Studi-studi tentang Valuasi Ekonomi

35 2 kelestarian produksi, fungsi ekologi dan kelestarian fungsi sosial, dan 3 dinamika yang saling berkaitan antara ekosistem dengan sistem sosial. Implikasi dari pembangunan berwawasan lingkungan yang telah diuraikan di atas adalah: 1. Menjamin terpenuhinya secara berkesinambungan kebutuhan dasar nutrisi bagi masyarakat, baik untuk generasi masa kini maupun yang akan datang, 2. Dapat menyediakan lapangan kerja dan pendapatan yang layak yang memberikan tingkat kesejahteraan dalam kehidupan yang wajar, 3. Memelihara kapasitas produksi pertanian yang berwawasan lingkungan, 4. Mengurangi dampak kegiatan pembangunan pertanian yang dapat menimbulkan pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan hidup, dan 5. Menghasilkan berbagai produk pertanian, baik primer maupun hasil olahan, yang berkualitas dan higienis serta berdaya saing tinggi.

2.4. Studi-studi tentang Valuasi Ekonomi

Penelitian tentang nilai ekonomi total hutan tanaman industri masih kurang sekali. Diantaranya Hasil penelitian Astana, Muttaqin dan Djaenudin 2005, tentang “Analisis Dampak Kebijakan Konversi Hutan” menunjukkan bahwa konversi hutan alam untuk HTI atau pertanian tanaman pangan tidak menyebabkan pendapatan masyarakat lebih tinggi dan distribusi pendapatan masyarakat lebih merata dibandingkan dengan mempertahankan hutan alam. Karenanya kebijakan pengembangan HTI dan pertanian tanaman pangan hanya dapat dipertahankan jika disertai upaya perubahan institusi yang lebih menjamin peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat. 36 Penelitian lain adalah yang dilakukan oleh Maturana 2005 dari Cifor tentang “Biaya Dan Manfaat Ekonomi Dari Pengelolaan Lahan Hutan Untuk Pengembangan Hutan Tanaman Industri Di Indonesia”. Dalam penelitian ini dibandingkan biaya dan manfaat ekonomi dari lima perusahaan HTI terbesar di Sumatera. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak keseluruhan dari alokasi lebih dari 1.4 juta ha lahan negara untuk lima perusahaan perkebunan untuk keperluan produksi bubur kertas adalah negatif. Dimana biaya ekonomi lebih tinggi dibandingkan manfaat-manfaat ekonomi yang diperoleh. Penelitian lain yang terkait dengan studi ini adalah penelitian yang dilakukan Amin, Rukma, dan Marwan 2006, tentang pengelolaan HTI dengan pola MHBM dan MHR, dimana ketiganya melakukan analisis farm acounting dari pengusahaan HTI tersebut dibandingkan dengan usaha perkebunan karet dan kelapa sawit berdasarkan harga aktual, dari hasil kajian tersebut ternyata pengusahaan HTI pola MHR dan MHBM masih lebih menguntungkan dari usahatani karet dan kelapa sawit. Sedangkan studi mengenai valuasi ekonomi Hutan yang cukup intensif telah banyak dilakukan di beberapa negara maju seperti Amerika Krieger, 2001 dan di beberapa negara Asia seperti Jepang Yoshida dan Goda, 2001, Korea Selatan Eom dan Kang, 2001, Taiwan Chen,2001, dan Indonesia Simangunsong dan Suparmoko, 2003. Dalam sepuluh tahun terakhir ini masalah penangan dan pemahaman mengenai pemanfaatan lahan hutan menjadi isu global yang sangat penting. Krieger 2001 melaporkan hasil kajiannya mengenai valuasi ekonomi ekosistem hutan di beberapa lokasi di Amerika serikat. Dalam hasil kajiannya 37 Krieger menilai ekosistem hutan dari ketersediaan air watersheet service, stabilisasi tanah dan kontrol erosi, kualitas udara, pengaturan iklim dan carbon, keanekaragaman hayati, rekreasi dan turisme, produk komersial hutan non kayu, dan nilai budaya. Pendekatan yang digunakan dalam mengukur nilai tersebut adalah metode biaya perjalanan travel cost method, pendekatan harga hedonic Hedonic approach, contingen valuation, defensive averting expenditure, Benefit transfer, Nilai komersial commercial value, pengeluaran bruto gross expenditure , dan dampak ekonomi economic impact. Institut Penelitian Mitsubishi di Jepang pada tahun 1995 secara nasional melakukan valuasi ekonomi lahan sawah di Jepang dengan menggunakan metode biaya penggantian replacement cost method dimana nilai seluruh areal lahan sawah di Jepang setara dengan US 67x10 9 . Eom dan Kang 2001 melakukan penelitian tentang valuasi ekonomi multifungsi lahan pertanian di Korea Selatan dengan menggunakan metode biaya penggantian replacement cost method. Di Indonesia penelitian valuasi ekonomi sumberdaya hutan yang dilakukan oleh Simangunsong 2003, memperkirakan nilai ekonomi total TEV sumber daya hutan mencapai US 1 283 sampai US 1 416hatahun, atau kalau diambil nilai tengahnya sekitar US 1 349hatahun. Apabila hutan ditebang diperkirakan akan terjadi kerusakan dengan nilai kerugian sebesar US 205.34ha. Perhitungan ini hanya mencakup degradasi atau kehilangan nilai barang dan jasa hutan karena penebangan hutan, sedangkan nilai kayu yang ditebang belum diberikan nilai dalam penilaian ini. 38 Satu pendekatan lain dalam penelitian valuasi ekonomi sumberdaya hutan yang dilakukan oleh Suparmoko 2003 adalah dengan menggunakan nilai pungutan hutan sebagai proxy terhadap nilai hutan secara keseluruhan baik itu nilai guna dan nilai tanpa penggunannya. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa nilai pungutan hutan paling tidak sebesar 15 dari nilai dasar pungutan itu yaitu nilai hutan secara keseluruhan. Dengan pendekatan ini maka nilai hutan secara keseluruhan akan dapat diperkirakan. Penelitian tentang valuasi ekonomi pengusahaan hutan tanaman industri dimaksudkan untuk mencoba menggabungkan dan mengaplikasikan konsep- konsep valuasi ekonomi yang sesuai untuk hutan tanaman industri yang banyak mendapat perhatian serius akhir-akhir ini. 39

III. KERANGKA PEMIKIRAN