laki dan 49,51 perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98 dibanding tahun 2008, yang berjumlah 789.172 jiwa. Peningkatan penduduk ini
berdampak terhadap kepadatan penduduk yang pada tahun 2008 berjumlah 625 jiwakm
2
menjadi 632 jiwakm
2
BPS Trenggalek 2010. Menurut data BPS Trenggalek 2010 sebagian besar penduduk Kabupaten
Trenggalek berada pada usia muda. Artinya penduduk Trenggalek berpotensi sebagai penyedia tenaga kerja, namun kenyataannya hanya sedikit yang terserap.
Jumlah pendaftar kerja pada tahun 2009 tercatat sebanyak 2.356 jiwa dan yang belum mendapat kerja 10.412 jiwa, sedangkan yang dapat terserap hanya 1.801
jiwa atau sekitar 14. Sektor yang paling banyak digeluti penduduk adalah bidang pertanian, bidang jasa dan pegawai negeri.
Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia TKI ke Malaysia, Hongkong, Taiwan, Arab dan Singapura merupakan salah satu penyerap tenaga kerja.
Menurut data Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Trenggalek jumlah TKI asal Kabupaten Trenggalek berjumlah 374 jiwa pada
tahun 2009. Semua TKI tersebut berprofesi sebagai pembantu rumah tangga. Kabupaten Trenggalek juga mentrasmigrasikan penduduknya ke Kalimantan
Selatan, Sulawesi Tengah dan Maluku sebanyak 198 jiwa pada tahun 2009.
4.2 Keadaan Umum Perairan
Kabupaten Trenggalek memiliki potensi sumberdaya alam pada perairan laut, payau dan tawar. Luas zona ekonomi eksklusif ZEE adalah 35.558 km
2
dan panjang pantai selatan Kabupaten Trenggalek kurang lebih 96 km yang sebagian
besar pantainya berbentuk teluk yang terdiri dari Teluk Panggul, Teluk Munjungan dan Teluk Prigi yang merupakan teluk terbesar. Pelabuhan Perikanan
Nusantara PPN Prigi terdapat di area Teluk Prigi yang merupakan pusat berjalannya roda ekonomi perikanan PPN Prigi 2006.
Dasar perairan di Teluk Prigi merupakan lumpur bercampur pasir sedikit berbatu karang dengan kedalaman sekitar 15-61 m, yang sebagian besar pantainya
sudah terbuka dan hanya sebagian kecil saja yang masih terdapat hutan. Teluk Prigi mempunyai tiga pantai yang digunakan untuk wisata, yaitu Pantai Damas,
Pantai Prigi dan Pantai Karanggongso Adhicipta Engineering Consultant 2006.
Pulau-pulau kecil terdata yang terdapat di wilayah perairan Kabupaten Trenggalek sebanyak 26 pulau. Peraturan Presiden RI no 78 tahun 2005 tentang
pengelolaan pulau-pulau kecil terluar, menyatakan bahwa dari 92 pulau terluar di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dua diantara pulau terluar tersebut
berada di wilayah Kabupaten Trenggalek yaitu pulau Panekan di Kecamatan Munjungan dan Pulau Sekel di Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek
2009.
4.3 Keadaan Umum Perikanan Tangkap di PPN Prigi
PPN Prigi terletak di Teluk Prigi, Kecamatan Watulimo. PPN Prigi dapat dicapai melalui jalan darat dari ibukota Trenggalek selama kurang lebih satu jam.
Fasilitas jalan menuju Prigi kurang memadai dengan kondisi berkelok-kelok karena merupakan daerah pegunungan serta banyaknya jalan berlubang.
