174
mengurus pemenuhan syarat sosial ekologis wilayah konsesi perusahaan sebagai bentuk pengelolaan hutan tanaman yang berkelanjutan.
8.3. Sosial Ekonomi
Dari sisi sosial ekonomi, perusahaan HTI sudah semestinya berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sekitar
perusahaan, karena aktivitas perusahaan yang luas dapat menimbulkan peluang berbagai aktivitas ekonomi bagi masyarakat sekitar. Aktivitas angkutan,
perdagangan, warung dan lain-lain dapat tumbuh karena terdapat aktivitas yang melayani kebutuhan masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan HTI.
Perusahaan HTI cukup berpengaruh dan harus betul-betul mempunyai komitmen yang kuat terhadap perluasan kesempatan bekerja dan berusaha bagi
masyarakat tempatan yang terkait dengan kegiatan pengelolaan di hutan tanaman mulai dari pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan, hingga penebangan kayu,
dan pengangkutan kayu ke pabrik pengolahan. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan yang baik akan sangat
berpengaruh terhadap keberlanjutan perusahaan HTI. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sangat terkait dengan penyediaan lapangan kerja yang luas, serta
munculnya wirausaha baru yang melayani kebutuhan perusahaan dan perkembangan daerah yang kian maju.
a. Informasi Teknis dan Manajemen dalam Dimensi Sosial Ekonomi
Berdasarkan informasi teknis dan manajemen yang diperoleh dilapangan sebelum SECI ini diterapkan terdapat banyak kasus yang termasuk dalam
kelompok sosial ekonomi ini. Diantaranya kasus sosial ekonomi yang teramati
175
adalah rendahnya kesempatan kerja dan berusaha masyarakat, rendahnya pendapatan masyarakat sekitar kawasan, kemitraan dan kerjasama belum terjalin
dengan baik karena belum terbukanya akses informasi perusahaan terhadap masyarakat.
b. Pelayanan Teknis dan Manajemen dalam Dimensi Sosial Ekonomi
Belajar dari kasus kebakaran hutan yang sering terjadi, perusahaan mencoba menata kembali pengelolaan hutan yang berbasis masyarakat, dengan
menempatkan masyarakat sebagai bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat. Untuk itu sejak tahun 2000 perusahaan mulai melakukan pelayanan teknis dan
manajemen untuk memperbaiki dimensi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan konsesi dengan membangun kemitraan dalam program MHBM dan
MHR dengan kontrak kerjasama, adanya informasi yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat untuk mendapat kesempatan dan peluang yang sama dalam
kerjasama ekonomi. Penyediaan lapangan kerja di perusahaan MHP dirumuskan secara rinci
dalam Standard Operating Procedures SOP untuk setiap pekerjaan, mulai pekerjaan di persemaian sampai penebangan. Dengan adanya SOP ini semua
pihak mempunyai informasi yang sama dan kesempatan yang sama untuk setiap aktivitas pembangunan HTI. Dampak adanya SOP ini bermunculan banyak
pemborong atau kontraktor baru yang berasal dari masyarakat lokal. Dalam setiap pekerjaan yang dikontrakan, kontraktor akan menerima SPK
surat perjanjian kerja yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, dan menerima BAP berita acara pemerikasaan. Pembayaran hasil pekerjaan di
176
dasarkan pada BAP yang dihitung dari volume pekerjaan dikalikan upah per satuan volume, dikurangi penalti. Sebagai gambaran, untuk pekerjaan
penebangan di wilayah Lematang dana yang di bayarkan ke kontraktor pada tahun 2003 sejumlah Rp2 miliar lebih.
Deskripsi ini menunjukkan bahwa perusahaan telah memberikan pasokan dana yang cukup besar ke masyarakat atas semua pekerjaan yang dapat
dikontrakkan, mulai dari penyiapan lahan, penanaman, pengendalian gulma, pemangkasan cabang, penebangan, pemuatan kayu ke truk, hingga transportasi
kayu ke pabrik. Disampig itu perusahaan juga membayar dana ke masyarakat untuk sewa kendaraan dan alat-alat produksi. Selama tahun 2003 jumlah dana
yang dibayarkan ke masyarakat mencapai Rp8 miliar lebih. Keberadaan PT. MHP juga telah menciptakan Peluang bisnis atau usaha
baru, yaitu berupa toko dan warung makan. Sejak keberadaan PT. MHP dengan segala aktivitasnya, telah bermunculan warung-warung makan yang melayani
kebutuhan karyawan perusahaan dan sopir truk logging. Dari hasil kajian rata- rata warung makan yang ada di wilayah ini setiap harinya mencapai omzet antara
Rp500 ribu sampai Rp1 juta. Munculnya peluang usaha baru tersebut telah berhasilkan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar kawasan.
