Tujuan Manfaat Model Pengelolaan Perikanan Tangkap

1.4 Tujuan

Tujuan penelitian “Model Pengelolaan Perikanan Pelagis secara Berkelanjutan di PPN Prigi, Trenggalek, Jawa Timur” adalah: 1 menentukan jenis ikan unggulan di PPN Prigi saat ini; 2 menghitung potensi ikan unggulan; 3 menghitung kelayakan usaha alat penangkap ikan unggulan yang dominan; 4 memetakan persepsi stakeholder mengenai aspek sosial di PPN Prigi; 5 menyusun model pengelolaan pembangunan perikanan berkelanjutan di PPN Prigi.

1.5 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberi beberapa manfaat, antara lain: 1 menjadi salah satu acuan pemodelan pengelolaan perikanan berkelanjutan di perairan yang memiliki tipekarakteristik seperti PPN Prigi 2 selanjutnya model ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan bagi pemerintah daerah sebagai pengembangan perikanan tangkap di lokasi kajian 3 selain itu hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi penyusunan model pemanfaatan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan di masa yang akan datang 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Model Pengelolaan Perikanan Tangkap

Model adalah abstraksi atau penyederhanaan realitas sistem yang kompleks dengan komponen-komponen yang relevan atau faktor-faktor yang dominan dari masalah yang dianalisisdiikutsertakan. Model menunjukkan hubungan-hubungan langsung dan tidak langsung dari aksi dan reaksi dalam pengertian sebab dan akibat. Karena sebuah model adalah suatu abstraksi realitas, maka model akan tampak kurang kompleks dibanding realitas itu sendiri. Pembentukan model dilakukan untuk menemukan variabel-variabel penting yang berkaitan atau menonjol. Teknik-teknik kuantitatif seperti statistik dan simulasi digunakan untuk menyelidiki hubungan yang ada diantara banyak variabel dalam suatu model Mulyono 2002. Pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya ikan dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati UU no 45 2009 Pasal 1 ayat 7. Naskah pembukaan hukum laut internasional United Nation Convention on the Law of the Sea UNCLOS 1982 dalam Nurani 2010 telah mengisyaratkan, perlu adanya suatu konvensi tentang hukum laut yang baru dan dapat diterima secara umum. Naskah tersebut menyatakan permasalahan ruang samudera merupakan permasalahan yang berkaitan erat satu sama lain dan perlu dianggap sebagai suatu kebulatan. Melalui suatu konvensi, suatu tertib hukum diberlakukan untuk dapat memudahkan komunikasi internasional dan memajukan penggunaan laut dan samudera secara damai, pendayagunaan sumberdaya alam secara adil dan efisien, malakukan konservasi sumberdaya alam hayati dan pengkajian, serta perlindungan dan pelestarian lingkungan laut. Indonesia telah turut meratifikasi UNCLOS 1982 melalui UU 171985. Code of Conduct for Responsible Fisheries CCRF yang dicetuskan FAO tahun 1995 menyebutkan beberapa prinsip mengenai pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab serta himbauan bagi negara-negara lain untuk mengelola sumberdaya perikanannya. Butir-butir dalam prinsip-prinsip umum CCRF tersebut antara lain: 1 melindungi ekosistem perairan; 2 menjamin ketersediaan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan; 3 pencegahan kondisi tangkap berlebih overfishing; 4 rehabilitasi populasi perikanan dan habitat kritis; 5 mengupayakan konservasi; 6 penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan; 7 pengontrolan yang efektif terhadap upaya-upaya penangkapan di laut; 8 mencegah konflik antara nelayan skala kecil, menengah dan industri; 9 penjaminan mutu hasil tangkapan; 10 penjaminan terhadap keamanan dan keselamatan kapal, alat tangkap dan ABK; dan 11 manajemen pengelolaan perikanan tangkap yang terpadu antar instansilembaga Wisudo dan Solihin 2008. Berdasarkan beberapa pengertian mengenai model dan pengelolaan perikanan tersebut maka model pengelolaan perikanan tangkap dapat diartikan sebagai penyederhanaan realitas sistem yang kompleks dengan menemukan variabel-variabel penting yang berkaitan atau menonjol di bidang perikanan yang dilakukan secara hati-hati dan berdasarkan pada kajian-kajian ilmiah, sesuai dengan ketentuan UNCLOS 1982 dan CCRF untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati. Pengelolaan sumberdaya perikanan menghendaki keterlibatan dari seluruh stakeholder yang terlibat dalam pemaanfaatan sumberdaya perikanan, mulai dari perencanaan penyusunan program, pelaksanaan monitoring dan evaluasi Nurani 2010.

2.2 Konsep Keberlanjutan