Kondisi Fisik Kondisi Biologi

berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam No.198KptsDJVI1997 tanggal 31 Desember 1997, terdiri atas: zona inti, zona pelindung bahari, zona pariwisata, zona pemanfaatan lokal dan zona pemanfaatan umum. Namun karena proses penetapannya dianggap belum melalui tahapan proses konsultasi di berbagai tingkatan serta pembagian ruangnya belum sesuai dengan fungsi peruntukan serta kebutuhan yang berkembang, maka penetapan zonasi lama banyak menimbulkan konflik di lapangan. Pemberlakuan Undang Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.32 tahun 2004, telah meningkatkan kesadaran pemerintah daerah dan masyarakat untuk melakukan pembagian kewenangan dan tanggung jawab antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Semangat penerapan undang-undang tersebut juga menyangkut pengelolaan sumberdaya alam yang selama ini dirasakan kurang memperhatikan kepentingan daerah dan masyarakat. Dalam perkembangannya, pada tahun 2003 melalui Undang-undang No.29 tahun 2003, Kabupaten Wakatobi dibentuk sebagai pemekaran dari Kabupaten Buton. Letak dan luas kabupaten baru ini sama persis dengan letak dan luas TNW.

3.3 Kondisi Fisik

Bentuk topografi daerah Kabupaten Wakatobi umumnya datar dan terdapat beberapa mikro atol seperti Karang Kapota, Karang Kaledupa, dan Karang Tomia. Konfigurasi terumbu karang pada umumnya datar, kadang-kadang muncul di permukaan dengan beberapa daerah yang bertubir-tubir karang yang tajam. Perairan lautnya mempunyai konfigurasi perairan mulai dari datar hingga melandai ke arah laut, dan beberapa daerah perairan bertubir curam. Kedalaman airnya bervariasi, dengan bagian terdalam terletak di sebelah Barat dan Timur Pulau Kaledupa yaitu sedalam 1.044 m. Kepulauan Wakatobi terletak berdekatan dengan garis khatulistiwa. Hal ini menjadikan Kabupaten Wakatobi beriklim tropis. Wakatobi juga mengenal adanya musim angin barat dan musim angin timur. Musim angin barat berlangsung dari bulan Desember-Maret yang ditandai dengan sering terjadinya hujan. Sedangkan musim angin timur berlangsung pada bulan Juni-September yang ditandai dengan kondisi laut yang teduh, gelombang tenang dan jarang terjadi hujan. Peralihan musim ini biasa disebut dengan musim pancaroba, yaitu pada bulan Oktober-November dan bulan April-Mei. Kondisi gelombang air laut tidak menentu, sangat tergantung dengan cuaca. Suhu harian berkisar antara 19 – 34 C. Data sepuluh tahun terakhir menyebutkan jumlah curah hujan di Kepulauan Wakatobi tidak begitu tinggi. Jumlah curah hujan terendah terjadi pada bulan September 2,5 mm dan curah hujan tertinggi pada bulan Januari yang dapat mencapai 229,5 mm Balai TNW 2008.

3.4 Kondisi Biologi

Kepulauan Wakatobi masuk ke dalam kawasan segitiga karang dunia coral triangle centre yaitu wilayah yang memiliki keanekaragaman terumbu karang dan keanekaragaman hayati lainnya termasuk ikan tertinggi di dunia, yang meliputi Philipina, Indonesia sampai Kepulauan Solomon Supriatna 2008. Sementara itu kekayaan sumberdaya laut TNW dikelompokkan menjadi 8 sumberdaya penting, yaitu terumbu karang, mangrove, padang lamun, tempat pemijahan ikan, tempat bertelur burung pantai, pantai peneluruan penyu, dan cetacean Balai TNW 2007. Sampai saat ini di dalam ekosistem terumbu karang tercatat 396 jenis karang keras, sebanyak 28 marga karang lunak dan 31 jenis karang jamur. Jenis terumbu karang di kepulauan ini terdiri dari terumbu karang cincin atol reef, terumbu karang tepi fringing reef, terumbu karang penghalang barrier reef dan karang gosong patch reef. Berdasarkan hasil citra satelit, diketahui bahwa luas terumbu karang di Kepulauan Wakatobi adalah 88.161,69 ha. Adapun komponen utama yang menyusun terumbu karang di Kepulauan Wakatobi yaitu karang hidup terdiri dari hard coral dan soft coral dan karang mati dead coral, serta organisme lain yang bersimbiosis dengan karang Balai TNW 2007. Letak Kepulauan Wakatobi berada di kawasan segitiga karang dunia, sehingga kawasan ini memiliki jenis ikan yang beragam. Berdasarkan indeks keragaman ikan karang, ditemukan sekitar 942 spesies ikan karang di wilayah perairan Wakatobi Balai TNW 2008. Peringkat ini menempatkan Wakatobi pada kategori keanekaragaman hayati sama dengan Teluk Milne di Papua Nugini dan di Komodo. Famili paling beragam spesiesnya adalah wrasse Labridae, damsel Pomacentridae, kerapu Serranidae, kepe-kepe Chaetodontidae, surgeon Acanthuridae, kakatua Scaridae, cardinal Apogonidae, kakap Lutjanidae, squirrel Holocentridae dan angel Pomacanthidae. Hasil monitoring BTNW-WWF-TNC tahun 2006, tercatat 2 jenis penyu yang dijumpai di Kepulauan Wakatobi, yaitu penyu sisik Eretmochelys imbricata dan penyu hijau Chelonia mydas Balai TNW 2008. Kemudian juga tercatat 9 jenis lamun di Perairan Wakatobi diantaranya Enhalus acororides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Halodule pinifolia, Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium, Thalassodenron ciliatum, Halodule uninervis, Cymodocea serullata. Selain ekosistem karang dan biota laut lainnya Kepulauan Wakatobi juga memiliki ekosistem non karang seperti mangrove. Tercatat 22 jenis tumbuhan mangrove dari 13 famili mangrove sejati, antara lain Rhizophora stylosa, Sonneratia alba, Osbornia octodonta, Ceriops tagal, Xylocarpus moluccensis, Scyphiphora hydrophyllacea, Bruguiera gymnorrhiza, Avicennia marina, Pemphis acidula, dan Avicennia officinalis Balai TNW 2008. Diantara berbagai keanekaragaman sumberdaya TNW, terdapat beberapa jenis satwa langka dan dilindungi oleh pemerintah. Beberapa spesies yang termasuk jenis langka dan terancam adalah penyu sisik Eretmochelys imbricata, penyu hijau Chelonia mydas, ikan napoleon Cheilinus undulatus, kepiting kenari Birgus latro, kima Tridacna sp., lola Trochus niloticus dan cumi-cumi berbintik hitam. Sementara itu jenis burung laut yang terdapat di TNW seperti angsa batu coklat Sula leucogaster plotus, cerek melayu Charadrius peronii, dan raja udang erasia Alcedo anthis. Adapun dari famili Cetacean tercatat beberapa jenis yang tergolong terancam punah seperti paus sperma Physeter macrocephalus, paus pemandu sirip pendek Globicephala macrorhyncus, paus pembunuh Orcinus orca, paus pembunuh kerdil Feresa attenuata, lumba- lumba totol Stenella attenuata, lumba-lumba gigi kasar Steno bredenensis, lumba-lumba abu-abu Grampus griseus, lumba-lumba hidung botol Tursiops truncatus, dan paus kepala semangka Peponocephala electra.

3.5 Sosial Budaya Masyarakat