Identifikasi Karakteristik Sosial Ekonomi, Persepsi, dan Pola Identifikasi

5. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Kalibaru merupakan salah satu dari tujuh kelurahan yang terletak di Kecamatan Cilincing, Kotamadya Jakarta Utara. Secara geografis kondisi alam Kelurahan Kalibaru adalah dataran rendah dengan ketinggian tanah 1.30 mdpl. Suhu udara berkisar antara 23-37 C dan memiliki curah hujan 30 mm per tahun Kelurahan Kalibaru 2015. Batas wilayah Kelurahan Kalibaru secara administratif adalah sebagai berikut Kelurahan Kalibaru 2015: Sebelah Utara : Laut Jawa Sebelah Barat : JembatanKali Kresek, Kelurahan Koja Sebelah Timur : Jalan Baru dan Jalan Rekreasi Kelurahan Cilincing Sebelah Selatan : Jalan Raya Cilincing, Kali Banglio Kelurahan Lagoa, Kelurahan Semper Barat, Kelurahan Semper Timur, Kelurahan Cilincing Kelurahan Kalibaru memiliki lahan seluas 246.70 Ha dengan status tanah sertifikat 13.50 Ha dan status tanah negara 233.20 Ha yang terbagi dalam 14 Rukun Warga RW dan 171 Rukun Tetangga RT. Peta wilayah Kelurahan Kalibaru dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan data monografi Kelurahan Kalibaru pada Februari 2015 diketahui bahwa Kelurahan Kalibaru memiliki jumlah penduduk mencapai 84 379 jiwa yang terbagi dalam 16 781 Kepala Keluarga KK dengan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan masing-masing adalah 43 292 jiwa 51.3 dan 41 087 jiwa 48.7 . Kepadatan penduduk di Kelurahan Kalibaru ini menempati urutan kedua di Kecamatan Cilincing yakni mencapai 34 203 jiwakm 2 BPS DKI Jakarta 2012. Kondisi ini menyebabkan Kelurahan Kalibaru menjadi salah satu permukiman padat penduduk dan kumuh di daerah pesisir Jakarta. Penduduk Kelurahan Kalibaru dikategorikan menjadi tiga kelompok usia yakni kelompok usia muda 0-14 tahun, kelompok usia tenaga kerja 15-64 tahun, dan kelompok usia tua 65 tahun keatas. Kelompok usia di Kelurahan Kalibaru dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Jumlah penduduk Kelurahan Kalibaru menurut kelompok usia tahun 2015 No. Kelompok umur tahun Jumlah penduduk 1. 0-14 28 300 2. 15-64 53 356 3. ≥ 65 2 723 Sumber: Kelurahan Kalibaru 2015 Data yang diperoleh dari Kelurahan Kalibaru menunjukkan bahwa masyarakat pada umumnya mengenyam pendidikan sampai tingkat Sekolah Menengah Atas SMA dengan jumlah 15 697 jiwa dan AkademiPerguruan Tinggi PT dengan jumlah 11 580 jiwa. Mata pencaharian masyarakat di Kelurahan Kalibaru yaitu karyawan swasta, Pegawai Negeri Sipil PNS, Tentara Nasional Indonesia TNI, nelayan, buruh, dan pedagang. Mayoritas masyarakat Kelurahan Kalibaru adalah pengangguran dan fakir miskin dengan jumlah masing-masing 7 473 jiwa dan 5 354 jiwa. Mata pencaharian lainnya terdiri dari pertukangan, pensiunan, pengangguran, dan fakir miskin. Daftar mata pencaharian masyarakat Kelurahan Kalibaru dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Mata pencaharian masyarakat Kelurahan Kalibaru tahun 2015 No. Mata pencaharian Jumlah Jiwa Persentase 1. SwastaPNSTNI 434 1.53 2. Nelayan 1 546 5.44 3. Buruh 1 880 6.61 4. Pedagang 4 535 15.94 5. Lain-lain 20 050 70.48 Total 28 445 100.00 Sumber: Kelurahan Kalibaru 2015 Adapun mengenai kondisi sarana dan prasarana publik yang dimiliki oleh Kelurahan Kalibaru dapat dikatakan cukup memadai. Beberapa fasilitas yang cukup vital bagi masyarakat, seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, perekonomian, telekomunikasi, perhubungan, hingga olahraga telah tersedia dan memiliki kondisi yang cukup baik. Data mengenai sarana dan prasarana pembangunan publik di Kelurahan Kalibaru dapat dilihat pada Tabel 5. Daerah yang menjadi fokus penelitian adalah wilayah RW 001, 013, 004, dan 006. Keempat RW tersebut merupakan daerah yang paling parah mengalami intrusi air laut dan banjir rob di Pesisir Kelurahan Kalibaru. Hal ini dikarenakan wilayah ini berbatasan dengan laut di bagian utara yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Jumlah penduduk keempat RW tersebut adalah 4 907 KK dengan rincian RW 001, 013, 004, dan 006 masing-masing sebanyak 1 234 KK, 1 237 KK, 1 206 KK, dan 1 230 KK. Tabel 5 Jumlah sarana pembangunan publik Kelurahan Kalibaru tahun 2015 No. Jenis sarana pembangunan Jumlah unit 1. Sarana Peribadatan a. Masjid 21 b. Gereja 1 c. Sarana LainnyaMusholla 58 d. Majelis Ta’lim 81 2. Sarana Pendidikan a. Taman Kanak-Kanak TK 9 b. Sekolah Dasar SD dan Madrasah Ibtidaiyah 27 c. Sekolah Menengah Pertama SMP dan Madrasah Tsanawiyah 7 d. Sekolah Menengah Atas SMA 2 3. Sarana Kesehatan a. Pos Kesehatan 6 b. RS Bersalin Bidan 6 c. Puskesmas 1 d. Dokter Praktek 2 e. Posyandu 26 4. Sarana Perekonomian a. Pasar 1 b. TokoSwalayan 4 c. Pabrik Industri 6 d. Industri Kecil RT 65 e. Kaki Lima 625 f. Koperasi 14 g. Warung 1 241 h. Bank 3 Sumber: Kelurahan Kalibaru 2015