4.3.1 Fasilitas di PPN Prigi
Suatu Pelabuhan Perikanan atau Pangkalan Pendaratan Ikan akan berfungsi dengan baik bila dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang meliputi fasilitas
pokok, fungsional dan penunjang. Fasilitas yang termasuk fasilitas pokok adalah dermaga,
kolam pelabuhan,
alat bantu
navigasi dan
pemecah gelombangbreakwater Lubis 2006. Fasilitas dermaga dan kolam pelabuhan
yang tersedia di PPN Prigi ada dua, satu di bagian baratkulon dan satu di bagian timurwetan. Kolam pelabuhan bagian barat dibatasi breakwater sebelah timur
BW 03 dengan panjang sekitar 310 m dan breakwater paralel di sebelah barat
BW 01 dan BW 02 sepanjang sekitar 165 m dan sekitar 175 m dengan kedalaman kolam 3,7 m. Dermaga barat digunakan untuk kapal-kapal berukuran
sedang yaitu antara 20-30 GT yang kebanyakan berupa kapal purse seine dan beberapa tonda. Kolam pelabuhan bagian timur dibatasi breakwater yang terletak
di selatan BW 04 sepanjang sekitar 390 m dengan kedalaman kolam 2,4 m hingga 2,8 m Adhicipta Engineering Consultant 2006. Dermaga timur
digunakan untuk kapal berukuran lebih kecil yaitu 20 GT, berupa kapal tonda, gillnet
dan pancing ulur. Mulut kedua kolam pelabuhan menghadap ke barat dengan lebar mulut sekitar 100 m Lampiran 1.
Pabrik Tepung Ikan
Perum PPS
Fasilitas fungsional
merupakan fasilitas
yang dibangun
untuk mendayagunakan pelayanan yang menunjang kegiatan di areal pelabuhan,
sehingga manfaat dan kegunaan pelabuhan yang optimal dapat tercapai Lubis 2006. Fasilitas fungsional yang terdapat di PPN Prigi yaitu dua buah Tempat
Pelelangan Ikan TPI yang terdapat di tiap dermaga, instalasi PDAM, instalasi bahan bakar, instalasi listrik, bengkel, pagar keliling, tempat pengolahan hasil
perikanan, pabrik es dan dua buah cold storage Lampiran 2. Bangunan TPI merupakan milik PPN Prigi namun dikelola oleh petugas TPI
dibawah Dinas Kelautan dan Perikanan Trenggalek. TPI hanya berfungsi sebagai tempat penimbangan ikan karena sistem pelelangan tidak berjalan. Hasil
tangkapan yang didaratkan ada yang langsung dibawa oleh para pemilik kapal yang juga berperan sebagai pengepulpengumpul atau pun dijual kepada para
pedagangbakul menurut harga yang disepakati. PPN Prigi juga membangun bengkel untuk pelayanan kapal serta pagar keliling untuk keamanan. Tempat
pengolahan yang telah tersedia di area PPN Prigi adalah bangsal pengolahan yang merupakan hasil Kelompok Usaha bersama KUB dibawah Ditjen Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Perikanan Ditjen P2HP. Tempat pemindangan ikan di Bengkorok merupakan milik Dinas Kelautan dan Perikanan Trenggalek, namun
belum berfungsi maksimal. Pabrik tepung ikan yang terdapat di PPN Prigi merupakan milik swasta. Instalasi PDAM, instalasi bahan bakar, instalasi listrik
merupakan sarana yang disediakan oleh Perum PPS cabang Prigi. Salah satu cold storage
yang tersedia adalah adalah milik Perum PPS namun telah disewakan kepada swasta, sedangkan cold storage yang lain dan pabrik es adalah milik
swasta. Fasilitas penunjang adalah fasilitas yang dibangun untuk memberi
kemudahan dan kenyamanan bagi masyarakat perikanan yang ada di areal pelabuhan. Fasilitas ini berfungsi untuk memenuhi kesejahteraan sosial nelayan.
