209
9.2. Pola Mengelola Hutan Bersama Masyarakat MHBM
Penilaian manfaat ekonomi pengelolaan HTI di PT MHP pola MHBM ini adalah perkiraan nilai ekonomi total yang dihasilkan dimana perusahaan HTI
melakukan pengelolaan Hutan tanaman bersama masyarakat. Pola MHBM ini masyarakat di ajak ikut untuk masuk mengelola hutan tanaman di dalam areal
konsesi perusahaan. Dalam pola ini masyarakat akan mendapatkan prioritas untuk memperoleh pekerjaan pada unit-unit penanaman HTI mulai dari
pembersihan lahan hingga panen. Masyarakat dapat menjadi pemborong atau pekerja biasa, dan akan mendapat upah sesuai dengan nilai kontrak atau upah
kerja yang telah disepakati. Disamping jasa kerja masyarakat juga akan memperoleh jasa manajemen dan jasa produksi setiap tahunnya sesuai dengan
kesepakatan yang telah ditetapkan. Jasa manajemen sebesar 1 dari seluruh nilai kontrak pekerjaan yang dipotong di muka, dan jasa produksi sebesar Rp2 500 per
m
3
kayu yang dihasilkan dari seluruh lahan yang dikelola dengan pola MHBM. Manfaat lain yang juga penting dalam pelaksanaan program MHBM ini
adalah: 1 lebih terjaminnya keamanan tegakan HTI sampai dengan panen di akhir daur, 2 diredamnya berbagai konflik sosial, misalnya klaim lahan dan penutupan
jalan kayu, 3 peningkatan kemampuan perusahaan menyediakan pekerjaan dan kesempatan usaha bagi anggota masyarakat, 4 peningkatan kesempatan bagi
masyarakat untuk memperluas cakrawala peluang kerja yang semula hanya pada pekerjaan tertentu saja, 5 diposisikannya masyarakat sebagai salah satu
stakeholders penting dalam membangun dan mengelola HTI, yang tentunya akan meningkatkan hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat.
210
Dari luas areal konsesi lahan HTI milik PT MHP sekitar 296 400 ha, terdapat sekitar 174 talang, 32 dusun, 79 desa, 17 kecamatan, dan 6 kabupaten
yang berinteraksi langsung dengan kawasan PT. MHP. Dalam wilayah ini terdapat jumlah angkatan kerja yang cukup besar, yaitu sekitar 28 813 kepala
keluarga dengan 119 760 jiwa Lampiran 5. Luas areal MHBM yang telah dibuat dalam akta kesepakatan formal saat ini berjumlah 61 172.72 hektar.
Manfaat Langsung Direct Use Values
Manfaat langsung pola MHBM dari hutan tanaman industri yang dapat terukur nilainya disini adalah produk kayu olahan untuk pulp, produk arang, hasil
hutan non kayu berupa madu lebah, rekreasi dan turisme, pendidikan dan penelitian. Semua komoditi tersebut diukur berdasarkan nilai penuh yang
tercermin dari nilai pasar. Metode yang digunakan dalam penaksiran manfaat langsung adalah dengan pendekatan langsung berdasarkan nilai pasar. Pendekatan
ini menghitung jenis jumlah produk langsung yang dapat dinikmati oleh masyarakat dari hutan tanaman industri di wilayah studi dikalikan dengan harga
pasar yang berlaku dari setiap unit produk yang dihasilkan.
1. Kayu Akasia untuk Pulp
Manfaat langsung yang dihasilkan dari pola MHBM di PT MHP adalah berupa kayu yang digunakan untuk bahan baku pulp. Biaya dan penerimaan HTI
dengan pola tanaman acasia mangium per hektar sama seperti pada pola perusahaan, karena bibit dan teknis budiaya menggunakan standar yang sama,
hanya saja tenaga kerja untuk pengerjaannya melibatkan masyarakat secara penuh.
211
Rata-rata penerimaan per hektar tanaman HTI pola MHBM dengan harga rata-rata Rp200 000 perton yang dihitung dalam nilai sekarang NVP adalah
sebesar Rp17 509 137. Jika rata-rata luas areal yang di panen per tahun di PT MHP adalah seluas 4 945 hektar per tahun maka penghasilan bersih perusahaan
per tahun dari pola MHBM adalah sebesar Rp86 582 682 465.
