Jumlah responden adalah 69 orang 10 dari tiap stakeholder yang terdiri dari nelayan alat tangkap purse seine, pancing tonda, gillnet dan payang,
bakulpedagang serta pengelola pihak PPN Prigi, TPI, satker PSDKP, Perum PPS cabang Prigi dan Pol-Air. Khusus untuk nelayan, 10 dihitung dari jumlah
kapal dengan asumsi persepsi nelayan dalam satu armada adalah sama. Data sekunder yang dikumpulkan berupa laporan statistik perikanan PPN
Prigi yang digunakan untuk menganalisis keberlanjutan ekologi dan penentuan ikan unggulan. Selain itu data sekunder lain yang dikumpulkan adalah data BPS
2010 dan laporan-laporan mengenai kondisi PPN Prigi untuk mendukung penulisan.
3.3 Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis skoring
untuk menentukan ikan unggulan, prioritas kelayakan usaha alat penangkap ikan
serta penentuan fokus model pengelolaan yang digunakan, analisis potensi sumberdaya ikan unggulan menggunakan surplus production model SPM,
analisis kelayakan usaha menggunakan cashflow dan investment criteria, analisis persepsi stakeholder menggunakan perceptual map dengan diskriminan ganda
serta analisis perumusan strategi menggunakan strength weaknesses opportunities threats
SWOT dan balanced scorecard. Tujuan akhir dari penelitian ini adalah analisis perumusan strategi menggunakan strength weaknesses opportunities
threats SWOT, dilanjutkan dengan penentuan kebijakan jangka pendek untuk
mendukung kebijakan jangka panjang menggunakan balanced scorecard. Analisis lainnya merupakan analisis pendukung untuk membuat perumusan
strategi.
3.3.1 Analisis penentuan jenis ikan unggulan
Ikan unggulan adalah spesies target yang lebih diinginkan oleh stakeholder karena memiliki beberapa kelebihan. Ikan unggulan yang dianalisis pada
penelitian ini didasarkan pada kondisi yang ada saat ini. Suatu jenis ikan tidak selamanya menjadi unggulan yang utamanya dipengaruhi oleh permintaan pasar.
Ikan yang dipilih menjadi unggulan dalam penelitian ini adalah yang memiliki produksi 100 tontahun dan selalu tersedia dalam 5 tahun terakhir.
Asumsi awal ini digunakan karena produksi dan kontinuitas produk sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Terdapat enam jenis ikan yang
masuk dalam kategori tersebut, yaitu: tongkol, layang, tuna, layur, lemuru dan cakalang.
Penentuan urutan prioritas ikan unggulan di PPN Prigi dihitung dengan menggunakan analisis skoring. Metode ini dapat digunakan untuk menilai
beberapa aspek yang dianalisis dengan satuan yang berbeda. Penilaian beberapa kriteria variabel secara bersama menggunakan standardisasi nilai. Kriteria yang
digunakan antara lain adalah produksi ikan, kontinuitas, nilai produksi dan tujuan utama pemasaran, keempatnya dianggap paling berpengaruh terhadap keunggulan
jenis ikan. Setiap kriteria diberikan nilai dari yang tertinggi hingga terendah. Hal ini menunjukkan tingkat kualitas dari suatu satuan kriteria, selain itu dilakukan
standardisasi nilai menggunakan fungsi nilai Haluan Nurani 1988. Standardisasi dengan fungsi nilai dapat dilakukan dengan rumus:
V x =
隙伐隙 隙
1
伐隙
dimana: V x = fungsi nilai dari variabel x
X = nilai terendah dari kriteria x
X
1
= nilai tertinggi dari kriteria x Fungsi V menunjukkan urutan prioritas. Alternatif ikan unggulan yang
memiliki nilai V tertinggi merupakan ikan unggulan terpilih dari PPN Prigi.
3.3.2 Keberlanjutan ekologi: potensi ikan unggulan
Keberlanjutan ekologi merupakan hal dasar yang harus dilakukan dalam suatu konsep pembangunan keberlanjutan. Ekologi dalam perikanan tangkap
merupakan hubungan timbal balik antara sumberdaya yang tersedia dengan pemanfaatan sumberdaya yang dilakukan oleh manusia. Kajian stok sumberdaya
perikanan menjadi penting untuk mengetahui berapa potensi ikan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia.
Tujuan penggunaan model produksi surplus adalah untuk menentukan tingkat upaya optimum, yaitu suatu upaya yang dapat menghasilkan hasil
tangkapan maksimum yang lestari tanpa mempengaruhi produktivitas stok secara
jangka panjang MSY. Model produksi surplus yang lebih sering digunakan adalah model Schaefer Sparre dan Venema 1999.
Model Schaefer menghubungkan antara hasil tangkapan per-upaya penangkapan dengan upaya penangkapan sebagai berikut :
bE a
CPUE −
= …………………………………………………………1
Hubungan antara upaya penangkapan dengan hasil tangkapan adalah :
2
bE aE
C −
= …………………………………………………………...2
Nilai intersep a dan slope b diduga dengan model-model penduga parameter biologi dari persamaan produksi Schaefer yaitu:
1 Equilibrium Schaefer
t t
t
E r
k q
qkE h
2
− =
………………………………………………………3 2 Disequilibrium Schaefer
t t
t t
t
qE U
kq r
r U
U U
− −
= −
− +
2
1 1
……………………………………….……4 3 Schnute
+
−
+
− =
+ +
+
2 2
1 1
1 t
t t
t t
t
E E
q U
U kq
r r
U U
Ln ………………….............5
4 Walter-Hilborn
t t
t t
qE U
kq r
r U
U −
− =
−
+
1
1
…………………………………………...........6 5 Clark, Yoshimoto, dan Pooley CYP
2 ln
2 2
ln 2
2
1 1
+ +
+ +
−
+
− +
+ =
t t
t t
E E
r q
U r
r qk
r r
U Ln
.........................................7 Keterangan :
h
t
= hasil tangkapan pada periode t, U
t
= CPUE pada waktu t, U
t+1
= CPUE pada waktu t+1, E
t
= upaya penangkapan effort pada waktu t, E
t+1
= upaya penangkapan effort pada waktu t+1, k = konstanta daya dukung perairan,
q = konstanta kemampuan alat tangkap,
r = konstanta pertumbuhan alami intrinsik.
Kelima model yang dikemukakan diatas, dipilih yang terbaik best fit. Penilaian ini berdasarkan kesesuaian tanda dalam persamaan, pendekatan dengan
koefisien determinasi R
2
terbesar dan model yang memiliki nilai validasi mendekati nol.
1 nilai a dan b didapat melalui persamaan : qk
a =
……………………………………………………………………8
r k
q b
2
=
………………………………………………………………….9 2 jumlah upaya penangkapan optimum yang diperlukan untuk mendapatkan
hasil tangkapan lestari diperoleh dengan menurunkan persamaan dari hubungan antara upaya penangkapan dengan hasil tangkapan, yaitu :
bE aE
dE dC
2 −
= ……………………………………...…………………10
Sehingga diperoleh persamaan b
a E
opt
2 =
………………………………………………………….……11 3 Hasil tangkapan maksimum lestari MSY diperoleh:
b a
C
MSY
4
2
=
…………………………………………………………..…..12
3.3.3 Keberlanjutan ekonomi: kelayakan unit penangkapan ikan