Fungsi Keputusan Masyarakat untuk Melakukan Tindakan

Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden yaitu sebanyak 10 menilai dengan range skala tidak sesuai dan 4 menilai dengan range skala sangat tidak sesuai dengan harapan mereka pada program pembangunan RTH Tabel 34. Alasan responden tersebut adalah bahwa Kelurahan Kalibaru tidak memiliki lahan lagi untuk membangun RTH. Selain itu, mereka juga beralasan bahwa RTH yang ada di wilayah mereka tidak terawat sehingga mereka berharap pemerintah mengembalikan fungsi RTH yang ada terlebih dahulu daripada membangun RTH baru. Mereka juga tidak ingin jika pembangunan RTH berakibat pada direlokasinya masyarakat. Program kedua untuk mengurangi intrusi air laut yang diidentifikasi adalah pelarangan penyedotan air tanah dan memperluas jaringan PDAM. Menurut BPLHD Kotamadya Jakarta Utara, terdapat pengetatan tentang perijinan bagi pengguna air tanah seperti Peraturan Gubernur DKI Jakarta nomor 37 Tahun 2009 tentang Harga Dasar Air Tanah, dimana pemakai air tanah kegiatan usaha dikenakan biaya penggunaan air tanah antara Rp 8 866 sampai Rp 23 333 per m 3 . Sebelumnya, melalui Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 455 Tahun 1999 mengenakan pemakai air tanah kegiatan usaha antara Rp 650 sampai Rp 4 400 per m 3 telah dikeluarkan. Jika dilihat, terdapat kenaikan rata-rata biaya sebesar 400 persen. Peraturan tersebut dimaksudkan agar pemakai air tanah bagi kegiatan usaha dapat beralih ke PDAM Jaya PT Palyja atau PT Aetra Air Jakarta. Hal ini sesuai dengan program Pemerintah DKI Jakarta yang diharapkan pada tahun 2025 semua kegiatan usaha tidak ada yang menggunakan air tanah lagi. Selain menaikkan harga dasar air tanah, pemerintah juga meminta PDAM untuk memperluas jaringan pipa PDAM dan meningkatkan supply pasokan air bersih yang saat ini 16 m 3 detik menjadi 31 m 3 detik pada tahun 2030. Hal ini dilakukan agar pengguna air tanah dapat beralih ke penggunaan air PDAM. Berdasarkan hasil penelitian, responden sebanyak 16 masing-masing menilai dengan range skala tidak sesuai dan sangat tidak sesuai dengan adanya program pelarangan penyedotan air tanah dan memperluas jaringan PDAM. Hal ini dikarenakan menurut masyarakat, masih banyak kegiatan usaha yang menggunakan air tanah. Masyarakat menilai bahwa masih ada kegiatan usaha yang melanggar program tersebut sehingga diperlukan sanksi tegas agar kegiatan usaha tersebut tidak menggunakan air tanah kembali. Adapun program pertama untuk mengurangi banjir rob yang diidentifikasi adalah pembangunan dan peninggian tanggul laut. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas PU DKI Jakarta telah membangun tanggul laut di Muara Angke, Muara Karang, Pluit, Luar Batang, Kalibaru, Cilincing, Marunda dan Martadinata di bagian Pantai Utara Jakarta pada tahun 2008 dan 2009 untuk melindungi warga dari banjir rob. Tanggul beton maupun tanggul batu kali yang dibangun panjangnya kurang lebih 3 000 m dengan ketinggian yang bervariasi antara 1 sd 3 m di atas permukaan tanah. Harapannya, jika terjadi pasang naik, limpahan air laut akan tertahan tanggul beton dan tidak membanjiri rumah masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 4 responden menilai dengan range skala sangat tidak sesuai dengan harapan mereka pada program tanggul laut. Responden tersebut beralasan bahwa tanggul laut yang ada justru dijadikan tempat sampah raksasa bagi masyarakat sehingga menimbulkan permasalahan baru seperti bau yang tidak sedap dan timbulnya berbagai penyakit. Selain itu, responden juga beralasan bahwa daerah mereka menjadi terkena banjir rob setelah adanya tanggul laut karena daerah mereka lebih rendah dari daerah yang dekat dengan laut. Program kedua untuk mengurangi banjir rob yang diidentifikasi adalah rencana pembangunan tanggul laut raksasa Giant Sea Wall. Program ini direncanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia dalam jangka panjang yaitu pada tahun 2025 dan diperkirakan selesai tahun 2030. Program ini merupakan bantuan hibah dari pemerintah Belanda sebagai upaya antisipasi ancaman potensi kenaikan muka air. Selain untuk mengantisipasi banjir rob, tanggul laut raksasa ini juga direncanakan sebagai tempat penampungan air baku dan pengolahan air limbah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta 2010. Saat ini program tersebut masih dalam kajian terutama terkait dengan faktor dana dan lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian, responden sebanyak 4 dan 6 menilai dengan range skala tidak sesuai dan sangat tidak sesuai dengan harapan mereka