nilai ekonomi totalnya hanya sebesar Rp2.018 triliun per tahun, tanpa pola MHBM akan terjadi kehilangan nilai manfaat ekonomi sebesar Rp932 miliar lebih per tahun, demikian juga jika tanpa program MHR maka nilai manfaat ekonomi yang hilang adalah sebesar Rp125.18 lebih miliar per tahun. Jika pengelolaan HTI PT MHP dilakukan tanpa program MHBM dan MHR maka akan terjadi kehilangan manfaat ekonomi sebesar Rp1.057 triliun lebih per tahun. Jika kita lihat nilai ekonomi total per hektar, terlihat bahwa pola perusahaan hanya menghasil nilai sebesar Rp35.208 juta, sedangkan pola MHBM sebesar Rp38.422 juta, dan pola MHR hanya sebesar Rp32.96 juta. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pola MHBM mampu meningkatan nilai total ekonomi sebesar Rp3.214 juta per hektar dari pola Perusahaan murni, ini dikarenakan adanya 232 multiplier efek dari pola MHBM terhadap pendapatan masyarakat melalui upah kerja, keuntungan pemborong serta adanya jasa produksi dan manajemen. Sedangkan pada pola MHR walaupun terjadi penurunan nilai total ekonomi per hektar, tetapi secara ekonomi hal ini telah meningkatkan penghasilan masyarakat dari lahan-lahan yang terlantar dan lahan-lahan yang tidak produktif. Perpaduan antara ketiga pola pembangunan HTI di atas telah memberikan manfaat ekonomi yang cukup besar yang dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat yang berada di dalam dan sekitar kawasan HTI PT. MHP disamping itu juga dengan pola MHBM dan MHR perusahaan dapat meredam berbagai macam konflik yang sering terjadi sebelumnya, dengan demikian keamanan dan kelangsungan usaha lebih terjamin dan iklim usaha dan investasi lebih kondusif. Keberadaan hutan tanaman di lahan konsesi milik PT. MHP, sebagai bagian dari sebuah ekosistem yang besar memiliki arti dan peran penting dalam menyangga sistem kehidupan. Berbagai manfaat besar telah diperoleh dari keberadaan hutan tanaman industri melalui fungsinya baik sebagai penyedia bahan baku industri pulp, maupun penyedia sumberdaya air bagi manusia dan lingkungan, kemampuan penyerapan karbon, pemasok oksigen di udara, penyedia jasa wisata dan mengatur iklim global. Dalam pengelolaan hutan tanaman, sudah saatnya untuk mempertimbangkan manfaat, fungsi dan untung-rugi apabila akan dilakukan kegiatan eksploitasi hutan. Berapa banyak nilai dari fungsi hutan yang hilang akibat kegiatan pada kawasan hutan tanaman dan pada kawasan-kawasan yang memiliki nilai strategis seperti pada kawasan di daerah hulu DAS, sehingga 233 pertimbangan-pertimbangan tersebut dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam melakukan perencanaan dan pengelolaan hutan tanaman di Indonesia. Dalam konteks pembangunan berkelanjutan terutama dalam demensi spasial, sudah seharusnya mendapat perhatian yang besar. Pentingnya elemen spasial didapat dari hubungan timbal-balik yaitu 1 proses lokal mempengaruhi global dan 2 trend global akan mempengaruhi lokal. Kerusakan ekosistem pada satu wilayah mempunyai efek yang besar dalam mempengaruhi kondisi klimatologi secara global dan siklus geokemikal. Struktur ekonomi dan lingkungan yang spesifik dalam suatu wilayah menentukan sensitifitas dari suatu daerah terhadap kekuatan ekonomi dan lingkungan eksternal. Oleh karena itu, mempelajari keberlanjutan dalam sistem multi regional dapat bermanfaat dalam implikasi secara spasial dan keberlanjutan secara global, baik dalam aktifitas regional dan internasional. 235

X. PERSPEKTIF KEBERLAJUTAN