masyarakat Tomia. Sehingga kerajinan jalajah merupakan salah satu mata pencarian masyarakat Pulau Kapota, khususnya ibu-ibu.
a a
Gambar 31 Kerajinan Jalajah: a. Kegiatan menganyam jalajah, b. Jalajah siap di jual.
a.2 Kerajinan Tenun
Kerajinan tenun yang dijumpai pada masyarakat Kapota adalah kerajinan menenun leja. Leja merupakan kain khas Wakatobi, namun di setiap pulau
memiliki corak yang berbeda, sehingga dapat dibedakan asal leja tersebut. Untuk Leja asal Kapota biasanya memiliki motif berwarna dengan corak memanjang dari
atas sampai ke bawah Gambar 32.
Gambar 32 Kain tenun khas Kapota. Kegiatan menenun leja dibagi menjadi dua tahap, kegiatan pertama
merupakan kegiatan penyusunan benang yang nantinya akan ditenun. Kegiatan penyusunan benang dimulai dari kegiatan memintal, yaitu suatu kegiatan
penyusunan benang pada serangkaian alat yang disebut oluri. Kegiatan memintal benang pada oluri merupakan kegiatan penyusunan benang dengan berbagai
warna sesuai dengan warna leja yang diinginkan Gambar 33. Warna-warna tersebut yang nantinya akan membentuk motif dan corak dari kain yang akan
ditenun.
Gambar 33 Kegiatan memintal benang pada oluri. Benang disiapkan sesuai warna yang diinginkan, setelah itu barulah tahap
penenunan dilakukan. Proses menenun merupakan proses mengabungkan benang- benang yang telah disusun pada rangkaian alat yang disebut daro. Untuk membuat
satu kain leja bisanya membutuhkan waktu 4-7 hari. Kain leja saat ini menjadi buruan oleh-oleh khas dari Wakatobi. Hingga saat ini belum terdapat souvenir
khas Wakatobi selain kain leja. Harga satu kain leja berkisar antara Rp150.000- Rp250.000, sedangkan selendangnya berkisar antara Rp50.000-Rp100.000.
Gambar 34 Kegiatan menggabungkan benang dengan Daro.
a.3 Seni Tari
Tarian tradisional merupakan suatu potensi yang dapat dikembangkan sebagai objek wisata. Terdapat dua jenis tarian tradisional yang masih dijumpai di
Pulau Kapota yaitu Tari Kenta-Kenta dan Tari Hebaongko. Saat ini tari-tarian tersebut dipertunjukan untuk menyambut tamu-tamu penting yang datang ke
Pulau Kapota.
Tari kenta-kenta merupakan tarian tradisional yang menggambarkan kebiasaan masyarakat dengan penuh suka cita pergi mencari ikan di laut luas. Tari
ini dimainkan oleh 10 orang, 8 orang sebagai penari dan 2 orang sebagai ikannya. Tarian ini mengisyaratkan masyarakat kapota yang sedang mencari ikan di laut
dengan cara memancing di atas sampan, kemudian akan terlihat gerakan tari yang seolah-olah sedang mendayung sampan kemudian ikan yang sudah mereka
dapatkan dijual pada juragan ikan. Kemudian juragan ikan akan menyuruh seorang penari yang memegang parang untuk membunuh ikan tangkapan tersebut
dan ikan dijual ke pada para tamu. Penari yang berjumlah 10 orang tersebut masing-masing membawa
perlengkapan pancing yang berbeda yaitu tali pancing, tombak, dayung, timba air dan sampan. Pakaian yang dipakai saat menari adalah pakaian adat baju wolio,
kain leja dan celana biasa. Atraksi ini dapat berlangsung selama 20 menit dengan diiringi alat musik seperti gendang, gamelan ndengu-ndengu, gong bololo dan
jumlah orang yang memainkannya sebanyak 4 orang. Tari hebaongko merupakan bentuk tarian yang dilakukan untuk menghibur
para raja-raja. Bentuk tariannya seperti melakukan kayang dan dilakukan tanpa alat musik. Tarian ini menunjukkan kelembutan para dayang-dayang tersebut.
Baju yang dipakai saat acara adalah baju adat Kapota baju wolio dan kain leja. Untuk saat ini, tarian hebaongko biasanya ditampilkan di hari raya, upacara adat,
perkawinan, dan sunatan.
b. Pesta Budaya Pulau Kapota