a. Peta kawasan Taman Nasional Wakatobi dan kawasan Pulau Kapota
b. Peta lokasi objek dan jalur interpretasi alam Pulau Kapota
c. Maket kawasan Taman Nasional Wakatobi
d. Poster potensi flora, fauna, dan ekosistem yang khas diPulau Kapota
e. Poster sejarah dan budaya Pulau Kapota
f. Foto-foto 8 potensi sumberdaya penting Taman Nasional Wakatobi
g. Foto-foto kegiatan Taman Nasional Wakatobi
h. Foto-foto kegiatan MDK Desa Kapota
i. Papan tata tertib pengunjung Pulau Kapota
j. Buku panduan kegiatan interpretasi alam di Pulau Kapota
k. Buku tamu dan tempat pendaftaran ulang
5.8.2  Tempat Pembuangan Sampah
Tempat  pembuangan  sampah  ini  sangat  diperlukan  untuk  menjaga lingkungan agar tetap bersih dari sampah.
5.8.3  Toko Cendera Mata
Toko  cendera  mata  merupakan  tempat  yang  menyediakan  berbagai souvenir.  Pengunjung  biasanya  sangat  menyukai  berbelanja  souvenir  yang
memiliki kekhasan daerah yang dikunjunginya. Souvenir yang dapat dijual seperti kain leja, miniatur gepe alat pembuat kasuami yang terbuat dari kayu, miniatur
kapal,  miniatur  biota  laut,  dan  bentuk-bentuk  lainnya  yang  mencirikan  Pulau Kapota atau Wakatobi.
5.8.4  Perencanaan Peta Kawasan Peta Objek Wisata
Peta  kawasan  merupakan  peta  yang  menerangkan  jalur  dan  objek  yang
terdapat di dalam kawasan Pulau Kapota. Peta kawasan peta objek wisata sangat
diperlukan,  terutama  jika  pengunjung  yang  datang  ke  Pulau  Kapota  tidak menggunakan jasa pemandu. Selain itu peta objek wisata juga menjadi salah satu
informasi  yang  sangat  penting  mengenai  objek-objek  yang  ada  di  Pulau  Kapota. Penempatan peta kawasan ini berada di dekat Sekretariat SPKP. Salah satu contoh
desain peta kawasan tersebut dapat dilihat pada gambar 69.
Gambar 69  Peta objek wisata Pulau Kapota.
5.8.5  Homestay
Hasil  survey  lapang,  sarana  yang  baru  disediakan  adalah  homestay. Homestay  ini  untuk  sementara  masih  merupakan  perumahan  masyarakat  yang
masih  sederhana  tetapi  sudah  cukup  nyaman  untuk  ditempati  .Homestay
Keterangan Bahan: Atap dari ijukseng, tiang dari kayu atau besi
kemudian tiang diberi pondasi dari semen, Peta kawasan terbuat dari aluminium
Papan berisikan: 1.
Tulisan „Selamat datang di Pulau Kapota‟ 2. Gambar  69  peta kawasan
1
2
umumnya memberikan pelayanan akomodasi, kenyamanan tinggal, dan konsumsi kepada  pengunjung.  Berdasarkan  pengamatan  di  lapangan,  homestay  yang  ada
saat  ini  masih  kurang  memuaskan  pengunjung,  hal  ini  karena  letakposisi beberapa  homestay  berada  ditempat  yang  kurang  strategis  seperti  dekat  dengan
lokasi kuburan, kamar yang disediakan letaknya dekat dengan kamar keluarga. Rencana  pembangunan  homestay  juga  disebabkan  karena  belum  adanya
homestay  yang  berada  di  lokasi  pantai  dan  memiliki  pemandangan  pantai  yang indah seperti yang diharapkan pengunjung. Berdasarkan kondisi ini, maka perlu di
bangun  beberapa  homestay  sederhana  yang  memang  dikhususkan  untuk pengunjung  dan  sebaiknya  bekerjasama  dengan  masyarakat  setempat.  Lokasi
tempat  dibangun  homestay  tersebut  sebaiknya  berada  ditepi  pantai  dan  memiliki pemandangan  yang  bagus  sehingga  pengunjung  benar-benar  berada  disuasana
pantai  seperti  di  bangun  di  tepi  pesisir  Pantai  Aowolio.  Selain  berada  di  pesisir pantai,  pantai  Aowolio  juga  memiliki  pemandangan  yang  indah.  Berikut  adalah
contoh desain homestay sederhana yang direkomendasikan Gambar 70.
a
Gambar 70  Contoh desain homestay sederhana.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Hasil  analisis  potensi  sumberdaya  kawasan,  potensi  jalur,  pengunjung, pengelola,  dan  sarana  prasarana  wisata  maka  terdapat  6  jalur  yang  memenuhi
kriteria  untuk  dikembangkan  sebagai  jalur  interpretasi  di  Pulau  Kapota  Taman Nasional Wakatobi, yaitu  Jalur Interpretasi Pantai Aowolio, Jalur Interpretasi Goa
Kelelawar,  Jalur  Interpretasi  Togo  Molengo,  Jalur  Interpretasi  Banakawa,  Jalur Interpretasi Hutan Sara dan Jalur Interpretasi Kapota Reef.
1. Jalur  Interpretasi  Pantai  Aowolio  memiliki  panjang  jalur  ±  2900  m  dengan
waktu  tempuh  ±  120  menit  berjalan  kaki.  Jalur  ini  memiliki  kekhasan  objek berupa  ekosistem  yang  khas  ekosistem  lamun,  mangrove,  dan  terumbu
karang, pantai pasir putih, Batu Sahu’u, dan pemandangan alam sehingga jalur
berpotensi dikembangkan untuk pendidikan lingkungan. 2.
Jalur  Interpretasi  Goa  Kelelawar  memiliki  panjang  jalur  ±  1100  m  dengan waktu  tempuh  ±  15  menit  berjalan  kaki.  Jalur  ini  memiliki  kekhasan  objek
berupa  Goa  Kelelawar,  dan  kelapa  cabang  empat  sehingga  jalur  berpotensi dikembangkan untuk pendidikan lingkungan.
3. Jalur  Interpretasi  Togo  Molengo  memiliki  panjang  jalur  ±  1000  m  dengan
waktu  tempuh  ±  20  menit  berjalan  kaki.  Jalur  ini  lebih  dikembangkan  untuk pendidikan sejarah dan  budaya Pulau  Kapota karena pada  jalur terdapat objek
sejarah  berupa  Benteng  Togo  Molengo  dan  makam  penyiar  agama  Islam,  dan objek  seni-budaya  berupa  kerajinan  anyam,  kerajinan  tenun,  tari-tarian,  pesta
budaya, dan makanan khas Pulau Kapota. 4.
Jalur  Interpretasi  Banakawa  memiliki  panjang  jalur  ±  3400  m  dengan  waktu tempuh  ±  120  menit  berjalan  kaki.  Jalur  ini  memiliki  objek  interpretasi  yang
lebih  lengkap dari  jalur  lainnya karena pada  jalur terdapat objek sejarah, situs keramat, aktivitas masyarakat, pemandangan alam, flora, fauna, dan ekosistem
mangrove  sehingga  jalur  berpotensi  dikembangkan  untuk  pendidikan  sejarah dan lingkungan
5. Jalur Interpretasi Hutan Sara memiliki panjang jalur ± 3000 m dengan waktu
tempuh ± 90 menit berjalan kaki. Jalur ini merupakan kawasan hutan adat yang