6.4 Program Pemerintah dalam Mengurangi Dampak Kenaikan Muka
Air Laut dan Kesesuaiannya dengan Harapan Masyarakat
Kenaikan muka air laut yang terjadi setiap tahun khususnya di Pesisir Utara Jakarta telah menjadi perhatian bagi pemerintah di tingkat pusat, tingkat
provinsi, tingkat kotamadya, tingkat kecamatan, hingga tingkat kelurahan. Fenomena kenaikan muka air laut ini menjadi perhatian pemerintah dikarenakan
Jakarta merupakan ibukota negara. Selain itu, fenomena tersebut juga memiliki dampak bagi masyarakat pesisir. Salah satu dampak yang terasa dan
mempengaruhi masyarakat adalah meningkatnya intensitas intrusi air laut dan banjir rob. Terdapat beberapa program yang sudah atau sedang direncanakan
untuk dilakukan pemerintah dalam mengurangi dampak kenaikan muka air laut khususnya intrusi air laut dan banjir rob yang terjadi.
Program untuk intrusi air laut antara lain adalah pembangunan ruang terbuka hijau RTH, pelarangan penyedotan air tanah, memperluas jaringan
PDAM, teknologi ultrafiltrasi, dan lain-lain. Adapun program untuk banjir rob antara lain pembangunan dan peninggian tanggul laut, rencana pembangunan
Giant Sea Wall, pembangunan pintu dan pompa air, sistem polder, normalisasi sungai, pembangunan banjir kanal timur-barat, serta pembangunan dan
pengerukan saluran makro, penghubung,dan mikro. Program tersebut dilaksanakan oleh Pemerintah Kecamatan Cilincing, Suku Dinas Pekerjaan
Umum Sudin PU Tata Kelola Air Kotamadya Jakarta Utara, Badan Pengelola Lingkungan Hidup BPLHD Kotamadya Jakarta Utara, Dinas Pekerjaan Umum
Dinas PU Provinsi DKI Jakarta, Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kotamadya Jakarta Utara, serta Kementerian Pekerjaan Umum.
Pada penelitian ini, terdapat dua program dalam mengurangi intrusi air laut dan empat program mengurangi banjir rob yang diidentifikasi kesesuaiannya
dengan harapan masyarakat. Program tersebut antara lain pembangunan RTH dan pelarangan penyedotan air tanah serta perluasan jaringan PDAM untuk
mengurangi intrusi air laut. Sedangkan untuk mengurangi banjir rob terdapat program pembangunan dan peninggian tanggul laut, rencana pembangunan Giant
Sea Wall, pembangunan pintu dan pompa air, dan pembangunan serta pengerukan saluran. Secara umum, fungsi dari program tersebut adalah untuk mengurangi
intensitas intrusi air laut dan banjir rob yang terjadi di Jakarta khususnya Kelurahan Kalibaru. Program yang sesuai dengan harapan masyarakat adalah
program yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Penilaian masyarakat secara rinci terhadap program pemerintah dapat dilihat pada Tabel 34.