Fasilitas ini terdiri atas fasilitas kesejahteraan yang meliputi: MCK, poliklinik, mess, warung dan mushola dan fasilitas administrasi yang meliputi: kantor
pengelola pelabuhan, ruang operator, kantor syahbandar dan kantor beacukai Lubis 2006. Fasilitas administrasi berupa kantor yang terdapat di PPN Prigi
antara lain: kantor PPN Prigi, kantor syahbandar, kantor Satker PSDKP, kantor
Satker Pol-Air, kantor TPI dan kantor Perum PPS Lampiran 3. Fasilitas kesejahteraan yang tersedia hanya kioswarung sedangkan MCK, poliklinik dan
mushola belum tersedia.
4.3.2 Unit penangkapan ikan 1 Kapal
Kapal yang digunakan di perairan Prigi adalah kapal motor dengan bahan kayu yang memiliki ukuran 30 GT. Kapal yang memiliki ukuran 10 GT
merupakan kapal yang digunakan untuk mengoperasikan pancing ulur, sedangkan kapal dengan ukuran 10 hingga 30 GT kebanyakan digunakan untuk
mengoperasikan alat tangkap tonda, gillnet, dan payang. Kapal dengan ukuran 20 hingga 30 GT digunakan untuk mengoperasikan purse seine, dimana untuk
mengoperasikan satu unit purse seine dibutuhkan 2 kapal. Jumlah dan jenis kapal di PPN Prigi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Jumlah dan jenis kapal di PPN Prigi periode 2000-2010
Tahun Perahu
tanpa motor Kapal
10GT Kapal
10-20GT Kapal
20-30GT 2000
150 239
138 96
2001 90
274 175
96
2002 45
274 175
112
2003 5
477 85
112
2004 674
73 115
2005 649
105 120
2006 741
136 230
2007 641
151 240
2008 641
151 240
2009 366
153 300
2010 365
167 314
Sumber: Statistik Perikanan PPN Prigi 2010
Perahu tanpa motor tidak ada lagi di perairan Prigi sejak tahun 2004 karena beralih fungsi menjadi kapal motor dengan ukuran 10 GT. Perkembangan kapal
10 GT mengalami pertumbuhan signifikan pada tahun 2003 dan 2004, yang pada tahun 2002 berjumlah 274 kapal menjadi 674 kapal pada tahun 2004, namun
kemudian sejak tahun 2007 jumlahnya menurun karena para pemilik kapal mulai
menjual kapal kecil untuk diganti dengan kapal yang berukuran lebih besar agar dapat mencapai daerah operasi yang lebih jauh.
Kapal berukuran 10-20 GT mengalami penurunan hingga 50 pada tahun 2003. Penyebab pasti belum diketahui karena dari segi alat tangkap, produksi dan
nilai produksi tidak ada kecenderungan menghadapi musim paceklik atau pun krisis ekonomi. Kemungkinan yang ada disebabkan pengurangan nelayan andon
akibat konflik yang terjadi pada tahun 2001, yang mayoritas menggunakan alat tangkap payang. Pertumbuhan yang stabil terjadi pada kapal berukuran 20-30
GT yang merupakan kapal untuk mengoperasikan purse seine.
2 Alat penangkap ikan
Alat penangkap ikan yang digunakan di PPN Prigi saat ini, antara lain: purse seine
, gillnet, payang, pukat pantai, pancing ulur, pancing tonda dan jaring klitik. Jumlah dan jenis alat tangkap yang beroperasi di PPN Prigi dapat dilihat
pada Tabel 6. Tabel 6 Jenis dan jumlah alat penangkap ikan di PPN Prigi periode 2000-2010
Tahun Jenis Alat Penangkap Ikan
Purse seine
Gillnet Payang
Pukat Pantai
Pancing Prawe
Pancing Ulur
Pancing Tonda
Jaring Klitik
2000 105
8 42
27 278
150 2
2001 105
8 40
27 278
200 2
2002 122
8 30
33 278
242
2003 122
10 35
33 282
286 2
2004 230
17 28
40 25
1158 28
30
2005 240
34 20
42 36
1298 51
36
2006 115
43 36
42 36
1298 57
50
2007 120
43 36
42 36
546 72
53
2008 120
43 36
42 36
546 72
53
2009 150
43 38
42 542
72 53
2010 157
43 38
41 542
86 53
Sumber: Statistik Perikanan PPN Prigi 2010
Pancing prawe atau mini longline sejak tahun 2009 dinyatakan tidak beroperasi lagi. Kenyataannya alat tangkap ini masih digunakan nelayan tonda
pada waktu senggang meskipun jumlahnya sedikit. Penurunan jumlah alat tangkap ini seiring dengan menurunnya jumlah hasil tangkapan ikan layur sejak
tahun 2006, selain itu juga disebabkan pengurangan jumlah armada 10 GT oleh
pemilik kapal mulai tahun 2007. Pancing ulur juga mengalami penurunan drastis pada tahun 2007. Sedangkan pancing tonda mulai diperkenalkan di perairan Prigi
sejak tahun 2004 dan mengalami penambahan setiap tahunnya.
