Pendekatan Tidak Langsung Pendekatan Langsung Metode Berbasis Ongkos

45 waktu yang dikorbankan para wisatawan untuk menuju obyek wisata, dianggap sebagai nilai lingkungan yang wisatawan bersedia untuk membayar. Dalam suatu perjalanan travel orang harus membayar “biaya finansial” financial cost dan “biaya waktu”. Biaya waktu tergantung pada biaya kesempatan opportunity cost masing-masing.

3. Pendekatan Tidak Langsung

Pendekatan ini merupakan teknik yang berusaha mengungkap preferensi melalui informasi yang berdasarkan observasi pasar. Pendekatan ini dapat dibagi atas dua macam, yaitu: a. Pendekatan Pasar Pengganti Surrogate market approach yang menggunakan informasi tentang komoditi yang dipasarkan untuk menduga nilai barang yang akan ditaksir. b. Pendekatan pasar konvensional Conventional market approach yang menggunakan harga pasar dalam menilai jasa lingkungan dalam situasi dimana kerusakan atau perbaikan lingkungan menimbulkan perubahan kuantitas atau harga input atau output yang dipasarkan. Contohnya adalah nilai perubahan pada pendekatan produktvitas, dan pendekatan fungsi produksi.

4. Pendekatan Langsung

Membangun pendekatan pasar sebagaimana metode kontingensi yang digunakan untuk mendapatkan nilai lingkungan secara langsung, melalui survei, WTP konsumen terhadap nilai lingkungan yang dapat dipasarkan. Survei dapat dilakukan dengan mewawancarai responden secara langsung mengenai kesediaan mereka untuk membayar willingnes to pay atau kesediaan menerima 46 pembayaran willingnes to accept karena perubahan lingkungan dapat dipakai untuk menentukan nilai lingkungan.