Tabel 34 Penilaian masyarakat terhadap program pemerintah
Program pemerintah Sangat
sesuai Sesuai
Cukup sesuai
Tidak sesuai
Sangat tidak
sesuai Ʃ
Ʃ Ʃ Ʃ Ʃ
Intrusi air laut Pembangunan Ruang Terbuka
Hijau RTH 2
4 38
76 3
6 5
10 2
4 Pelarangan penyedotan air
tanah dan perluasan jaringan PDAM
31 62
3 6
8 16
8 16
Banjir rob Tanggul laut
21 42
22 44
5 10
2 4
Tanggul raksasa Giant Sea Wall
3 6
30 60
2 4
2 4
3 6
Pembangunan pintu dan pompa air
5 10
32 64
3 6
1 2
9 18
Pembangunan dan pengerukan saluran makro, penghubung,
dan mikro 14
28 26
52 4
8 5
10 1
2
Sumber: Hasil Analisis Data 2015
Program pertama untuk mengurangi intrusi air laut yang diidentifikasi adalah pembangunan RTH. Kategori RTH yaitu taman, hutan, jalur hijau, hutan
kota, dan sawah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta 2014. Kelurahan Kalibaru memiliki dua taman interaktif yang berlokasi di Jalan
Kalibaru Timur IV RW 007 dan Jalan Kalibaru Barat RT 009003. Namun kondisi taman tersebut sangat memprihatinkan. Taman tersebut telah beralih fungsi
menjadi tempat menjemur pakaian bagi masyarakat sekitar. Kelurahan Kalibaru juga memiliki 10 jalur hijau yang tersebar diberbagai jalan di Jalan Kalibaru Barat
dan Timur. Namun kondisi jalur hijau jalan tersebut juga kurang terawat. Menurut informasi dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kotamadya Jakarta Utara,
program pembangunan RTH di Kelurahan Kalibaru yang direncanakan pada tahun 2015 ini adalah membangun taman yang dikhususkan untuk anak atau
disebut taman layak anak. Adapun program untuk memperbaiki RTH yang ada belum dianggarkan dananya tahun ini meski sudah direncanakan.
Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden yaitu sebanyak 10 menilai dengan range skala tidak sesuai dan 4 menilai dengan range skala
sangat tidak sesuai dengan harapan mereka pada program pembangunan RTH Tabel 34. Alasan responden tersebut adalah bahwa Kelurahan Kalibaru tidak
memiliki lahan lagi untuk membangun RTH. Selain itu, mereka juga beralasan bahwa RTH yang ada di wilayah mereka tidak terawat sehingga mereka berharap
pemerintah mengembalikan fungsi RTH yang ada terlebih dahulu daripada membangun RTH baru. Mereka juga tidak ingin jika pembangunan RTH
berakibat pada direlokasinya masyarakat. Program kedua untuk mengurangi intrusi air laut yang diidentifikasi
adalah pelarangan penyedotan air tanah dan memperluas jaringan PDAM. Menurut BPLHD Kotamadya Jakarta Utara, terdapat pengetatan tentang perijinan
bagi pengguna air tanah seperti Peraturan Gubernur DKI Jakarta nomor 37 Tahun 2009 tentang Harga Dasar Air Tanah, dimana pemakai air tanah kegiatan usaha
dikenakan biaya penggunaan air tanah antara Rp 8 866 sampai Rp 23 333 per m
3
. Sebelumnya, melalui Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 455 Tahun
1999 mengenakan pemakai air tanah kegiatan usaha antara Rp 650 sampai Rp 4 400 per m
3
telah dikeluarkan. Jika dilihat, terdapat kenaikan rata-rata biaya sebesar 400 persen. Peraturan tersebut dimaksudkan agar pemakai air tanah bagi
kegiatan usaha dapat beralih ke PDAM Jaya PT Palyja atau PT Aetra Air Jakarta. Hal ini sesuai dengan program Pemerintah DKI Jakarta yang diharapkan
pada tahun 2025 semua kegiatan usaha tidak ada yang menggunakan air tanah lagi. Selain menaikkan harga dasar air tanah, pemerintah juga meminta PDAM
untuk memperluas jaringan pipa PDAM dan meningkatkan supply pasokan air bersih yang saat ini 16 m
3
detik menjadi 31 m
3
detik pada tahun 2030. Hal ini dilakukan agar pengguna air tanah dapat beralih ke penggunaan air PDAM.
Berdasarkan hasil penelitian, responden sebanyak 16 masing-masing menilai dengan range skala tidak sesuai dan sangat tidak sesuai dengan adanya
program pelarangan penyedotan air tanah dan memperluas jaringan PDAM. Hal ini dikarenakan menurut masyarakat, masih banyak kegiatan usaha yang
menggunakan air tanah. Masyarakat menilai bahwa masih ada kegiatan usaha