pengunjung dalam pembuatan berbagai jenis makanan dan menganyam. Kegiatan ini ditujukan untuk semua pengunjung yang datang ke Pulau Kapota dengan
tujuan untuk wisata budaya dan ingin mengetahui aktivitas masyarakat sehari- hari. Kegiatan dilaksanakan selama 1-2 hari dengan jumlah pengunjung dalam
satu kali kegiatan interpretasi 5-10 orang. Materi yang perlu disiapkan disajikan pada tabel 18.
Tabel 18 Materi interpretasi di jalur interpertasi Togo Molengo
No. Bentuk Kegiatan
Materi yang Perlu Disiapkan
2. Membuat Kasuami
a. Pengenalan Kasuami dan bentuk alat pembuatannya gepe
b. Cara menggunakan gepe
c. Proses pembuatan
3. Melihat cara pembuatan
Jalajah a.
Pengenalan Jalajah b.
Proses pembuatannya 3.
Menenun leja a.
Pengenalan bentuk dan fungsi alat-alat tenun b.
Cara menggunakan alat tenun c.
Perbedaan Leja Pulau Kapota dengan pulau lain di Wakatobi
d. Pentingnya Leja bagi masyarakat Pulau Kapota
4. Kunjungan ke tempat
bersejarah sekaligus berziarah ke makam
Bapak Barakati a.
Menceritakan arti Togo Molengo, bentuknya pada zaman dahulu, memperlihatkan bekas Togo kampung kedua, dan
menceritakan adanya Togo pertama Katiama b.
Menceritakan sejarah penyiar Islam pertama di Pulau Kapota sehingga tertarik untuk ketempat-tempat lainnya
c. Mengenalkan Bapak Barakati yang sangat dihormati oleh
masyarakat
5.7.4 Jalur Interpretasi Batu Banakawa
Jalur interpretasi Banakawa memiliki rentang jarak tempuh yang cukup panjang yaitu ±3400 m tetapi memiliki aksesibilitas yang tidak terlalu sulit
sehingga menarik untuk dilewati. Karena jalur ini cukup panjang maka akan menarik sekali jika jalur dilewati dengan sepeda gunung yang direncanakan akan
disiapkan oleh pihak pengelola. Tema yang diangkat adalah ”Pulau Kapota
mampu memberikan kesan dan pesan yang bisa diungkapkan dan diceritakan kembali dikemudian hari
”. Tujuan pembuatan Jalur Interpretasi Batu Banakawa adalah mengajak pengunjung untuk menikmati sumberdaya alam Pulau Kapota
yang diwakili oleh jalur SPKP-Batu Banakawa sehingga meninggalkan kesan dan pengalaman yang tidak terlupakan. Dalam hal ini dapat terlihat bahwa kawasan
Kepulauan Wakatobi tidak hanya memiliki keindahan bawah laut saja tetapi pulau-pulaunya juga memiliki keindahan dan daya tarik tersendiri untuk
dinikmati.
Jalur ini ditujukan untuk semua pengunjung yang datang ke wakatobi dari berbagai kelas umur usia 9-50 tahun, juga merupakan salah satu alternatif bagi
pengunjung yang tidak bisa menikmati keindahan bawah laut Wakatobi karena tidak bisa berenang. Sehingga Pulau Kapota bisa menjadi salah satu kawasan
wisata yang memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan kawasan lain di Kepulauan Wakatobi yang hanya menawarkan keindahan bawah lautnya saja.
Posisiletak jalur tersebut berada di bagian timur sampai barat
Pulau Kapota Gambar 62
Bagi pengunjung yang tidak sempat untuk ke jalur lainnya tapi ingin melihat banyak objek, maka dapat memilih jalur ini karena Jalur Interpretasi
Banakawa memiliki kelebihan dari jalur lainnya yaitu kelengkapan objek utama yang akan diinterpretasikan. Objek-objek tersebut dapat dilihat pada tabel 19.
Tabel 19 Objek utama di Jalur Interpretasi Banakawa
No. Objek Utama
Keterangan
1. 2.
3.
4.
5.
6. 7.