2. Pembuatan arang kayu akasia
Pada lahan bekas tebangan HTI dengan pola MHBM, banyak sekali terdapat hasil sisa potongan kayu akasia yang tidak terpakai untuk bahan baku pulp. Kayu
sisa tebangan ini tidak termasuk kualifikasi pengolahan pabrik pulp baik dari segi diameternya maupun panjangnya. Sisa tebangan ini dapat dimanfaatkan menjadi
arang kayu untuk memenuhi konsumsi lokal, nasional, maupun untuk ekspor. Teknologi yang digunakan untuk pembuatan arang ini cukup sederhana,
sama dengan yang digunakan pada pola perusahaan yaitu dengan teknologi tungku portable dari drum atau gorong-gorong. Kualitas arang yang dihasilkan
cukup baik dan memenuhi standar kualitas arang untuk komersil. Berdasarkan data yang dikumpulkan, dari seluruh areal tanaman pola
MHBM yang di panen setiap tahunnya tersedia sekitar 100 000 m
3
kayu acacia mangium berukuran diameter 2 – 7 cm yang tidak terpakai dan tersedia secara
kontinyu sepanjang tahun MHP, 2010. Dari volume tersebut diperkirakan dapat diproduksi sekitar 30 000 ton arang per tahun. Jika harga arang di lokasi
penelitian rata-rata Rp500kg maka diperkirakan nilai arang kayu acacia mangium yang dihasilkan dari pola MHBM setiap tahunnya adalah sebesar Rp15 miliar.
212
3. Potensi Madu Alam
Manfaat langsung berupa hasil hutan non kayu yang terdeteksi dan dapat diukur dalam penelitian adalah berupa madu lebah. Lebah di wilayah ini
umumnya banyak bersarang di pohon-pohon besar yang banyak terdapat di dalam kawasan HTI pola MHBM. Keberadaan lebah ini di dukung oleh ketersediaan
makanan lebah yang berasal dari tanaman Acacia mangium yang berbunga sepanjang tahun.
Madu alam ini dikenal dengan madu sialang, yaitu madu berasal dari kelompok lebah yang hidup dan bersarang di pohon Sialang. Kepungan Sialang
atau pohon-pohon Sialang merupakan jenis tanaman yang dilindungi secara hukum baik undang-undang pemerintah maupun hukum adat. Hal ini
dimaksudkan agar kelestarian pohon-pohon tersebut tetap terpelihara sebagai tempat bersarangnya kelompok lebah yang menghasilkan madu sebagai salah satu
sumber penghasilan masyarakat desa sekitar hutan. Keberadaan pohon-pohon sialang atau disebut juga pohon pauh rusa adalah aset sumber daya alam untuk
masyarakat lokal yang hidup di sekitar wilayah konsesi perusahaan. Madu dari pohon sialang memiliki kandungan air yang relatif tinggi sekitar
22 - 24. Madu sialang adalah madu yang masih asli karena tidak dipisahkan antara royal jeli dengan madu asli.
Dari hasil pengamatan di terdapat 5 orang petani pengumpul madu di lahan HTI pola MHBM. Hasil madu yang di peroleh dari wilayah ini, yaitu sekitar 4 ton
per dua bulan atau sekitar 24 ton per tahun. Jika harga madu dipasar setempat rata-rata Rp12 000 per kilogram, maka total nilai yang dihasilkan dari madu lebah
ini adalah sebesar Rp288 juta.
213
Selain manfaat langsung di atas manfaat langsung lainnya yang dapat dirasakan oleh masyarakat dengan pola MHBM ini adalah Upah kerja yang
mereka terima setiap bulan, keuntungan pemborong pekerjaan pola MHBM, jasa produksi dan jasa manajemen yang dibagikan setiap tahunnya.