Selain itu, PT. MHP sebagai badan usaha yang bergerak di sektor kehutanan, khususnya hutan tanaman industri dengan tanaman utamanya Acacia
mangium telah melakukan manajemen hutan secara berkelanjutan guna menjaga
kelestarian alam. Seiring dengan kemajuan Ilmu dan Teknologi, pemanfaatan sumberdaya yang optimal perlu dilakukan dalam memenangkan persaingan
industri dan pasar global. Demikian juga dengan PT. Musi Hutan Persada MHP,
177
yang selalu melakukan berbagai inovasi untuk meningkatkan nilai tambah produk dalam mencapai kunggulan kompetitif competitive advantage dan meningkatkan
devisa. Selain itu PT. MHP berupaya meningkatkan produktifitas lahan, kualitas lingkungan hidup dan memperluas lapangan usaha secara terus menerus sesuai
dengan tujuan pengusahaan hutan tanaman industri. Disamping itu dalam upaya mewujudkan pengelolaan hutan secara
berkelanjutan sustainable forest management salah satu upaya yang akan dilakukan oleh PT.
MHP adalah meningkatkan nilai tambah value-added Acacia mangium
, yaitu dengan cara melakukan diversifikasi produk berbasis Acacia mangium
. Produk kayu Acacia mangium dari MHP selama ini hanya diperuntukkan untuk industri pulp dan kertas, yaitu memasok kebutuhan kayu
bulat PT. Tanjung Enim Lestari TEL; pasar monopsonis. Kini MHP berencana untuk mengembangkan menjadi beberapa produk, yaitu bahan bangunan, kayu
gergajian kayu olahan KGKO, produk furniture, plywood, moulding, MDF, papan partikel, arang industri charcoal atau arang aktif, bahan perekat dari
ekstrak tanin kulit kayu dan produk-produk turunan lainnya. Dalam melakukan pengembangan produk dan usahanya PT. MHP masih
memiliki peluang yang sangat besar. Hal tersebut tampak dari rencana produksi kayu yang stabil dan terus meningkat yaitu sekitar 2.5 juta m3tahun pada tahun
2004 dan 2005. Dengan demikian, dari sisi sumber bahan baku utamanya, yaitu kayu A. Mangium, PT. MHP tidak kekurangan, bahkan masih berlebih dan belum
termanfaatkan secara optimal, karena sudah melebihi target kapasitas yang dipasok ke PT. Tanjung Enim Lestari TEL, yaitu rata-rata sebesar 2.25 juta
m3tahun atau setara dengan 500 ribu tontahun pulp dan kertas sedangkan
178
kemampuan produksi PT. MHP sebesar 4.5 juta m3tahun dengan luas hutan tanaman 193 500 ha. Dengan demikian ada kelebihan produk sebesar 2.25 juta
m3tahun yang dihasilkan PT. MHP PT. MHP, 2004. Berdasarkan data PT. MHP 2004, dengan memasok bahan baku pulp dari
kayu-kayu yang berdiameter kecil ke PT. TEL, PT. MHP hanya memperoleh US 30-35m3, sedangkan apabila dilakukan diversifikasi produk maka diduga dapat
diperoleh pendapatan bernilai lebih dari US 200m3 atau setara Rp 1.8 jutam3, bahkan bisa mencapai lebih dari US 300m3, misalnya untuk kayu perkakas atau
produk furniture lainnya. Oleh sebab itu, sangat disayangkan apabila kayu berdiameter besar 30 cm dicacah kecil-kecil hanya untuk dijadikan pulp, karena
selain tidak efisien, hal tersebut merupakan pemborosan. Oleh karena itu, tujuan dari diversifikasi produk tersebut adalah untuk
meningkatkan nilai tambah, baik secara ekonomi maupun produksi, melakukan pengembangan komoditas dan untuk memperkuat kompetensi pemasaran, serta
menciptakan produk yang ramah lingkungan, yang mempunyai tanggung jawab sosial social responsibility yang tinggi. Dengan demikian diversifikasi produk
tersebut diharapkan dapat menunjang Pengelolaan Hutan Secara Berkelanjutan sustainable forest management yang dicita-citakan perusahaan.
8.4. Sosial Budaya