236
Seringkali terjadi aktivitas produksi yang tinggi, namun hal itu dapat saja terjadi secara bersamaan dengan kemelaratan yang tersebar luas. Kondisi ini dapat
membahayakan lingkungan. Jadi pembangunan berkelanjutan mensyaratkan terpenuhinya kebutuhan masyarakat dengan cara meningkatkan potensi produksi
perusahaan dan sekaligus menjamin kesempatan berusaha yang sama bagi semua orang.
Dalam perspektif keberlanjutan pembangunan HTI di PT. MHP, pembahasan akan di bagi menjadi empat bagian, yaitu prinsip-prinsip
keberlanjutan pembangunan HTI, dimensi keberlanjutan pembangunan HTI, faktor-faktor yang menjadi kendala keberlanjutan, dan prospek keberlanjutan HTI
di perusahaan MHP.
10.1. Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang menjamin kekayaan nasional per kapita yang tidak menurun melalui penggantian atau
konversi dari sumber-sumber kekayaan tersebut, yaitu stok dari modal yang diproduksi, sumberdaya manusia, sumberdaya sosial, dan sumberdaya alam.
Dalam ilmu ekonomi sumber daya alam, konsep ini dikenal dengan istilah Hartwick Rule Hartwick, 1977. Hartwick Rule pada intinya, menekankan
bahwa jika suatu perekonomian menggunakan penghasilan atau rente dari sumberdaya alam untuk melakukan investasi pada jenis stok modal yang lain,
maka pembangunan akan terjamin untuk berkelanjutan. Hartwick Rule berpegang pada asumsi bahwa modal buatan manusia
merupakan substitusi dari modal alamiah. Berdasarkan pemahaman tersebut
237
muncul dua konsep yang berbeda dari keberlanjutan, yaitu konsep keberlanjutan lemah weak sustainability dan keberlanjutan kuat strong sustainability.
Dalam pembangunan berkelanjutan yang menganut konsep Weak sustainability
yang diutamakan adalah total stok modal yang tidak boleh berkurang, sementara salah satu komponen dari modal itu sendiri, yang terdiri dari
modal manusia, modal alamiah dan modal sosial dapat saja berkurang. Apabila modal alamiah berkurang, tetapi komponen yang lain bertambah, misalnya modal
fisik infrastruktur, maka kondisi keberlanjutan akan tetap terjamin. Sedangkan dalam konsep Strong Sustainability, ditekankan bahwa selain
total stok modal harus konstan, ada beberapa komponen dari modal, terutama modal alamiah, yang tidak boleh berkurang. Argumentasinya didasarkan pada
premis bahwa beberapa bentuk dari modal statusnya sebagai pelengkap satu sama lain komplementer dan bukan sebagai pengganti atau substitusi. Pilihan
mengadopsi salah satu konsep sangat tergantung dari seberapa jauh kita percaya akan substitutabilitas antar komponen dari modal tersebut.
Pembangunan berkelanjutan berdasarkan kesepakatan komisi Brundtland yang menyatakan bahwa “Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang
memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.” Secara implisit ada dua hal yang
menjadi perhatian dalam konsep bruntland tersebut. Pertama, menyangkut pentingnya memperhatikan kendala sumber daya alam dan lingkungan terhadap
pola pembangunan dan konsumsi. Kedua, menyangkut perhatian pada kesejahteraan well-being generasi mendatang.
238
Berdasarkan pengertian di atas, agar pengusahaan HTI oleh perusahaan dapat berlangsung dalam jangka panjang paling tidak menurut konsep
keberlanjutan lemah Weak sustainability dan bisa terus dinikmati oleh generasi mendatang, keberlanjutan produksi perusahaan dapat dilihat dari sisi perubahan
teknologi Technology shifter, perubahan Teknis Technical shifter, dan perubahan skala usaha Scaling shifter baik yang telah dikembangkan maupun
yang sedang dikembangkan selalu oleh perusahaan saat ini dan nanti.