5.2 Kondisi Lingkungan Daerah Penelitian

Permasalahan yang terjadi di RW 001, 013, 004, dan 006 Kelurahan Kalibaru diantaranya adalah pengelolaan sampah yang buruk, penyempitan dan pendangkalan saluran air, intrusi air laut, dan banjir rob. Pengelolaan sampah yang buruk terjadi karena mayoritas masyarakat membuang sampah ke laut. Hal ini dilakukan akibat tidak terjangkaunya akses truk sampah di daerah mereka. Akhirnya, tanggul laut yang sebenarnya berfungsi untuk menahan genangan banjir rob justru menjadi tempat pembuangan sampah “raksasa”. Minimnya truk sampah yang ada menyebabkan masyarakat tidak memiliki pilihan selain membuang sampah ke laut atau Kali Banglio yang bermuara ke laut. Selain itu, latar belakang pendidikan yang tergolong rendah juga membuat pengetahuan masyarakat tentang kebersihan lingkungan rendah sehingga mempengaruhi tingkat kepeduliannya. Penyempitan dan pendangkalan saluran air terjadi akibat masyarakat yang membuang sampah dan limbah rumah tangga ke saluran tersebut. Hal inilah yang menyebabkan pendangkalan saluran air tersebut. Beberapa masyarakat juga menutup sebagian saluran air untuk pembangunan rumah mereka sehingga terjadi penyempitan saluran air dari sebelumnya. Akibatnya, air hujan maupun air laut saat banjir rob yang seharusnya dapat melalui saluran tersebut menjadi terhambat dan akhirnya menggenangi rumah masyarakat. Wilayah pesisir Kelurahan Kalibaru juga merupakan wilayah yang mengalami kesulitan dalam memperoleh air bersih. Kondisi wilayah ini yang berada di muara antara Kali Banglio dan Laut Jawa menyebabkan kualitas air tanah di wilayah ini menjadi asin payau akibat terintrusi air laut. Hal ini diperparah dengan masih minimnya akses pipa Perusahaan Daerah Air Minum PDAM dalam mendistribusikan air. Selain akses yang minim, tingginya biaya pemasangan PDAM juga menjadi kendala bagi masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah. Maka dari itu, masyarakat beralih menggunakan air eceran dan air galon untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Meski kualitas air tanahnya buruk, namun beberapa masyarakat masih tetap mempertahankan keberadaan sumur tersebut sebagai cadangan air untuk mengurangi pengeluaran terhadap air bersih. Khusus di wilayah ini bencana banjir rob merupakan bencana dengan intensitas kejadian yang cukup sering. Hal ini juga diperparah jika intensitas turunnya hujan cukup tinggi yang mengakibatkan air Kali Banglio meluap naik dan menyebabkan kerugian bagi masyarakat sekitar cukup tinggi. Permasalahan ini timbul karena ketinggian tempat yang rendah, topografi dataran landai, dan sistem drainase yang belum baik. Kondisi ini menimbulkan genangan ketika permukaan tanah di wilayah yang terkena banjir lebih rendah saat naiknya air pasang. Pemerintah dalam hal ini memberikan bantuan dalam pembangunan tanggul laut dan peninggian jalan yang bertujuan untuk mengurangi dampak banjir rob. Pembangunan tanggul ini hanya dapat menghalangi banjir untuk sementara, namun tidak dapat mengatasi banjir rob yang terjadi.

6. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Sosial Ekonomi, Persepsi, dan Pola Adaptasi Masyarakat

Informasi karakteristik sosial ekonomi masyarakat penting untuk diketahui karena akan mempengaruhi pemikiran, motivasi, pengalaman, ketertarikan, dan tanggapan dari masyarakat yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kepedulian masyarakat terhadap lingkungan Ismail et al. 2011. Karakteristik sosial ekonomi masyarakat ini juga mempengaruhi persepsi masyarakat. Persepsi merupakan suatu proses interpretasi yang dilakukan seseorang terhadap realitas yang diterimanya Riyanto 2008. Selain karakteristik sosial ekonomi, persepsi juga dapat bersumber dari media komunikasi massa, hasil dari membaca buku, danatau hasil dari berbincang dengan masyarakat lain. Persepsi yang terbentuk pada masyarakat akan membawa masyarakat pada suatu pola adaptasi tertentu dalam menghadapi fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar. Selanjutnya, persepsi akan berpengaruh pada pilihan pola adaptasi masyarakat. Pilihan pola adaptasi ini kemudian mempengaruhi biaya pencegahan yang dikeluarkan masyarakat. Persepsi masyarakat juga mempengaruhi jawaban masyarakat atas kerugian ekonomi yang diderita dan kesesuaian terhadap program yang sudah atau akan dilaksanakan pemerintah. Penjelasan mengenai karakteristik sosial ekonomi, persepsi, dan pola adaptasi responden dijabarkan pada pembahasan di bawah ini.

6.1.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat

Karakteristik umum responden di Kelurahan Kalibaru pada penelitian ini diperoleh berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 50 orang responden yang mewakili rumah tangga sebagai masyarakat. Karakteristik sosial ekonomi responden untuk rumah tangga ini ditinjau dari beberapa aspek yang meliputi jenis kelamin, tingkat pendidikan, status kependudukan, status kepemilikan rumah, jenis pekerjaan kepala keluarga, pendapatan rumah tangga, lama tinggal, jumlah anggota keluarga, jenis bangunan rumah, luas rumah, jarak rumah ke laut, dan penggunaan sumur. Penjelasan masing-masing kriteria karakteristik sosial ekonomi responden dijabarkan pada pembahasan di bawah ini.

6.1.1.1 Jenis Kelamin

Sebagian besar responden dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 70, sedangkan responden laki-laki sebanyak 30. Hal ini disebabkan oleh penelitian yang dilaksanakan pada hari kerja yang umumnya laki-laki sebagai kepala keluarga sedang mencari nafkah. Dominasi responden perempuan juga sangat membantu peneliti karena pada umumnya perempuan lebih memahami berbagai pengeluaran rumah tangga. Hal ini membantu dalam memperoleh informasi kerugian yang diderita responden akibat intrusi air laut dan banjir rob. Proporsi tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. Sumber: Hasil Analisis Data 2015 Gambar 4 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

