Hutan Tanaman Industri dalam perspektif Pemerintah Pusat

108 hanya diminta partisipasinya masukan tenaga, pikiran dan komitmen tetapi juga ikut menikmati hasilnya dan berbagi hasil. Pembahasan lebih lanjut mengenai MHBM dan MHR ini akan di bahas pada sub bab selanjutnya.

6.3. Hutan Tanaman Industri dalam perspektif Pemerintah Pusat

Dalam perspektif pemerintah pusat, pembangunan kehutanan secara nasional, selalu diarahkan untuk pencapaian optimal dalam manfaat ekologi, ekonomi, dan sosial. Sebagai sumberdaya alam yang pokok hutan seharusnya dapat berfungsi sebagai penyangga tanah dan air fungsi hidro-orologi, penyangga iklim bumi pemanasan global, sumber keanekaragaman hayati, serta modal atau penunjang pembangunan. Pemanfaatan hutan alam yang dilakukan secara berlebihan selama ini telah memberikan dampak berkurangnya luasan kawasan hutan serta adanya kerusakan yang akhirnya dapat menurunkan fungsi hutan secara keseluruhan. Berdasarkan kenyataan tersebut, pemerintah telah mengeluarkan beberapa bentuk kebijakan di dalam pemanfaatan dan pengelolaan hutan, sehingga fungsi hutan dapat dipertahankan keberadaannya secara berkelanjutan. Untuk mempertahankan fungsi hutan, salah satu kebijakan pemerintah adalah melakukan upaya penanaman kembali dalam bentuk Hutan Tanaman Industri HTI. HTI sebagai hutan tanaman kayu dikelola dan diusahakan dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan hutan yang tidak atau kurang produktif guna mencukupi kebutuhan kayu sebagai bahan baku industri pengolahan kayu baik industri penggergajian, kayu lapis, mebel, pulp, kertas serta bahan industri kayu lainnya. 109 Berdasarkan data FAO selama kurun waktu 2000-2005 di Indonesia telah terjadi kerusakan hutan sekitar 11.2 ha. Untuk itu pemerintah berkepentingan menggantikan fungsi hutan alam yang rusak tersebut dengan hutan tanaman industri HTI. Sampai sekarang, pemerintah telah mengalokasikan sekitar 10.26 juta hektar areal hutan produksi negara untuk di bangun hutan tanaman industri. Kerusakan hutan yang terjadi telah menimbulkan total nilai biaya ekonomi yang tinggi, baik berupa biaya sosial, finansial dan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan akibat rusaknya hutan. Menurut penelitian FAO 2005 kerusakan hutan akibat penebangan liar telah mengakibatkan kerugian negara penghasil kayu sedikitnya sebesar US 15 milyar setahunnya, dan hilangnya hutan telah mempengaruhi mata pencaharian penduduk di Indonesia yang hidup dalam kemiskinan. Rusaknya hutan juga telah mengancam eksistensi banyak spesies yang rentan kelestariannya. Dampak negatif dari kerusakan tersebut juga secara langsung dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar hutan yaitu berupa banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, dan kekeringan dimana kualitas dan kuantitasnya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data mengenai kerusakan hutan di Indonesia dan perubahannya dari tahun 1998 sampai dengan 2004 dapat dilihat pada tabel 15. Program pembangunan hutan tanaman industri dengan target Rp12 juta hektar hingga tahun 2012, pemerintah berusaha untuk mengoptimalkan Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP dan Dana Reboisasi DR. Pada tahun 2005-2009 pencapaian jumlah PNBP sebesar Rp1 triliyun dan di harapkan terus meningkat sebesar 5 setiap tahunnya. Disamping itu pemerintah juga mengupayakan peningkatan produk bukan kayu non timber forest product, 110 dengan indikator pendapatan produk hasil hutan non kayu meningkat dan beragam. Dalam kurun waktu 2005-2009 terlihat pencapaian pendapatan produk hasil hutan non kayu meningkat minimal 15 dari produk hasil hutan non kayu dari tahun 2004. Tabel 15. Proyeksi Luas Tutupan Hutan Forest Cover dan perubahannya di Indonesia 1998 – 2004 tidak termasuk reboisasi Tahun Luas ha Perubahan Primer ke Sekunder ha Sekunder ke Degradasi ha Total ha 1998 101 843 486 901 775 1 674 725 2 576 500 2.53 1999 99 266 986 991 953 1 842 198 2 834 150 2.86 2000 96 432 836 1 091 148 2 026 417 3 117 565 3.23 2001 93 315 271 1 200 263 2 229 059 3 429 322 3.67 2002 89 885 950 1 320 289 2 451 965 3 772 254 4.20 2003 86 113 696 1 452 318 2 697 161 4 149 479 4.82 2004 81 964 217 - - - - Total 6 957 746 12 921 525 19 879 270 - Rata-rata perubahan per tahun 1 159 624 2 153 588 3 313 212 3,55 Sumber: Departemen Kehutanan, 2005 Dengan adanya sasaran dan indikator pencapaian tersebut, maka diharapkan terjadi dampak langsung maupun tidak langsung outcome berupa : 1 nilai tambah industri kehutanan meningkat, 2 peningkatan penyerapan tenaga kerja, 2 peningkatan devisa, 3 peningkatan ekonomi wilayah, 4 peningkatan kesejahteraan masyarakat, 5 pengelolaan lebih efisien dan kompetitif, 6 tercapai pengelolaan hutan yang berkelanjutan, disamping menyelenggarakan perbaikan kualitas. 111

6.4. Hutan Tanaman Industri dalam perspektif Pemerintah Daerah