5. Metode Berbasis Ongkos

Metode ini menggunakan beberapa estimasi ongkos untuk menyediakan atau menggantikan barang dan jasa lingkungan yang sebenarnya akan diestimasi benefitnya. Menurut Gittinger 1986, komponen barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya alam terdiri dari 2 yaitu : barang dan jasa yang diperdagangkan traded goods dan tidak diperdagangkan non traded. Untuk barang dan jasa yang diperdagangkan, teknik pengukuran nilai ekonominya dapat dilakukan dengan lebih terukur karena bentuk fisiknya jelas dan memiliki nilai pasar market value. Beberapa cara pengukuran yang dapat dilakukan dengan surplus konsumen dan surplus produsen. Surplus konsumen adalah pengukuran kesejahteraan di tingkat konsumen yang diukur berdasarkan selisih keinginan membayar dari seseorang dengan apa yang sebenarnya dia bayar. Di dalam valuasi ekonomi sumberdaya, surplus konsumen ini dapat digunakan untuk mengukur besarnya kehilangan akibat kerusakan ekosistem dengan mengukur perubahan konsumer surplus. Surplus produsen diukur dari sisi manfaat dan kehilangan dari sisi produsen atau pelaku ekonomi. Dalam bentuk yang sederhana, nilai ini dapat diukur tanpa harus mengetahui kurva penawaran dari barang yang diperdagangkan. Pengukuran Nilai Ekonomi Barang dan Jasa yang Tidak Diperdagangkan Non Traded Value dapat dilakukan dengan memprediksi nilainya. Beberapa barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya alam dan lingkungan seperti 47 nilai rekreasi, nilai keindahan dan sebagainya yang tidak diperdagangkan dan sulit mendapatkan data mengenai harga dan kuantitas dari barang dan jasa tersebut. Beberapa pendekatan untuk mengukur barang dan jasa yang tidak diperdagangkan telah banyak dikembangkan oleh para ahli ekonomi sumberdaya diantaranya adalah: 1. Teknik Pengukuran Tidak Langsung Penilaian terhadap barang dan jasa yang tidak diperdagangkan dapat dilakukan menggunakan teknik tidak langsung yang didasarkan pada deduksi atas perilaku seseorang atau masyarakat secara keseluruhan terhadap penilaian sumberdaya alam, sehingga teknik ini juga sering disebut teknik revealed willingness to pay . Dengan teknik ini diharapkan akan diperoleh nilai yang secara konseptual identik dengan nilai pasar market value. Termasuk di dalam teknik-teknik ini antara lain; Hedonic Price and Wage Techniques, the Travel Cost Methods, Averrive Behavior and Conventional Market Approaches . Semua itu adalah tidak langsung sebab mereka tidak tergantung pada jawaban langsung masyarakat terhadap pertanyaan tentang, berapa banyak mereka WTP atau WTA untuk perubahan kualitas lingkungan hidup Cserge, 1994. a. Travel Cost Method 1. Dapat digunakan untuk menilai daerah tujuan wisata alam. 2. Dilakukan dengan cara survei biaya perjalanan dan atribut lainnya terhadap respon pengunjung suatu obyek wisata. 3. Biaya perjalanan total merupakan biaya perjalanan PP, makan dan penginapan. 4. Surplus konsumen merupakan nilai ekonomi lingkungan obyek wisata tersebut. 48 b. Hedonic Pricing Method Teknik ini pada prinsipnya adalah mengestimasi nilai implisit dari karakteristik atau atribut yang melekat pada suatu produk dan mengkaji hubungan antara karakteristik yang dihasilkan tersebut dengan permintaan barang dan jasa. Analisa hedonic price biasanya melibatkan dua tahapan. Pertama adalah menentukan variable kualitas lingkungan yang akan dijadikan studi dan mengkajinya dari ketersediaan data spasial dan data harga dari suatu obyek yang akan dinilai. Kedua adalah menentukan fungsi permintaan. Teori dasarnya adalah ada keterkaitan antara permintaan atau produksi komoditi yang dapat dipasarkan marketable commodity dengan yang tidak dapat dipasarkan nonmarketable commodity . 2. Teknik Pengukuran Langsung Pada pendekatan pengukuran secara langsung, nilai ekonomi sumberdaya dan lingkungan dapat diperoleh langsung dengan menanyakan kepada individu atau masyarakat mengenai keinginan membayar mereka willingness to pay terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam. Pendekatan langsung menurunkan preferensi secara langsung dengan cara survey dan teknik-teknik percobaan experimental tecniques misalnya “contingent valuation methods CVM dan “contingent ranking methods”. Pendekatan ini disebut contingent tergantung kondisi karena pada prakteknya informasi yang diperoleh sangat tergantung dari hipotesis pasar yang dibangun, misalnya: seberapa besar biaya yang harus ditanggung, bagaimana pembayarannya, dan lain sebagainya. Pendekatan CVM ini secara teknis dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: teknis eksperimental melalui simulasi dan 49 permainan dan melalui teknik survey. Pendekatan pertama lebih banyak dilakukan dengan melalui simulasi computer sehingga penggunaannya di lapangan sangat sedikit. Pendekatan CVM pada hakekatnya bertujuan untuk mengetahui keinginan membayar willingness to pay atau WTP dari sekelompok masyarakat misalnya terhadap perbaikan kualitas lingkungan dan keinginan menerima willingness to accept atau WTA dari kerusakan suatu lingkungan hutan. Metode CVM merupakan metode valuasi melalui survei langsung mengenai penilaian respon secara individual dengan cara menanyakan kesediaan untuk membayar willingness to pay terhadap suatu komoditi lingkungan atau terhadap suatu sumberdaya yang non marketable. Dikatakan contingent, karena pada kondisi tersebut respon seolah-olah dihadapkan pada pasar yang sesungguhnya dimana sedang terjadi transaksi. Metoda ini selain dapat digunakan untuk mengkuantifikasi nilai pilihan, nilai eksistensi dan nilai pewarisan juga dapat digunakan untuk menilai penurunan kualitas. Secara diagramatis pengukuran valuasi ekonomi sumberdaya hutan tanaman industri dapat dilihat dalam gambar 1. 50 NILAI EKONOMI TOTAL Use Values Non Use Values Direct Use Indirect Use Option Values Bequest Values Gambar 1. Metode Penilaian Ekonomi Total Hutan Tanaman Industri Gambar di atas menunjukan kaitan antara komponen penyusun dari total nilai ekonomi dari ekosistem hutan yang akan di nilai, secara lebih rinci gambar tersebut dapat diuraikan lebih lanjut sebagai berikut: 1. Total Economic Value TEV dari sumberdaya dapat di disagregasi ke dalam dua bagian yang terdiri dari Use Value UV dan Non-Use Value NUV. 2. Use Value dapat menjadi Direct Use Value DUV misalnya seseorang membuat penggunaan aktual dari fasilitas dan Indirect Use Value IUV, misalnya manfaat-manfaat yang diperoleh dari fungsi ekosistem. Option Value OV, yang menunjukkan kemauan untuk membayar WTP untuk pilihan Metode Penilaian: - Market value - CVM - Indirect subtitu- tion App. - Hedonic Pricing - Travel Cost method - Konservasi tanah dan air - Serapan karbon - Perlindungan banjir - Transportasi - Keanekaragaman hayati - Keberadaan satwa liar dan, - satwa dilindungi - Kelestarian hutan agar dapat dinik- mati generasi mendatang - Biodiversitas - Konservasi habitat - Kayu utk pulp - Kayu utk furniture - Hasil hutan non kayu - Penggunaan air dan udara - Ekoturisme dan rekreasi Metode Penilaian: - Biaya pencegahan - Productivity App. - Replacement cost - Relocation cost - Surrogate market price Metode Penilaian: - Contingent Valuation Method CVM Existence Val. 51 option dalam penggunaan fasilitas seperti daerah rekreasi untuk penggunaan di masa yang akan datang. 3. Non Use Value NUV dapat dibagi menjadi Existence Value EV yang mengukur WTP untuk suatu sumberdaya untuk moral, altruistik atau dasar lain yang tidak ada hubungannya dengan penggunaan atau nilai option. Bequest Value BV yang mengukur suatu WTP untuk menjamin bahwa turunan mereka akan mampu menggunakan sumberdaya di masa yang akan datang.

3.1.3. Konsep Keberkelanjutan Pembangunan HTI