Sekretariat SPKP Membuat Kasuami
Menganyam jalajah Menenun kain leja
Kapota Perkebunan
singkong dan jambu mete
Katiama Hutan Bambu
Kaidea Pa’da Sekretariat SPKP merupakan kantor pusat informasi yang terletak
disebelah kiri jalur, titik awal jalur menuju Pantai Aowolio. Kasumi meruapakan makanan pokok masyarakat Kapota, dan
Wakatobi umumnya. Makanan tersebut diolah sedemikian rupa dengan proses-proses yang menarik. Sehingga dalam hal ini,
pengunjung dapat melihat proses pembuatan dan alat-alat yang dibutuhkan dalam pembuatan kasuami tersebut.
Meskipun didaerah lain kegiatan ini banyak dilakukan tetapi jalajah yang ada di Kapota hanya dibuat oleh kaum wanita, para
pria tidak ikut serta dalam kegiatan menganyam tersebut. Inilah yang menjadi salah satu keunikannya, yaitu melihat kelihaian
tangan para ibu-ibu yang sedang menganyam bilah-bilah bambu yang telah ditipiskan, jika tidak hati-hati bilah ini bisa melukai
tangan. Kain leja Kapota merupakan hasil tenunan masyarakat Kapota
yang dilakukan hampir satu minggu untuk menyelesaikan satu buah kain. Sekitar 10-15 m dari sekretariat terdapat beberapa
pemukiman yang mempunyai alat-alat untuk menenun kain leja Perkebunan ini dapat dijumpai di beberapa lokasi pada jalur
menuju Banakawa. Tanaman ini dapat diinterpretasikan mengenai keunikan dan manfaatnya seperti jambu mete yang memiliki
bentuk buah yang unik, dimana biji dimanfaatkan sebagai makanan dan daunnya sebagai obat. Sedangkan singkong
memiliki buah yang dimanfaatkan sebagai makanan pokok masyarakat Wakatobi atau lebih dikenal dengan nama kasuami
dan daunnyadimanfaatkan sebagai sayuran. Bekas benteng pertahanan kerajaan Kapota pertama, dan dulu
digunakan untuk mempertahankan perkampungan dari serangan para bajak laut, letaknya berada sekitar ± 916 m dari SPKP
Bambu merupakan salah satu jenis tanaman yang memiliki banyak manfaat mulai dari tunas, daun, hingga batangnya. Salah
satu bagian yang paling banyak digunakan di Kapota adalah
8.
9.
10. 11.
12. Mata air kolowowa
Laudina Pantai Kolowowa
Petani budidaya rumput laut
Batu Banakawa bagian batang yang digunakan untuk membuat jalajah dan alat
tangkap ikan tradisional. Letaknya berada sekitar ± 884 m dari Katiama.
Air yang berasal dari sungai bawah tanah yang alirannya dapat didengarkan diantara batuan karang. Gemuruh aliran sungai
tersebut akan semakin besar terutama pada musim hujan. Letaknya berada sekitar ± 900 m dari Hutan Bambu.
Sebuah lokasi yang dianggap angker oleh masyarakat, karena dahulu digunakan sebagai tempat pembuangan masyarakat
Kapota yang berpenyakit lepra. Letaknya berada sekitar ± 400 m dari Mata air kolowowa
Pantai terpanjang yang ada di Pulau Kapota, yaitu sekitar 2 km Salah satu aktivitas masyarakat yang dapat dilihat di sekitar
Pantai Kolowowa atau sekitar 300 m dari laudina. Salah satu batu karang yang dikeramatkan sekaligus tempat
bersejarah bagi masyarakat yang terletak sekitar 310 m dari laudina
Tabel 19 Lanjutan
Gambar 62 Peta jalur interpertasi Banakawa.
Fasilitas pendukung interpretasi yang direncanakan pada jalur ini yaitu pal jarak, papan interpretasi, papan penunjuk arah, dan shelter. Pal jarak berada di
posisi kanan jalur dan diletakkan di setiap 100 m. Pal jarak ini diletakkan dimulai dari rumah terakhir yang terdapat di Desa Kapota Utara dan diakhiri di Batu
Banakawa ±2500 m, kebutuhan pal jarak di jalur ini adalah sekitar ± 25 buah. Papan interpretasi memberikan informasi khusus mengenai objek interpretasi,
banyaknya papan interpretasi yang dibutuhkan pada jalur yaitu sekitar ± 4 buah. Sedangkan banyaknya papan penunjuk arah yang dibutuhkan yaitu ± 7 buah.
Shelter sebagai tempat beristirahat yang dibutuhkan yaitu hanya ± 1 buah yang terletak di Pantai Kolowowa.