Perubahan Teknologi
Salah satu keuntungan pengelolaan hutan tanaman industri adalah perubahan teknologi yang selalu berkembang dan dapat diaplikasikan secara luas
dalam peningkatan produksi hutan tanaman. Hambatan fisik-biologis satu persatu dapat diatasi oleh perusahaan HTI dengan penemuan baru dari hasil riset dan
pengembangan yang telah dilakukan secara terus menerus. Masalah serangan hama dan penyakit, saat ini sudah dapat diatasi dengan
pencegahan dini dengan membuat kondisi tanaman tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Metode pencegahan yang efektif yang diterapkan saat ini adalah
dengan menjaga kelembaban dalam tegakan supaya tidak tinggi dengan pengaturan jarak tanam dan pemeliharaan yang tepat.
Penanggulangan kebakaran di HTI PT MHP dilakukan dengan membuat sekat bakar di setiap blok sebagai antisipasi untuk mencegah merembetnya
kebakaran yang terjadi. Dari sisi organisasi dan penanganan kebakaran perusahaan HTI PT MHP merupakan perusahaan yang sudah diakui oleh badan
internasional yang dianggap dan dinilai paling siap di Indonesia. Saat ini di PT
239
MHP terdapat 15 unit satuan khusus pengendalian kebakaran, setiap unit membawahi areal seluas 10 000 – 15 000 hektar. Selanjutnya untuk membantu
deteksi dini terjadinya kebakaran telah dibangun sebanyak 41 menara api setinggi 25 meter dengan luas peliputan 3 000 – 5 000 hektar.
Pengembangan pemuliaan pohon merupakan peluang yang sangat menjanjikan pengembangan hutan tanaman yang lestari dan berkelanjutan. Untuk
pengembangan jangka panjang, perusahaan MHP telah membangun kebun benih semai memalaui konversi secara bertahap uji keturunan. Strategi pemuliaan yang
diterapkan adalah pemuliaan subgalur subline breeding. Sampai saat ini terdapat 10 subgalur yang dibangun sejak tahun 1993, dan setiap subgalur
mengandung 50 – 100 famili. Sampai saat ini telah ditemukan beberapa varietas dengan umur panen yang lebih singkat dari semula 8 tahun menjadi hanya 6 – 7
tahun dengan pertumbuhan diameter pohon yang lebih baik. Penemuan dan peranan penelitian serta kemajuan teknologi pada semua
proses penanaman, pemeliharaan dan pemanenan di hutan tanaman indutri diharapkan dapat terus meningkatkan produksi dan usaha hutan tanaman dimasa
mendatang dalam jangka panjang dapat berkelanjutan.
Perubahan Teknis
Dengan teknologi intensifikasi yang terus di teliti dan dikembangkan oleh perusahaan, efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, seperti pupuk, dan obat-
obatan terus dilakukan oleh perusahaan untuk menekan biaya variabel penanaman setiap hektar hutan tanaman. Pada awal daur pertama biaya pembangunan hutan
tanaman industri sekitar Rp18 juta per hektar, dengan berbagai efisiensi yang
240
telah dilakukan, saat ini biaya pembukaan satu hektar tanaman HTI hanya sekitar Rp15 juta per hektar.
