Potensi Sejarah dan Situs Keramat a.

a. b. Gambar 23 Pantai Umala: a. Genangan air pasang di sekitar Pantai Umala, b. Pemandangan yang indah di Batu Karang Umala.

5.1.3 Potensi Sejarah dan Situs Keramat a.

Potensi Sejarah Bekas-bekas peninggalan sejarah masyarakat Pulau Kapota hingga saat ini masih terlihat jelas, seperti bekas Benteng Katiama, Benteng Togo Molengo dan Batu Banakawa. Berdasarkan mitos yang beredar di masyarakat, pertama kali adanya peradaban di Pulau Kapota dimulai sejak abad ke-16. Penghuni pertama Pulau Kapota merupakan masyarakat yang berasal dari Kerajaan Lemakera, yaitu sebuah kerajaan Hindu yang berada di Flores, Nusa Tenggara Timur. Mereka menetap di sebuah tempat yang berada di atas bukit di tengah hutan Pulau Kapota. Tempat tersebut dikenal dengan nama katiama yang berarti kampung pertama. Kondisi katiama saat ini telah tertutup oleh semak belukar sehingga perlu dibersihkan dan perlu dilakukan pembenahan, agar dapat terlihat sejauh mana bekas-bekas benteng yang masih ada tersebut. Gambar 24 Bekas Benteng Katiama yang sudah tertutupi rumput. Perubahan hidup masyarakat Pulau Kapota di mulai sejak masuknya ajaran Islam yang di bawa oleh Kerajaan Buton. Setelah masuknya kerajaan Islam, jumlah penduduk mulai meningkat, sehingga masyarakat membutuhkan perkampungan baru. Togo Molengo merupakan benteng Kerajaan Kapota dan merupakan kampung kedua sebelum masyarakat menempati kampung yang ada saat ini. Bekas Benteng Togo molengo saat ini masih terlihat jelas, yaitu berupa tembok-tembok yang di susun mengelilingi suatu areal tanah dengan luas sekitar 1000 m 2 . Sebenarnya sepintas Togo Molengo mirip seperti benteng di Kota Bau- bau, Pulau Buton atau biasa dikenal dengan nama Keraton Kota Buton. Togo Molengo juga menyimpan sejarah penting asal mula ajaran agama Islam masuk ke Pulau Kapota. Di dalam benteng ini terdapat makam yang dipercaya sebagai makam penyebar agama Islam pertama di Pulau Kapota Gambar 25, makam Bapak Barakati. Bapak Barakati memiliki nama asli La Ode Ana, nama ini sangat jarang disebut oleh masyarakat Kapota tabu, mereka percaya bahwa untuk menyebut namanya harus pada waktu-waktu tertentu saja masyarakat luar tidak boleh tahu kapan waktu tersebut. Gambar 25 Makam Bapak Barakati di dalam Togo Molengo. Masuknya peradaban di Pulau Kapota melalui laut, dengan menggunakan kapal-kapal layar. Berdasarkan mitos di masyarakat, awal masuknya kapal-kapal laut ke Pulau Kapota menempati sebuah tanjung kecil. Tanjung tersebut saat ini di kenal dengan nama Batu Banakawa Bana artinya pertama, Kawa artinya tiba. Batu Banakawa merupakan sebuah batu karang yang terdapat di tanjung sekitar Pantai Kolowowa. Di batu inilah para utusan Sultan Buton para penyiar agama Islam pertama kali menginjakkan kakinya. Meskipun hanya terlihat seperti batu biasa yang terdampar di antara hamparan pasir putih, tetapi bagi masyarakat Kapota batu ini memiliki nilai tersendiri, yaitu sebagai tempat yang dikeramatkan Gambar 26. Masyarakat percaya batu ini memiliki penghuni sehingga tidak ada yang berani merusaknya. Gambar 26 Batu Banakawa yang dikeramatkan oleh masyarakat Kapota.

b. Potensi Situs-situs Keramat