Latar Belakang Lahirnya Program MHBM dan MHR

117

VII. PROGRAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT MHBM DAN MENGELOLA HUTAN RAKYAT MHR

7.1. Latar Belakang Lahirnya Program MHBM dan MHR

PT. MHP sebagai salah satu pelopor pembangunan HTI di Sumatera Selatan dengan izin konsesi seluas 296 400 ha, telah menerapkan program MHBM dan MHR sejak tahun 19992000 yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera di sekitar kawasan HTI PT. MHP. Program MHBM dan MHR ini lahir sebagai upaya untuk mengatasi konflik yang berkepanjangan yang terjadi antara perusahaan dan masyarakat sekitar hutan sebelumnya. Dalam konflik berkepanjangan ini masyarakat mengklaim bahwa lahan yang dikuasia perusahaan saat ini adalah lahan mereka sebagai lahan eks marga. Konflik tersebut mencapai puncaknya ketika reformasi tahun 1998 hingga tahun 1999, banyak lahan-lahan perusahaan yang diduduki dan dikuasai masyarakat. Tanaman yang siap panen dan kayu akasia yang telah di panen banyak yang di bakar oleh masyarakat yang menimbulkan kerugian besar dan membuat suasana perusahaan menjadi sangat tidak kondusif. Di dalam PP No.71990 memang tidak secara tersurat disebutkan bahwa pembangunan HTI juga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu banyak perusahaan menganggap wajar ketika itu masalah kesejahteraan memang tidak termasuk dalam fokus perhatian perusahaan dan pemerintah, melainkan hanya sekedar basa-basi lip service belaka. Fokus utama HTI adalah pembangunan ekonomi dan sektor kehutanan yang merupakan salah satu lokomotif pembangunan. 118 Lahirnya pola MHBM dan MHR ini sebenarnya telah diamanatkan secara tersirat dalam PP No.71990 dimana dalam peraturan tersebut dikatakan bahwa program HTI harus mampu memperluas lapangan kerja dan lapangan usaha. Hal ini dapat dimaknai bahwa perluasan lapangan kerja dan lapangan usaha merupakan realisasi dari usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat. Bagi sekelompok masyarakat yang memiliki jiwa wirausaha entrepreneurship, mereka dapat membuka usaha yang melayani aktivitas pembangunan hutan tanaman misalnya menjadi pemborong pekerjaan dan semua aktivitas pelayanan kepada pelaksana kerja. Perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha diaktualisasikan oleh perusahaan dalam lingkup pekerjaan pembangunan HTI mulai dari penanaman, pemeliharaan tegakan hutan, pemungutan kayu pengolahan kayu dan pemasaran basil olahan. Banyak diantara pekerjaan tersebut, dapat dikerjakan oleh masyarakat. Keterlibatan masyarakat di dalam pekerjaan berdampak pada peningkatan kesejahteraan mereka. Seiring dengan bertambahnya pengalaman manajemen MHP dan masyarakat, diharapkan semakin banyak pula pekerjaan yang dapat diborongkan kepada masyarakat. Pelaksanaan program MHBM dan MHR ini telah berhasil meredam konflik yang terjadi saat itu dan dapat mengatasi konflik hingga saat ini. Hal ini akan terus berkelanjutan dalam jangka panjang jika model MHBM dan MHR ini bisa dijaga dan dilaksanakan dengan baik dan konsisten. Pola ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan adanya kepastian kerja dan kepastian hasil usaha, kepastian mendapat bagi-hasil atas hasil akhir dan memperoleh berbagai bimbingan untuk meningkatkan 119 keterampilan. Program MHBM dan MHR juga bertujuan untuk meredam gejolak tuntutan klaim lahan usaha oleh masyarakat, dan membangun rasa memiliki sense of belonging terhadap HTI di sekitar mereka. Di samping itu, masyarakat juga terlibat di dalam proses produksi yang menghasilkan kayu pada setiap akhir rotasi, serta mendapat bagian berupa bagi hasil, jasa management dan jasa produksi. Program MHBM mulai dilaksanakan pada tahun 1999, dan sejak itu banyak masyarakat yang terlibat langsung dalam setiap pekerjaan pembangunan HTI, baik sebagai pekerja, maupun sebagai pemborong pekerjaan. Adanya keterlibatan masyarakat secara luas dalam kegiatan HTI perusahaan, telah membangun rasa memiliki masyarakat terhadap keberadaan perusahaan dan terjalinnya hubungan yang harmonis antara perusahaan dan masyarakat. Dampak dari semua itu adalah klaim terhadap lahan tidak pernah terjadi lagi, dan demontrasi dan kerusuhan dapat dihindari. Berdasarkan hasil peneitian terlihat bahwa program MHBM ini telah memberikan manfaat yang cukup besar bagi masyarakat berupa: 1. Penempatan warga masyarakat sebagai subjek dalam pengelolaan HTI Stakeholder, 2. Memperoleh kemanfaatan finansial berupa: jasa kerja, jasa manajemen dan jasa produksi, 3. Memberikan peluang dalam kegiatan agribisnis trisula dan 4. Peluang kerjausaha jangka pendek, menengah dan panjang. Keuntungan lain yang di terima oleh masyarakat dalam Pola MHBM adalah mendapat prioritas untuk bekerja di dalam areal konsesi, dalam melaksanakan 120 pekerjaan mereka dibayar sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan dan tingkat upah yang disepakati. Disamping mendapat jasa manajemen atas pengelolaan HTI di lahan MHBM sebesar 1 dari seluruh nilai transaksi, mereka juga mendapat jasa produksi sebesar Rp2500m 3 dari seluruh total produksi HTI di lahan MHBM yang dikelola. Bagi perusahaan MHP program MHBM telah memberikan manfaat yang cukup besar, berupa jaminan keberlanjutan kegiatan perusahaan di masa mendatang. Adapun beberapa manfaat MHBM bagi perusahaan adalah: 1. Tersedianya lahan usaha yang tidak bermasalah. 