Ikan lemuru Sardinella lemuru

memiliki peran dalam menangkap ikan layang, terlihat dari nilai FPI sebesar 33. Perhitungan potensi ikan layang dapat dilihat pada Lampiran 9. Dis-equilibrium Schaefer merupakan model paling sesuai untuk menghitung MSY ikan layang. Model ini memenuhi syarat tanda sesuai dengan persamaan, memiliki R 2 tertinggi kedua yaitu 0,807 dan nilai rata-rata validasi terkecil sebesar 2,22. Model Dis-equilibrium Schaefer untuk ikan layang menunjukkan effort optimum sebanyak 103 unit purse seine dan catch MSY 5324,21 tontahun. Gambar 12 menunjukkan grafik MSY untuk ikan layang. Alat tangkap standar yang beroperasi menangkap ikan layang tahun 2005 sangat banyak, sehingga dalam kurva produksi surplus ikan layang terindikasi mengalami kelebihan tangkap. Tahun 2006-2009 produksi ikan layang meningkat seiring dengan berkurangnya jumlah alat tangkap standar, namun tahun 2010 produksi ikan layang turun hingga 90 yang salah satunya disebabkan meningkatnya jumlah alat tangkap. Berdasarkan data aktual yang tahun 2005-2010, penangkapan terhadap ikan layang terindikasi mengalami kelebihan tangkap akibat banyaknya alat penangkapan ikan yang beroperasi. Gambar 12 Grafik maximum sustainable yield untuk ikan layang. Kelima ikan unggulan di PPN Prigi telah mengalami indikasi overfishing. Perbandingan diantara kelima ikan unggulan dapat dilihat pada Tabel 10. Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa ikan tuna walaupun merupakan ikan unggulan utama ternyata memiliki persentase kelebihan tangkap yang paling 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 50 100 150 200 250 300 p ro d u k si l a y a n g to n jumlah purse seine unit data aktual kurva produksi surplus batas MSY tinggi. Sedangkan ikan cakalang memiliki persentase kelebihan tangkap yang paling kecil, disusul ikan tongkol. Tabel 10 Potensi dan presentase kelebihan tangkap untuk tiap jenis ikan Jenis Ikan E MSY unit C MSY tontahun Rata-rata C aktual 5 tahun terakhir tontahun Rata-rata kelebihan tangkap 5 tahun terakhir tontahun Persentase kelebihan tangkap terhadap potensi Tuna 56 1000,69 614,35 386,34 39 Tongkol 145 8853,01 7442,13 1410,88 16 Cakalang 106 1056,56 949,57 106,99 10 Lemuru 128 7497,64 5768,61 1729,03 23 Layang 103 5324,21 3646,61 1677,60 32

5.3 Keberlanjutan Ekonomi: Kelayakan Usaha Unit Penangkapan Ikan

Keberlanjutan ekonomi dalam penelitian ini dikaji dengan menghitung kelayakan usaha unit penangkap ikan yang dominan menangkap ikan unggulan. Alat tangkap tersebut antara lain: purse seine, pancing tonda, gillnet dan payang. Kelayakan usaha berpengaruh terhadap keberlanjutan usaha perikanan tangkap. Jika secara ekonomi usaha tidak menghasilkan manfaat yang cukup maka pemilik investasi akan menginvestasikan untuk usaha lain yang lebih bermanfaat. Analisis yang digunakan untuk menghitung kelayakan usaha yang adalah analisis rugi-laba cashflow dan investment criteria. Input yang diperhitungkan dalam analisis kelayakan usaha meliputi investasi unit penangkapan, biaya tetap dan biaya tidak tetap, penyusutan investasi, penerimaan serta bagi hasil antara pemilik dan ABK kapal.

5.3.1 Unit penangkapan purse seine

Purse seine merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan melingkarkan jaring pada tempat yang diprediksi terdapat ikan kemudian menarik tali kolor bagian bawah. Unit penangkapan purse seine di PPN Prigi beroperasi menggunakan 2 kapal. Kapal yang lebih besar digunakan sebagai tempat ABK dan alat tangkap sedangkan kapal yang lebih kecil digunakan untuk menarik tali kolor saat hauling dan sebagai tempat hasil tangkapan. Dimensi kapal utama