3 Nelayan
Nelayan purse seine dan payang di PPN Prigi hampir semuanya merupakan nelayan lokal dan hanya melaut one day fishing sedangkan nelayan pancing tonda
dan gillnet sebagian ABK merupakan nelayan pendatang yang melaut 7-10 hari dalam satu kali trip. Nelayan di Prigi umumnya berpendidikan sampai jenjang SD
atau SMP, berdasar sampel hanya sekitar 20 yang melanjutkan sampai jenjang SMA.
Jumlah nelayan di PPN Prigi selalu mengalami penambahan dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan penangkapan ikan memberikan
penghidupan yang cukup menjanjikan bagi warga pesisir Prigi. Pada tahun 2000 nelayan di Prigi berjumlah 3.624 orang dan pada tahun 2010 meningkat menjadi
hampir dua kali lipat yaitu sejumlah 6.724 orang. Gambar 7 menunjukkan perkembangan jumlah nelayan Prigi periode 2000-2010.
Sumber: Statistik Perikanan PPN Prigi 2010
Gambar 7 Perkembangan jumlah nelayan di PPN Prigi periode 2000-2010.
4.3.3 Daerah penangkapan ikan
Daerah penangkapan ikan atau fishing ground nelayan Prigi kebanyakan masih terkonsentrasi di perairan teluk Prigi terutama kapal berukuran 10 GT.
Nelayan yang tidak memiliki rumpon menentukan sendiri daerah penangkapan
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000 8000
Ju m
la h
o ra
n g
Tahun
dengan spekulasi dari gejala-gejala perairan serta kabar yang diperoleh dari teman, sedangkan nelayan yang memiliki rumpon langsung menuju rumpon
dengan bantuan GPS. Nelayan yang biasa menggunakan rumpon adalah nelayan tonda dan gillnet. Kepemilikan rumpon ada yang berkelompok maupun
perorangan. Rumpon diletakkan pada jarak sekitar 15-75 mil dari pantai dengan kedalaman 40-100 m.
