170
8.2. Sosial Ekologi
Dalam pandangan konsep ekologi yang mendalam, tidak ada pemisahan antara manusia atau apapun dari lingkungan alamiah. Dalam konteks ini dunia
dilihat sebagai kumpulan objek-objek yang tak terpisah, tetapi sebagai suatu jaringan fenomena yang saling berhubungan dan saling bergantung satu sama lain
secara fundamental. Pandangan sosial ekologi mengakui nilai intrinsik semua makhluk hidup dan memandang manusia sebagai salah satu untaian dalam
jaringan kehidupan. Secara lebih lanjut informasi teknis dan manajemen mengenai dimensi
sosial ekologi berikut ini akan menggambarkan bagaimana faktor sosial ekologi dapat menurunkan produktivitas perusahaan dan keberlangsungan produksi dalam
jangka panjang. Untuk itu pelayanan teknis dan manajemen dalam dimensi sosial ekologi ini sangat diperlukan untuk pengelolaan HTI yang berkelanjutan.
a. Informasi Teknis dan Manajemen dalam Dimensi Sosial Ekologi
Berdasarkan informasi teknis dan manajemen yang diperoleh dilapangan terdapat banyak kasus yang termasuk dalam kelompok sosial ekologi ini.
Diantaranya kasus sosial ekologi yang teramati adalah terjadinya kebakaran hutan, kekeringan, kebanjiran, dan erosi. Belum dilibatkannya masyarakat dalam
penangan kebakaran hutan. Disamping itu secara manajemen belum ada SOP dari perusahaan tentang penanganan kebakaran, kekeringan dan kebanjiran serta erosi.
Prilaku masyarakat sekitar kawasan konsesi yang sudah mentradisi selama ini dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat menjadi ancaman bagi
perusahaan. Kasus sosial ekologi yang sering terjadi adalah kebakaran hutan. Hal
171
ini disebabkan oleh kebiasaan masyarakat yang kurang baik selama ini dalam membuka lahan. Dalam membuka lahan pertanian, masyarakat terbiasa dengan
sistem tebas, tebang, dan bakar. Hal ini seringkali menyebabkan api menjalar dari kebun masyarakat ke lahan HTI yang ada diksekitarnya.
Kebiasaan merokok yang kurang baik juga sering menjadi pemicu kebakaran HTI. Pada musim kemarau umumnya di bawah lahan HTI banyak
sekali terdapat serasah kering yang cukup tebal, serasah kering ini mudah sekali terbakar akibat putung rokok yang dibuang sembarangan oleh masyarakat.
Kebiasaan lainnya adalah cara mengambil madu lebah pada malam hari yang menggunakan obor, hal ini juga sering menjadi penyebab kebakaran hutan
tanaman yang ada di wilayah perusahaan MHP. Berdasarkan data lapangan sebelum tahun 2000, dimana kontrol faktor
sosial ekologi belum dijalankan secara baik, terjadi 50 – 100 kasus kebakaran hutan setiap tahunnya dengan luas antara ratusan sampai ribuan hektar, dan
kerugian antara Rp5 – Rp25 miliar per tahun. Masih banyaknya lahan kosong dan lahan-lahan marjinal disekitar kawasan
pada tahun 2000 ke bawah, sering menyebabkan banjir dan erosi pada musim penghujan, terutama desa-desa yang dekat dengan aliran sungai, dan kekeringan
pada musim kemarau. Hal ini disebabkan gundulnya hutan yang ada disekitar wilayah konsesi, sedangkan penanaman HTI belum berjalan optimal.
Kondisi sosial ekologis yang terjadi akibat kebiasaan kurang baik masyarakat terhadap kerusakan ekologi saat ini harus dilakukan dengan baik
dengan membangunan kemitraan antara perusahaan dan masyarakat yang dapat
172
menimbulkan rasa memiliki masayarakat yang tinggi, jika keberadaan perusahaan telah memberikan kontribusi yang tinggi terhadap kesejahteraan masyarakat.
b. Pelayanan Teknis dan Manajemen dalam Dimensi Sosial Ekologi