4. Upah Kerja
Jika luas total MHBM adalah 61 172.72 ha dengan siklus per daur 7 tahun maka sekitar 8 739 ha setiap tahunnya HTI yang di tanam baru dengan pola
MHBM. Setiap hektar tanaman HTI membutuhkan 53 HOK hingga panen, maka setiap daur produksi dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 3 242 154 HOK. Jika
setiap orang dapat berkerja 25 hari per bulan, setara dengan 300 HOK per tahun. Pekerjaan di areal MBHM ini saja telah menyerap tenaga kerja sebanyak 10 807
orang per silus atau sekitar 1 543 orang per tahun. Jika upah per HOK rata-rata Rp50 000HOK, maka dalam satu tahun nilai
dari upah kerja atau total upah yang diterima oleh masyarakat secara keseluruhan adalah sebesar Rp23 158 350 000 per tahun.
5. Keuntungan Pemborong
Di wilayah kerja MHBM PT. MHP terdapat sekitar 150 orang pemborong lokal. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa keuntungan bersih pemborong lokal
berkisar antara 10 – 20 persen, dengan rata-rata anak buah pekerja antara 50 – 60 orang, dengan omzet sekitar Rp60 juta – Rp100 juta per bulan. Jadi
keuntungan pemborong berkisar antara Rp6 juta sampai Rp20 juta per bulan, tergantung pada volume pekerjaan dan nilai kontrak. Dari 200 orang pemborong
lokal dengan keuntungan rata-rata Rp13 juta per bulan atau Rp156 juta per orang
214
per bulan. Maka perkiraan nilai bersih keuntungan dari semua pemborong per tahun adalah sebesar Rp23 400 000 000.
6. Jasa Produksi
Besarnya jasa produksi adalah Rp2 500 per m
3
dikalikan dengan jumlah kayu yang dihasilkan dari masing-masing wilayah yang tertuang dalam
kesepakatan kerjasama. Manfaat ekonomi yang diterima masyarakat secara keseluruhan dari jasa
produksi di sekitar wilayah konsesi PT. MHP adalah jumlah produksi dikalikan dengan Rp2 500 per m
3
. Secara rinci jasa produksi yang telah diberikan perusahaan kepada masyarakat dalam empat tahun terakhir, dapat di lihat secara
rinci dalam tabel 21 pada pembahasan sebelumnya. Beradasarkan hasil perhitungan dari tabel 21, keseluruhan jumlah jasa
produksi yang diterima selama 4 tahun adalah sebesar Rp7 434 877 464, atau rata- rata per tahun adalah sebesar Rp1 858 719 366.
Jika jumlah kepala keluarga di sekitar kawasan MHP yang tercakup dalam program MHBM adalah 28 813 KK, maka berarti nilai yang diterima per KK
dalam 4 tahun terakhir adalah sebesar Rp258 039 atau sekitar Rp64 510 per tahun. Jumlah ini tidak seberapa jika dibagikan secara individu, namun jumlah ini cukup
besar dan sangat bermanfaat jika di berikan secara kelompok. Ada beberapa kelompok yang membagikannya dalam bentuk uang, ada juga kelompok yang
menggunakan uang ini untuk pembangunan fasilitas umum seperti bangunan kantor, jalan setapak, dan berbagai fasilitas umum lainnya. Dari semua
kelompok, ada juga beberapa kelompok yang tidak jelas penggunaannya.
215
7. Jasa Manajemen
Jasa manajemen yang dibayarkan kepada masyarakat sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat adalah sebesar 1 dari seluruh nilai transaksi yang
dilakukan oleh perusahaan mulai dari pembukaan lahan hingga panen yang termasuk dalam pola MHBM.
Berdasarkan tabel 22 pada pembahasan sub bab sebelumnya, manfaat ekonomi yang diterima oleh masyarakat di sekitar wilayah konsesi PT. MHP dari
jasa manajemen yang diterima oleh masyarakat setiap tahunnya adalah sebesar Rp329 592 550.94 pada tahun 2006, Rp279 591 926.40 pada tahun 2007, Rp266
327 021.41 pada tahun 2008, dan Rp255 925 790.77 pada tahun 2009. Dari tabel 22 terlihat bahwa jika dihitung keseluruhan jumlah total jasa
manajemen yang diterima oleh masyarakat selama 4 tahun terakhir adalah sebesar Rp 1 131 437 289.52 atau rata-rata Rp282 859 322 per tahun sekitar.