Pola alur setapak untuk interpretasi di Jalur II yaitu berada pada satu tempat, dimana arah pintu masuk dan pintu keluarnya sama satu pintu dengan
dua alur seperti terlihat pada gambar 63.
Gambar 63 Pola alur setapak interpretasi di Jalur Interpretasi Batu Banakawa.
Contoh Program Interpretasi
Program interpretasi yang diusulkan pada Jalur Interpretasi Banakawa disesuaikan dengan objek-objek utama yang akan diinterpretasikan dan
berdasarkan ketertarikan pengunjung terhadap flora fauna yang ditemukan dijalur ini. Selain itu juga disesuaikan dengan tujuan utama pengunjung datang ke Pantai
Kolowowa dengan melewati jalur ini. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka program kegiatan interpretasi yang diusulkan pada jalur ini adalah Melintasi Alam
Sekitar Kapota dengan Sepeda dan Perahu Katinting.
C
1 Pintu 2 alur
D A
Pintu Masuk Pintu Keluar
B
Keterangan Objek Interpretasi
Alur setapak Arah alur masuk untuk interpretasi
Arah alur balik untuk interpretasi
Lintas alam di sekitar kawasan Pulau Kapota bukanlah sekedar petualangan kecil yang melintasi hutan yang tidak luas, tetapi kegiatan ini lebih
dilihat pada keuntungannya terhadap kesehatan dan kesan yang akan didapatkan setelah melakukan kegiatan. Melintasi alam terbuka ternyata punya faedah besar
untuk kesehatan yaitu untuk mempertahankan kerja jantung dan mengurangi berat badan. Melintasi alam terbuka juga merupakan salah satu cara yang
menyenangkan dan efektif untuk membersihkan pikiran. Kegiatan ini ditujukan untuk semua pengunjung yang datang ke Pulau Kapota terutama siswa tingkat
SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Kegiatan dilakukan selama 1 hari dengan jumlah pengunjung tidak dibatasi tetapi harus memiliki kelompok-kelompok kecil
saat melintasi jalur. Sedangakan kegiatan berperahu dengan katinting merupakan kegitan tambahan dalam program ini untuk melihat langsung kegiatan budidaya
rumput laut di sekitar Pantai Kolowowa. Materi yang perlu disiapkan disajikan pada tabel 20.
Tabel 20 Materi interpretasi di Jalur Interpretasi Banakawa
No. Bentuk
Kegiatan Materi yang Perlu Disiapkan
1. Lintas alam
dengan sepeda a.
Cerita tentang objek-objek yang telah dipilih sebagai objek interpretasi di jalur tersebut:
- Membuat kasuami. Asal usul mengenai makanan tersebut menjadi makanan pokok dan peralatan yang digunakan dalam proses
pembuatannya . - Menganyam jalajah. Bahan yang digunakan, lokasi tempat
pengambilan bahan tersebut, kegunaannya, dan proses pembuatannya.
- Menenun kain leja Kapota. Bahan yang digunakan, alat-alat yang digunakan, proses pembuatan, dan perbedaannya dengan leja pulau
lain di Wakatobi - Perkebunan singkong dan jambu mete. Manfaat dan kegunaan
tanaman tersebut, serta kekhasannya di Pulau Kapota - Katiama. Cerita sejarah mengenai perkampungan tersebut dan
pemandangan yang dapat dilihat dari lokasi tersebut - Hutan Bambu Kaidea Pa’da. Penjelasan mengenai peraturan adat
yang berlaku dalam pemanfaatan bambu tersebut - Mata air kolowowa. Manfaatnya bagi masyarakat di Pulau Kapota
- Laudina. Sejarah lokasi tersebut dijadikan tempat pembuangan orang berpenyakit lepra
- Pantai Kolowowa. Panjang pantai, kondisi pantai dan pemandangan dari pantai tersebut
- Batu Banakawa. Sejarah mengenai Batu Banakawa 2.
Berperahu Katinting
a. Objek yang dipilih merupakan lokasi budidaya rumput laut, sehingga
materinya berupa proses budidaya rumput laut tersebut mulai dari pemilihat bibit, pemasangan tali, pembudidayaannya, pemeliharaan,
sampai pemanenan, dan alat-alat yang diperlukan dalam proses tersebut.
5.7.5 Jalur Interpretasi Hutan Sara