6.1.1.2 Tingkat Pendidikan Terakhir

Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi pola pikir seseorang dalam mengambil suatu tindakan atau keputusan dalam hidupnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi persepsi dan pola adaptasi yang dilakukan untuk mengurangi dampak dari intrusi air laut dan banjir rob. Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5. Sumber: Hasil Analisis Data 2015 Gambar 5 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Perempuan 70 Laki-laki 30 Tidak sekolah 14 SD 34 SMP 20 SMA 26 PT 6 Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini bervariasi, mulai dari tidak sekolah hingga jenjang Perguruan Tinggi PT. Sebanyak 34 responden merupakan lulusan Sekolah Dasar SD. Sedangkan responden lulusan AkademiPerguruan Tinggi PT berada pada tingkat terendah sebanyak 6. Mayoritas responden berpendidikan rendah, yang terlihat dari proporsi responden lulusan Sekolah Menengah Atas SMA dan PT lebih rendah dari lulusan SD, SMP, dan yang tidak sekolah. Pendidikan masyarakat yang tergolong rendah ini akan menyebabkan kurangnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sekitar dan ketidaktahuannya terhadap fenomena alam yang terjadi sehingga mempengaruhi persepsi dan pola adaptasi yang dipilih.

6.1.1.3 Status Kependudukan

Status kependudukan dari responden mempengaruhi tingkat kepedulian sosial dan lingkungan tempat tinggalnya. Status kependudukan dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi penduduk asli dan pendatang. Penduduk asli adalah penduduk yang berasal lahir dan bertempat tinggal di wilayah DKI Jakarta. Adapun, pendatang adalah penduduk yang berasal dan bertempat tinggal di luar wilayah DKI Jakarta sebelum menetap di wilayah Kelurahan Kalibaru. Status kependudukan responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6. Sumber: Hasil Analisis Data 2015 Gambar 6 Karakteristik responden berdasarkan status kependudukan Berdasarkan data yang diperoleh melalui penelitian, proporsi responden penduduk asli dan pendatang hampir sama yaitu sebanyak 48 dan 52. Jumlah responden pendatang terbagi dalam beberapa asal, yaitu Indramayu, Garut, Tegal, Pekalongan, Pemalang, Surabaya hingga luar Pulau Jawa seperti Medan, Aceh, Gorontalo, dan Makassar. Sebagian besar pendatang memilih berdomisili di wilayah Kelurahan Kalibaru dengan alasan mencari pekerjaan yang lebih baik. Asli 48 Pendatang 52 Penduduk asli umumnya memiliki sertifikat rumah secara legal sehingga keinginan untuk melakukan perlindungan maupun kemampuan beradaptasi pada rumah yang dihuni akan semakin besar.

6.1.1.4 Status Kepemilikan Rumah

Selain status kependudukan, status kepemilikan rumah juga merupakan faktor yang mempengaruhi keinginan dan kepedulian seseorang untuk melakukan perlindungan maupun kemampuan beradaptasi dari rumah yang dihuni. Berdasarkan data yang diperoleh melalui penelitian, responden yang merupakan pemilik dari rumah yang dihuninya yaitu sebanyak 56. Responden lainnya yaitu sebanyak 28 merupakan responden yang tinggal di rumah sewa atau mengontrak dan sisanya yaitu sebanyak 16 responden menumpang di rumah mertua. Proporsi tersebut dapat dilihat pada Gambar 7. Sumber: Hasil Analisis Data 2015 Gambar 7 Karakteristik responden berdasarkan status kepemilikan rumah Mayoritas kepemilikan rumah yaitu milik sendiri menunjukkan bahwa responden umumnya akan menanggung sendiri kerugian atas kerusakan rumah. Selain itu, kepemilikan rumah sendiri akan membuat responden mengeluarkan sejumlah biaya untuk meningkatkan kapasitas rumahnya dalam usaha beradaptasi pada perubahan lingkungan yang terjadi. Adapun untuk responden yang kepemilikan rumahnya sewa dan menumpang, meski melakukan pola adaptasi tertentu, namun kerugian atas kerusakan rumah dan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pola adaptasi umumnya tidak ditanggung sendiri.

6.1.1.5 Jenis Pekerjaan Kepala Keluarga

Jenis pekerjaan kepala keluarga dalam rumah tangga responden cukup variatif. Jenis pekerjaan tersebut antara lain pedagang, pegawai swasta, Pegawai Sendiri 56 Sewa 28 Menumpang 16