Jika jumlah kepala keluarga di sekitar kawasan MHP yang tercakup dalam program MHBM adalah 28 813 KK, maka berarti nilai yang diterima per KK
dalam 4 tahun terakhir adalah sebesar Rp39 268 atau sekitar Rp9 817 per tahun. Jumlah ini tidak seberapa dan umumnya di berikan secara kelompok. Sebagian
besar dana ini digunakan oleh kelompok untuk membangun fasilitas umum, seperti pembuatan saluran air, rehabilitasi masjid dan kator desa, dan lain
sebagainya. Perhitungan nilai ekonomi total dari manfaat langsung HTI dengan pola
MHBM secara ringkas disajikan dalam tabel berikut ini.
216
Tabel 31. Total manfaat Langsung HTI, Pola MHBM, Tahun 2010 No
Jenis Komoditi Nilai Total
Rp jutath 1.
2. 3.
4. 5.
6. 7.
Kayu untuk pulp Arang Kayu Akasia
Madu Sialang Upah Kerja
Keuntungan Pemborong Jasa Produksi
Jasa Manajemen 86 582.68
15 000.00 288.00
23 158.35 23 400.00
1 858.72 282.86
Total Manfaat Langsung 150 570.61
Dari hasil estimasi seperti yang terlihat dalam Tabel 27 di atas diperoleh manfaat langsung HTI dari pola MHBM adalah sekitar Rp150.57 miliar per tahun.
Dengan persentase terbesar adalah penerimaan dari kayu untuk pulp sebesar Rp86.5 miliar lebih atau sekitar 57.5. Sedangkan bagian yang diterima oleh
masyarakat dalam bentuk upah kerja, keuntungan pemborong, jasa produksi dan
jasa manajemen adalah sebesar Rp48.6 miliar atau sekitar 32.34.
Manfaat Tak Langsung Indirect Use Values
Sama halnya seperti pada pola MHP murni, pola MHBM juga memberikan manfaat tak langsung dari ekosistem hutan tanaman industri seluas 61 172.72 ha
berupa pengendali erosi dan banjir, penjaga siklus hara, dan serapan karbon. Metode perhitungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode biaya
penggantian.
1. Pengendali erosi dan banjir
Hutan tanaman industri pola MHBM diharapkan mampu memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan yang cukup besar bagi kehidupan manusia
217
antara lain jasa pengendalian erosi dan banjir. Secara ilmiah telah diuraikan di muka bagaimana peranan ekosistem hutan dalam mencegah terjadi erosi dan
banjir. Dari penelitian Kurnia 1996 bahwa mulsa Mucuna sp sangat efektif dalam
mengurangi erosi tanah sebesar 74-85 dan dapat diterapkan pada tanah yang mempunyai tingkat erosi sampai 10 cm. Jika biaya pengendalian erosi dengan
mulsa Mucuna sp adalah Rp1 640 per ton tanah erosi dan jumlah tanah yang tererosi di sekitar kawasan tanpa HTI adalah sebesar 15 tonhatahun Hanafiah
dkk., 2000, maka biaya pengendalian erosi yang harus dikeluarkan untuk pengendalian erosi, banjir dan bencana lainnya seluas 61 172.72 ha dengan
menggunakan mulsa Mucuna sp. adalah sebesar Rp1 504 848 912 per tahun.
2. Penjaga Siklus Hara
Sebagai penjaga siklus hara dan keseimbangan ekosistem di sekitar kawasan hutan tanaman, pendekatan nilai ekonmi yang digunakan adalah dengan
menghitung nilai dari sekitar 15 ton serasah per hektar per tahun yang dihasilkan oleh ekosistem hutan tanaman dari pohon Acacia mangium MHP, 2009.
Diasumsikan serasah setara dengan pupuk kompos, dengan harga sebesar Rp500 per kg. Maka manfaat tidak langsung sebagai penjaga siklus hara dari ekosistem
HTI dengan pola MHBM ini dapat dihitung dengan mengalikan 15 ton serasahhath x Rp500kg x 61 172.72 ha maka nilainya adalah sebesar Rp458 795
400 000.
