Sosial Budaya Informasi Teknis dan Manajemen dalam Dimensi Sosial Budaya

178 kemampuan produksi PT. MHP sebesar 4.5 juta m3tahun dengan luas hutan tanaman 193 500 ha. Dengan demikian ada kelebihan produk sebesar 2.25 juta m3tahun yang dihasilkan PT. MHP PT. MHP, 2004. Berdasarkan data PT. MHP 2004, dengan memasok bahan baku pulp dari kayu-kayu yang berdiameter kecil ke PT. TEL, PT. MHP hanya memperoleh US 30-35m3, sedangkan apabila dilakukan diversifikasi produk maka diduga dapat diperoleh pendapatan bernilai lebih dari US 200m3 atau setara Rp 1.8 jutam3, bahkan bisa mencapai lebih dari US 300m3, misalnya untuk kayu perkakas atau produk furniture lainnya. Oleh sebab itu, sangat disayangkan apabila kayu berdiameter besar 30 cm dicacah kecil-kecil hanya untuk dijadikan pulp, karena selain tidak efisien, hal tersebut merupakan pemborosan. Oleh karena itu, tujuan dari diversifikasi produk tersebut adalah untuk meningkatkan nilai tambah, baik secara ekonomi maupun produksi, melakukan pengembangan komoditas dan untuk memperkuat kompetensi pemasaran, serta menciptakan produk yang ramah lingkungan, yang mempunyai tanggung jawab sosial social responsibility yang tinggi. Dengan demikian diversifikasi produk tersebut diharapkan dapat menunjang Pengelolaan Hutan Secara Berkelanjutan sustainable forest management yang dicita-citakan perusahaan.

8.4. Sosial Budaya

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Budaya adalah 179 suatu pola hidup menyeluruh yang bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak prilaku masyarakat yang berada disekitar kawasan hutan tanaman perusahaan MHP.

a. Informasi Teknis dan Manajemen dalam Dimensi Sosial Budaya

Berdasarkan informasi teknis dan manajemen yang diperoleh dilapangan sebelum SECI ini diterapkan terdapat banyak kasus yang termasuk dalam kelompok sosial budaya ini. Diantaranya kasus sosial budaya yang teramati adalah adat istiadat, prilaku, dan kebiasaan masyarakat yang kurang baik serta belum di adopsinya kearifan lokal sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Dalam faktor sosial budaya, kajian dalam penelitian ini tidak terlepas dari kondisi sosial budaya masyarakat sekitar yang telah tumbuh dan berkembang secara turun-temurun selama ini. Salah satu budaya yang berkembang selama ini adalah budaya yang berkembang dalam sistem pemerintahan marga. Dalam pemerintahan marga berkembang pola budaya yang dikenal dengan istilah “Simbur Cahaya” yang segala sesuatu diputuskan berdasarkan musyawarah dengan mengedepankan kearifan lokal. Bubarnya pemerintahan marga dan masuknya investor telah menyebabkan terkikisnya budaya marga dan kearifan lokal tersebut. Hilangnya elemen budaya dan kearifan lokal tersebut akan berdampak luas terhadap keberlanjutan usaha hutan tanaman saat ini. Dari kajian Sjarkowi 2010 di perkirakan dari sekitar 100 orang pemuda yang bersekolah kekota, hanya sekitar 20 yang dapat pekerjaan dan 180 penghidupan di kota. Sisanya 80 terpaksa kembali ke desa karena tidak mendapat lapangan kerja di kota. Mereka yang terdidik ini, tetapi tidak mempunyai pekerjaan mulai mencari celah untuk mengklaim tanah-tanah perusahaan dengan alasan bahwa itu adalah tanah marga, milik nenek moyang mereka. Prilaku seperti ini jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan permasalahan bagi perusahaan.

b. Pelayanan Teknis dan Manajemen dalam Dimensi Sosial Budaya