4.3.4 Produksi dan nilai produksi
Hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Prigi beraneka ragam. Produksi yang dominan untuk kelompok pelagis kecil adalah layang dan lemuru, untuk
kelompok pelagis besar didominasi ikan tongkol, cakalang dan tuna, untuk kelompok ikan demersal didominasi ikan layur, sedangkan jenis udang-udangan
hanya didaratkan dalam jumlah relatif sedikit. Produksi ikan di PPN Prigi dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Produksi ikan di PPN Prigi periode 2000-2010
Tahun Jenis Ikan dalam ton
Cakalang Layang
deles Layur
Lemuru Tongkol
como Tuna
Ikan lainnya
Jumlah 2000
1471.0 3577.0
1.0 30.0
19.0 508.0
3331.0 8937.0
2001 1362.0
26.0 23.0
654.0 64.0
457.0 11442.0
14028.0
2002 3183.0
871.0 12.0
1957.0 5.0
2.0 51263.0
57293.0
2003 192.0
1856.0 1186.0
1126.0 2682.0
138.0 39576.0
46756.0
2004 823.0
4025.0 473.0
2121.0 7850.0
560.0 1942.0
17794.0
2005 1134.0
2013.0 1297.0
3502.0 2602.0
1179.0 2619.0
14346.0
2006 1327.0
4395.0 446.0
8036.0 7309.0
583.0 1507.0
23603.0
2007 942.0
5189.0 686.0
4502.0 9998.0
373.0 642.0
22332.0
2008 918.0
4738.0 317.0
9308.0 10472.0
323.0 279.0
26355.0
2009 613.2
5256.8 368.6
4843.1 10785.3
691.9 1012.8
23571.7
2010 763.3
287.9 115.6
2154.0 3485.3
503.3 367.0
7676.2
Sumber: Statistik Perikanan PPN Prigi 2010
Produksi ikan pada tahun 2002 dan 2003 mengalami kenaikan tajam. Hal ini disebabkan musim ubur-ubur sehingga mendominasi penangkapan. Hasil
tangkapan ubur-ubur pada tahun 2002 sebanyak 42.082 ton dan 36.573 ton pada tahun 2003. Ikan layaran dan julung-julung juga mendominasi pada tahun 2001,
masing-masing sebanyak 3.079 ton dan 696 ton. Tahun 2010 merupakan tahun paceklik bagi nelayan dimana total produksi yang didaratkan berkurang sekitar
67 dari tahun 2009 yang berjumlah 23.571,1 ton, menjadi 7.676,2 ton pada tahun 2010.
Nilai produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Prigi cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2000 hingga 2008, kemudian turun sedikit
pada tahun 2009 dan turun drastis di tahun 2010 sebesar Rp 61.306.426.750,- akibat musim paceklik. Tabel 8 menunjukkan nilai produksi ikan di PPN Prigi
periode 2000-2010. Tabel 8 Nilai produksi ikan di PPN Prigi periode 2000-2010
Tahun Nilai Produksi dalam jutaan rupiah
Cakalang Layang
Deles Layur
Lemuru Tongkol
Como Tuna
Ikan Lainnya
Jumlah 2000
457.20 4768.94
5.60 7.51
42.40 1150.55
7921.39 14353.57
2001 3413.66
38.14 82.08
529.65 217.64
1468.20 18455.78
24205.14
2002 12049.74
5798.71 12.73
4441.54 27.65
31.69 31473.68
53835.74
2003 900.10
4850.64 6322.50
795.15 12086.02
774.81 28738.24
54467.45
2004 4313.55
10231.85 1770.05
2055.10 30398.75
3233.80 6306.60
58309.70
2005
5918.85 6927.60
6841.50 3951.75
13755.05 7678.35
5991.40 51064.50
2006 7403.35
17391.60 834.70
9833.05 37962.00
4126.55 5934.65
83485.90
2007 5399.40
19680.80 3351.25
5888.50 52442.35
2806.25 2690.60
92259.15
2008 7282.78
25738.00 1941.35
15905.45 75836.80
2916.15 1397.10
131017.63
2009 4642.39
15974.52 4209.99
8217.09 62163.10
6671.47 5069.39
106947.95
2010 5486.30
2012.40 972.32
4700.67 23912.38
4877.05 3680.40
45641.52
Sumber: Statistik Perikanan PPN Prigi 2010
Ikan tongkol selalu memberikan nilai produksi tertinggi sejak tahun 2004 seiring dengan meningkatnya pendaratan ikan tersebut. Ikan yang memiliki harga
rata-rata tertinggi pada tahun 2010 adalah tuna, layur dan cakalang yaitu Rp 9.690,-kg untuk ikan tuna, Rp 8.411,-kg untuk ikan layur dan Rp 7.188,-kg
untuk ikan cakalang. Grafik perkembangan nilai produksi ikan di PPN Prigi dapat dilihat pada Gambar 15.