218
3. Serapan Karbon
Kawasan hutan tanaman Acacia mangium PT. MHP dengan pola MHBM seluas 61 172.72 hektar merupakan salah satu sumberdaya hutan yang turut andil
dalam penyerapan karbon. Kandungan karbon di atas permukaan tanah tegakan A. mangium di HTI PT MHP pada siklus tebang kedua terdapat kandungan
karbon 25 tonha Setiawan et al., 2000. Jika merujuk pada standar nilai yang digunakan dimana satu ton karbon bernilai US 10 ITTO FRIM, 1994. Maka
nilai ekonomi total serapan karbon dari hutan tanaman industri dengan pola MHBM per tahunnya adalah sebesar Rp
137 638 620 000 asumsi US 1 = Rp9000.
4. Keanekaragaman hayati
Untuk menghitung nilai ekonomi keanekaragaman hayati pola MHBM pendekatan yang dapat digunakan adalah metode biaya penggantian dimana
perlindungan terhadap flora dan fauna langkadilindungi, dapat dihitung dari biaya perbaikan hutan berupa penghijauan kembali reboisasi yang menurut hasil
penelitian Sihotang 2005 nilainya sekitar Rp 3 jutaha, sehingga total nilai manfaat untuk pola MHBM seluas 61 172.72 ha adalah Rp396 984 000 000.
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh nilai ekonomi total manfaat tak langsung dari pengusahaan HTI pola MHBM yang secara rinci akan diuraikan
dalam tabel berikut ini.
219
Tabel 32. Manfaat Tak Langsung HTI pola MHBM, tahun 2010
No. Jenis Manfaat
Pengukuran Nilai Total
Rp jutatahun
1. 2.
3. 4.
Pelindung erosi Penjaga siklus hara
Serapan karbon Keanekaragaman
hayati Erosi 15 tonhath x luas 61 172.72 ha
x biaya mulsa mucuna sp. Rp1 640ha 15 ton serasahhath x Rp500kg x luas
61 172.72 ha 25 tonha karbon x Rp90 000ton x luas
61 172.72 ha Biaya reboisasi Rp 3 jtha x 61 172.72
ha 1 504.85
458 795.40 137 638.62
183 518.16 Total Manfaat Tak Langsung
781 457.03
Dari tabel di atas terlihat bahwa porsi terbesar dari manfaat tidak langsung adalah nilai manfaat sebagai penjaga siklus hara, dengan nilai sebesar Rp458.8
miliar atau sekitar 58.71, sebagai pelindung keanekaragaman hayati sebesar Rp183.5 miliar atau sekitar 23.5, disusul dengan nilai serapan karbon sebesar
Rp137.6 miliar atau sekitar 17.61, dan sisanya sebesar Rp1.5 miliar atau 0.19 sebagai nilai ekonomi pelindung erosi.
Tabel 33. Nilai ekonomi total pola MHBM, tahun 2010 No.
Uraian Nilai Rp jutatahun
1. 2.
Manfaat Langsung Manfaat Tak Langsung
150 570.61 781 457.03
Total Nilai Ekonomi Pola MHBM 932 027.64
Berdasarkan hasil estimasi nilai manfaat langsung dan nilai manfaat tidak langsung pada tabel di atas, terlihat bahwa nilai ekonomi total kawasan hutan
tanaman Acacia mangium dengan pola MHBM pada PT MHP per tahun adalah senilai Rp932 miliar lebih. Dari jumlah tersebut manfaat langsung yang diterima
hanya sebesar Rp150.57 miliar atau sekitar 16.16 saja, sedang porsi nilai
220
terbesar adalah nilai manfaat tak langsung yaitu sebesar Rp781.45 miliar lebih atau sekitar 83.84.
Dari nilai ini terlihat bahwa manfaat tidak langsung hutan dalam menjaga keseimbangan ekosistem yang nilainya hampir mencapai 5 kali nilai manfaat
langsung. Nilai manfaat tidak langsung yang begitu besar, dalam analisis ekonomi lingkungan harus dijadikan sebagai nilai yang harus diperhitungkan,
karena dampaknya dapat dirasakan langsung secara luas oleh masyarakat sekitar kawasan. Dalam penaksiran manfaat tidak langsung selalu digunakan
pertimbangan ekologis yang sangat berpengaruh secara keeluruhan terhadap produktivitas, yang secara signifikan berpengaruh terhadap keberlanjutan
pembangunan daerah.
9.3. Pola Mengelola Hutan Rakyat MHR