2. Lebih terjaminnya kelestarian produksi dan kapasitas usaha. 3. Terciptanya hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan masyarakat. Sedangkan bagi pemerintah manfaat dari program MHBM ini adalah: 1 meningkatkan penerimaan pemerintah melalui penerimaan devisa, pajak, PSDH, dan lain-lain, 2 meningkatkan kualitas lingkungan, dan 3 meningkatkan kemakmuran masyarakat pedesaan. Program MHR sebagai upaya untuk meredam konflik dan mengantisipasi terjadinya keadaan yang tidak kondusif dan merugikan perusahaan di diperlukan karena: 1. Perubahan paradigma dalam pengelolaan hutan dimana masyarakat harus diperlakukan sebagai subjek stakeholder. 2. Respon atas perubahan dan perkembangan tatanan sosial kemasyarakatan. 3. Memberi peluang kesempatan dan kemanfaatan yang lebih riil kepada masyarakat. 121 4. Memperkokoh kelestarian sosial sebagai salah satu prinsip pengelolaan hutan tanaman berkelanjutan. Mengelola hutan rakyat MHR adalah program penanaman hutan tanaman A. mangium dilahan milik masyarakat yang bertempat tinggal di daldalam dan sekitar areal kerja MHP. Kerjasama ini melibatkan masyarakat sebagai pemilik lahan dengan PT. MHP. Program MHR bertujuan untuk menanami lahan milik masyarakat yang tidak produktif dengan modal dan bantuan teknis dari MHP, sedangkan pengelolaannya dilakukan oleh pemilik lahan yang bersangkutan. Syarat paling penting dalam program ini adalah lahan dengan status kepemilikan yang syah menurut peraturan yang berlaku, yang diajukan untuk digunakan program MHR oleh pemiliknya. Pada waktu program ini mulai diluncurkan, banyak lahan milik masyarakat yang bertempat tinggal di dalam dan di sekitar areal kerja MHP yang tidak produktif. Pada umumnya lahan tersebut tertutup oleh semak belukar atau padang alang-alang, bekas kebakaran besar tahun 1992 dan 1997 yang lalu. Pada umumnya areal tersebut sebagian direncanakan oleh pemiliknya untuk mengembangkan kebun karet rakyat. Tetapi karena keterbatasan modal dan harga karet yang selalu berfluktuasi, maka tawaran dari MHP untuk mengembangkan hutan rakyat A. mangium ternyata mendapat respons yang sangat menggembirakan karena harga kayu A. mangium lebih stabil, bahkan cenderung meningkat di masa mendatang. Manfaat ekonomi program MHR bagi masyarakat berupa meningkatnya kesejahteraan masyarakat berkat adanya kepastian kerja dan kepastian hasil usaha, kepastian mendapat bagi-hasil atas hasil akhir dan memperoleh berbagai 122 bimbingan untuk meningkatkan keterampilan menanam. Program MHR juga memberikan manfaat sosial dengan meredam gejolak tuntutan klaim lahan usaha oleh masyarakat, dan membangun rasa memiliki sense of belonging terhadap hutan di sekitar mereka. Mereka dapat memiliki rasa sense tidak kehilangan hak atas lahan tersebut, karena mereka mendapatkan manfaat darinya. Di samping itu, dampak dua manfaat tersebut mereka terlibat di dalam proses produksi dan menghasilkan kayu akhir rotasi. Bagi perusahaan, dapat melakukan ekspansi tanaman industri tanpa perlu melakukan ekspansi kepemilikan kawasan dan ekspansi kawasan konsesi hak pengusahaan atau hak kelola. Satu proses di sederhanakan dalam ekspansi luas tanaman, yaitu perusahaan tidak perlu mengurus ijin perluasan kawasan dengan pemerintah karena sudah tersedia lahan yang tidak bermasalah. Pelibatan masyarakat khususnya di dalam MHR bermanfaat bagi perusahaan karena dapat membangun sebuah kelompok kawasan hutan tanaman, sebagai sebuah unit tanpa harus ada celah kawasan bukan hutan tanaman. Keuntungan yang juga penting adalah adanya rasa memiliki oleh masyarakat sebagai stakeholder sehingga mereka dapat diajak berbagi tanggung jawab dan manfaat dalam pembangunan dan perlindungan tanaman industri. Perusahaan melakukan perlindungan hutan tanaman dari kebakaran dengan menyediakan dana, alat dan pelatihan kerja agar masyarakat dapat dilibatkan dalam memantau titik-titik api serta mampu mencegah kebakaran. Bagi pemerintah, manfaat program ini adalah meningkatnya pendapatan Pemerintah Pusat dan Daerah, meredanya konflik sosial, meningkatnya kualitas lingkungan dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Mobilitas masyarakat 123 juga meningkat karena perusahaan sering memperbaiki prasarana transportasi, sebagai salah satu usaha untuk membantu memasarkan hasil-hasil Agro-Trisula. Masyarakat bertambah terampil di dalam memahami hukum karena keterlibatan mereka di dalam kedua program itu ditegaskan dengan Akta Kesepakatan.

7.2. Prinsip-Prinsip dan Aturan Main Program MHBM dan MHR Prinsip dan Aturan Main Program MHBM