4.3.5 Pengolahan dan pemasaran
Hasil tangkapan ikan dari PPN Prigi dipasarkan dalam bentuk segar dan olahan. Pengolahan yang dilakukan antara lain pembekuan, pemindangan,
pengeringanpengasinan, pengasapan, terasi dan tepung ikan. Ikan segar dipasarkan hanya di 3 kota yaitu Surabaya, Trenggalek dan
Tulungagung. Dominansi pemasaran ikan segar yaitu kota Surabaya sebesar
2.384 ton atau sekitar 82 pada tahun 2010. Ikan yang dipasarkan ke Surabaya umumnya adalah ikan-ikan komoditi ekspor. Terbatasnya pemasaran ikan segar
disebabkan ikan memiliki sifat mudah rusak, sehingga membutuhkan perlakuan ekstra dan tambahan biaya. Ikan yang dipasarkan dalam bentuk segar utamanya
diperuntukkan bagi pasar ekspor, berupa ikan tuna, layur dan cakalang. Pemasaran ikan olahan lebih luas jangkauannya, yaitu Trenggalek,
Tulungagung, Surabaya, Jombang, Malang dan Nganjuk. Surabaya juga mendominansi pemasaran ikan olahan dari PPN Prigi dengan total 1.602 ton atau
33,56 pada tahun 2010, disusul Tulungagung, Malang, Jombang dan Nganjuk, sedangkan Trenggalek sendiri hanya menyerap ikan olahan sebesar 1,84.
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Jenis Ikan Unggulan di PPN Prigi
Pengelolaan membutuhkan penentuan ikan unggulan. Hal ini bertujuan agar dapat mengembangkan kegiatan perikanan yang sesuai dengan kondisi
lapangan. Syarat utama suatu jenis ikan menjadi ikan unggulan yaitu dipengaruhi oleh permintaan pasar. Ikan unggulan yang dianalisis pada penelitian ini
didasarkan pada kondisi yang ada saat penelitian dilakukan. Perhitungan standardisasi pada Tabel 9 menunjukkan bahwa urutan
prioritas ikan unggulan di PPN Prigi adalah tuna, tongkol, cakalang, lemuru dan layang Lampiran 4. Ikan layur untuk selanjutnya tidak disertakan karena
memiliki prioritas terakhir dan bukan merupakan ikan pelagis. Ikan pelagis adalah ikan yang sebagian besar hidupnya berada pada lapisan permukaan hingga kolom
air Simbolon 2011. Ikan tuna, tongkol dan cakalang termasuk dalam ikan pelagis besar, sedangkan ikan lemuru dan layang termasuk dalam ikan pelagis
kecil. Kelima ikan unggulan ini dianalisis lebih lanjut secara ekologi, kelayakan usaha penangkapannya dan persepsi sosial stakeholder. Tujuan akhir penelitian
ini menghasilkan model pengelolaan perikanan pelagis berkelanjutan di PPN Prigi.
Tabel 9 Kriteria dan urutan prioritas untuk menentukan ikan unggulan
Nama Ikan
Produksi Kontinuitas
Nilai Produksi Tujuan Utama
Pemasaran Total
UP Rata-
rata 5 tahun
terakhir ton
V1 Rata-
rata musim
ikan bulan
V2 Harga
Rp V3
Ke- V4
Tongkol 8.409,92
1.000 9
1.000 8.000
0.313 antar kota
0.500 2.813
2 Layang
3.973,33 0.447
7 0.500
6.000 0.188 antar kota
0.500 1.635
5 Tuna
494,84 0.013
9 1.000
19.000 1.000 ekspor
1.000 3.013
1 Layur
386,64 0.000
5 0.000
13.000 0.625 ekspor
1.000 1.625
6 Lemuru
5.768,61 0.671
9 1.000
3.000 0.000 diolah
0.000 1.671
4 Cakalang
912,60 0.066
9 1.000
10.000 0.438 ekspor
1.000 2.503
3
5.2 Keberlanjutan Ekologi: Potensi Ikan Unggulan