Perubahan Skala Usaha
Penanaman HTI skala komersial perusahaan HTI PT. MHP telah dimulai sejak tahun 1990 dengan luasan hanya 27 928.25 hektar, penanaman kemudian
terus berkembang hingga akhir tahun 2000, dengan penanaman skala komersial telah mencapai 193 500 hektar. Untuk mempertahankan kemampuan perusahaan
sebagai pemasok utama bahan baku ke industri pulp, sejak tahun 2000 perusahaan melakukan penanaman dalam luasan yang seragam yaitu seluas 10 750 hektar
setiap tahunnya, sebagai ganti penutupan lahan hutan yang di panen pada tahun yang sama. Hal ini dilakukan untuk menyeimbangkan antara luas panen dengan
luas tanaman. Pembangunan hutan tanaman industri yang telah dilakukan oleh perusahaan
saat ini dengan mengedepankan aspek keberlanjutan paling tidak mencerminkan tiga aksioma dasar sebagaimana yang dikemukan Hall 1988 bahwa: 1
Aktivitas perusahaan saat ini dan masa mendatang telah diupayakan untuk memberikan nilai positif dalam jangka panjang; 2 Aset lingkungan yang menjadi
konsentrasi pengelolaan perusahaan telah memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat; 3 Memahami dan mengatasi kendala akibat implikasi
yang timbul pada aset lingkungan. Lebih lanjut PT. MHP berupaya untuk mengelaborasi konsep keberlanjutan
dalam kegiatan perusahaan dengan : 1 mempertahankan utilitas dan konsumsi yang diperoleh masyarakat agar tidak menurun, 2 pengelolaan sumberdaya alam
dilakukan sedemikian rupa untuk memelihara kesempatan produksi dimasa
241
mendatang, 3 sumber daya alam natural capital stock tidak berkurang sepanjang waktu nondeclining, 4 sumber daya alam dikelola untuk
mempertahankan produksi jasa sumber daya alam, dan 5 keseimbangan dan daya tahan resilience ekosistem terpenuhi.
Selanjutnya pembangunan HTI yang berkelanjutan oleh perusahaan dapat dirinci menjadi tiga aspek, yaitu: 1 keberlanjutan ekonomi yang diartikan
sebagai pembangunan yang mampu menghasilkan barang dan jasa secara kontinu. Berkelanjutan secara ekonomi berhubungan dengan asas biaya dan manfaat, lebih
tepatnya manfaat harus lebih besar daripada dampaknya. 2 Keberlanjutan ekologi adalah keberlanjutan yang harus mampu memelihara sumber daya yang
stabil, menghindari eksploitasi sumber daya alam dan fungsi ekosistem. Konsep ini juga menyangkut pemeliharaan keanekaraman hayati, stabilitas ruang udara,
dan fungsi ekosistem lainnya yang tidak termasuk kategori sumber-sumber ekonomi. 3. Keberlanjutan sosial, keberlanjutan secara sosial diartikan sebagai
sistem yang mampu mencapai kesetaraan, penyediaan layanan sosial termasuk kesehatan, pendidikan, gender, dan akuntabilitas politik. Dalam keberlanjutan
sosial juga merefleksikan hubungan interaksi antara pembangunan dan norma sosial yang berlaku di masyarakat. Suatu aktivitas secara sosial
berkesinambungan, yang dapat berintegrasi dengan norma sosial yang ada atau tidak bertolak belakang dengan toleransi masyarakat terhadap perubahan.
Pembangunan berkelanjutan sebagai proses untuk membawa tiga proses pembangunan di atas secara seimbang. Pada tingkat lokal, pembangunan
berkelanjutan menghendaki bahwa pengembangan ekonomi dapat menopang kehidupan masyarakat melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara lokal.
242
Agar pembangunan dapat berkelanjutan maka secara ideal manfaatnya harus berkesinambungan dan dipertahankan secara kontinyu. Ini berarti bahwa
pembangunan harus memenuhi berbagai tujuan secara seimbang, baik tujuan ekonomi, lingkungan, dan sosial.
Kesimpulan yang ditarik dari prinsi-prinsip pembangunan berkelanjutan adalah berupa sekumpulan aktivitas yang dapat meningkatkan derajat kehidupan
manusia dalam berbagai aspek dan peningkatan tersebut dapat terus dipertahankan secara berkelanjutan untuk masa mendatang.
10.2. Dimensi Keberlanjutan Pembangunan HTI PT. MHP