Latar Belakang Model of Sustainable Pelagic Fisheries Management in PPN Prigi, Trenggalek, Jawa Timur

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan UU RI no. 45 2009. Selanjutnya pasal 6 ayat 1 menyebutkan bahwa pengelolaan perikanan ditujukan untuk tercapainya manfaat yang optimal dan berkelanjutan, serta terjaminnya kelestarian sumberdaya ikan. Kenyataan di lapangan memperlihatkan bahwa banyak kegiatan perikanan belum berjalan optimal, hal ini antara lain disebabkan oleh tidak efisiennya kegiatan penangkapan ikan, fasilitas-fasilitas pendukung perikanan yang belum terpenuhi dan sistem pengelolaan yang kurang optimal. Bertolak dari kondisi yang ada, maka untuk mengatasi permasalahan- permasalahan tersebut perlu dikembangkan model pembangunan perikanan berkelanjutan. Konsep perikanan berkelanjutan memiliki tiga dimensi penting, yaitu: ekologi, ekonomi dan sosial. Keberlanjutan ketiga dimensi tersebut merupakan tipe ideal, artinya suatu tipe yang hanya berfungsi sebagai acuan teoritas karena dalam kenyataan secara empiris sulit ditemukan. Fungsi kebijakan policy merupakan upaya untuk mengatur proses tarik ulur sehingga ketiganya dalam kondisi seimbang Satria 2004. Keberlanjutan salah satu faktor menjadi prasyarat bagi keberlanjutan faktor dimensi lain. Tanpa keberlanjutan ekologi maka kegiatan ekonomi akan terhenti sehingga akan berdampak pula pada kehidupan sosial masyarakat yang terlibat kegiatan perikanan. Tanpa keberlanjutan ekonomi, misalnya rendahnya harga ikan yang tidak sesuai dengan biaya operasional maka akan menimbulkan eksploitasi besar-besaran yang dapat merusak kehidupan ekologi perikanan dan terjadinya konflik. Begitu pula tanpa keberlanjutan kehidupan sosial para stakeholder perikanan maka proses pemanfaatan perikanan dan kegiatan ekonomi tidak dapat berlangsung optimal. Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai pengelolaan perikanan maupun keberlanjutan perikanan menjadi bahan masukan untuk penelitian yang dilakukan. Beberapa penelitian tersebut, antara lain: Suman et al 2006 pada penelitian berjudul “Pola Pemanfaatan Sumberdaya Udang Dogol Metapenaeus ensis de Haan Secara Berkelanjutan di Perairan Cilacap dan Sekitarnya”; Suyasa 2007 melakukan penelitian “Keberlanjutan dan Produktivitas Perikanan Pelagis Kecil yang Berbasis di Pantai Utara Jawa”; Hermawan 2006 melakukan mengenai “Keberlanjutan Perikanan Tangkap Skala Kecil Kasus Perikanan Pantai di Serang dan Tegal” dan Nurani 2008 melakukan penelitian berjudul “Pengembangan Perikanan Berbasis Karakteristik Spesifik Dari Potensi Daerah” selengkapnya pada sub bab 2.8. Penelitian yang dilakukan oleh Suman terbatas pada keberlanjutan spesies udang dogol dengan memfokuskan pada aspek ekologi. Suyasa, Hermawan dan Nurani menilai keberlanjutan dari aspek ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan hukum kelembagaan. Hanya saja Suyasa dan Hermawan menggunakan teknik yang sama yaitu Rapfish sedangkan Nurani menggunakan pendekatan sistem. Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis hanya meliputi tiga aspek keberlanjutan yaitu ekologi, ekonomi dan sosial dengan menggunakan pendekatan model skoring konvensional. Kabupaten Trenggalek terletak di perairan selatan Jawa Timur WPP-RI 573 yang berbatasan dengan Samudera Hindia. Kabupaten Trenggalek memiliki 3 kecamatan yang terletak di wilayah pesisir pantai, yaitu kecamatan Watulimo, Munjungan dan Panggul. Wilayah pesisir Kabupaten Trenggalek memiliki potensi sumberdaya alam beragam diantaranya potensi tambang, hutan, perkebunan, pertanian, wisata alam dan perikanan Kabupaten Trenggalek 2009. Luas laut yang dimiliki Kabupaten Trenggalek, 4 mil dari pantai sebesar 711,68 km 2 BPS 2010. Sektor perikanan memberikan kontribusi pada perekonomian Kabupaten Trenggalek sebesar 20 pada tahun 2000 Dirjen Perikanan Tangkap 2003. Isu lingkungan pesisir yang berkaitan dengan ekologi sumberdaya ikan di perairan Kabupaten Trenggalek antara lain potensi IUU fishing dan pencemaran yang mengakibatkan rusaknya ekosistem pesisir. Sedangkan isu sosial perikanan tangkap yang terjadi adalah konflik penempatan rumpon Kabupaten Trenggalek 2009. Studi kasus pada penelitian ini dilakukan di PPN Prigi. PPN Prigi merupakan penyumbang terbesar sektor perikanan tangkap di Kabupaten Trenggalek. Namun kegiatan perikanan tangkap di PPN Prigi masih terkonsentrasi di perairan teritorial. Hal ini disebabkan ukuran armada yang relatif kecil 30GT, sehingga tidak mampu untuk beroperasi di perairan ZEEI dan terkonsentrasi pada perairan pantai. Jumlah alat tangkap yang banyak dan meningkat dari tahun ke tahun akan mengakibatkan sumberdaya pesisir mengalami tekanan secara ekologi yang lambat laun akan berdampak pada aspek lainnya. Akses jalan menuju Prigi yang sulit dilalui juga merupakan salah satu penghambat kegiatan ekonomi perikanan tangkap di Prigi. Aspek lain yang menjadi masalah dalam pengelolaan perikanan tangkap di Prigi adalah belum adanya visi bersama diantara para stakeholder perikanan. Agar dapat mengatasi persoalan yang ada maka diperlukan suatu model pengelolaan sehingga diketahui baikburuknya suatu konsep keberlanjutan perikanan. Untuk mengelola PPN Prigi secara berkelanjutan, perlu diketahui ikan unggulan apa saja yang terdapat di perairan tersebut. Hal ini disebabkan ikan unggulan merupakan ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan sehingga kelestariannya perlu untuk diperhatikan. Potensi ikan unggulan perlu dihitung agar dapat memanfaatkan sumberdaya ikan tanpa mengganggu keberlanjutan ekologinya. Selain itu kelayakan usaha dari tiap unit alat tangkap yang dominan beroperasi perlu dipertimbangkan karena berkaitan dengan keberlanjutan ekonomi masyarakat nelayan, yang merupakan tangan pertama perikanan tangkap. Di sisi lain persepsi kehidupan sosial perikanan tangkap stakeholder perikanan perlu diketahui agar dapat memahami pandangan dari masing-masing stakeholder. Model pengelolaan perikanan difokuskan pada perikanan yang masih memiliki kemungkinan untuk berkembang. Langkah selanjutnya adalah memberikan rumusan strategi beserta tolok ukur keberhasilan strategi untuk mendukung pengelolaan perikanan tangkap secara berkelanjutan.

1.2 Perumusan Masalah