Program caving ditujukan untuk umum pengunjung dengan usia 15-50 tahun. Pemilihan ini berdasarkan kondisi fisik goa yang horizontal dan dapat
ditempuh oleh berbagai kelompok umur. Kegiatan dapat dilakukan selama 1 har i dengan jumlah pengunjung yang boleh memasuki goa yaitu sekitar 5-10 orang.
Materi interpretasi yang perlu dipersiapkan adalah pengenalan peraturan dan tata tertib penelusuran goa, pengenalan sejarah terbentuknya goa, pengenalan macam-
macam goa, fungsi goa, etika penelusuran goa, teknik dalam penelusuran goa, dan pengenalan ornamen-ornamen goa.
5.7.3 Jalur Interpretasi Togo Molengo
Jalur Interpretasi Togo Molengo dikembangkan untuk kegiatan interpretasi sosial budaya masyarakat Pulau Kapota, diharapkan dalam kegiatan interpretasi
tersebut terjadi interaksi antara masyarakat dengan pengunjung. Jalur ini memiliki aksesibilitas yang lebih mudah dibanding jalur lainnya karena rentang jarak
tempuhnya tidak terlalu panjang yaitu ±1000 m. Sasaran interpretasinya ditujukan untuk semua pengunjung pengunjung dengan usia 9-50 tahun yang datang ke
Pulau Kapota dengan tujuan untuk wisata budaya. Tema yang diangkat adalah “Keterlibatan aktif wisatawan pada berbagai kegiatan di lingkungan alam
maupun sosial budaya, akan memberikan kesempatan dan keleluasaan untuk berintegrasi dengan masyarakat setempat
”. Tujuan pembuatan Jalur Interpretasi Togo Molengo adalah untuk mengenalkan kondisi sosial dan budaya masyarakat
setempat kepada pengunjung. Sedangkan untuk masyarakat setempat diharapkan dengan adanya kegiatan interpretasi ini dapat menjadi motivasi untuk memelihara
budaya daerah dan mulai memperhatikan objek-objek sejarah yang terdapat di Pulau Kapota. Posisiletak jalur tersebut berada di sisi bagian
timur Pulau Kapota
Gambar 60 Objek utama yang dijadikan sebagai objek interpretasi di jalur ini dipilih
berdasarkan tema yang diangkat pada jalur yaitu untuk mengenal sosial dan budaya daerah setempat termasuk didalamnya mengetahui objek-objek sejarah
peninggalan kerajaan Kapota, sehingga terjadi interaksi yang positif antara masyarakat dengan pengunjung. Objek-objek yang dapat diinterpretasikan pada
jalur ini dapat dilihat pada tabel 17.
Tabel 17 Objek utama di Jalur Interpretasi Togo Molengo
No. Objek Utama
Keterangan
1. 2.
3.
4.
5.
6.
7. 8.
Sekretariat SPKP Membuat Kasuami
Menganyam jalajah Menenun kain leja
Kapota Perkebunan
singkong Tanaman bambu
Togo Molengo Makam Bapak
Barakati Sekretariat SPKP merupakan kantor pusat informasi yang terletak
disebelah kiri jalur, titik awal jalur menuju Pantai Aowolio. Kasumi meruapakan makanan pokok masyarakat Kapota, dan
Wakatobi umumnya. Makanan tersebut diolah sedemikian rupa dengan proses-proses yang menarik. Sehingga dalam hal ini,
pengunjung dapat melihat proses pembuatan dan alat-alat yang dibutuhkan dalam pembuatan kasuami tersebut.
Meskipun didaerah lain kegiatan ini banyak dilakukan tetapi jalajah yang ada di Kapota hanya dibuat oleh kaum wanita, para
pria tidak ikut serta dalam kegiatan menganyam tersebut. Inilah yang menjadi salah satu keunikannya, yaitu melihat kelihaian
tangan para ibu-ibu yang sedang menganyam bilah-bilah bambu yang telah ditipiskan, jika tidak hati-hati bilah ini bisa melukai
tangan. Kain leja Kapota merupakan hasil tenunan masyarakat Kapota
yang dilakukan hampir satu minggu untuk menyelesaikan satu buah kain. Sekitar 10-15 m dari sekretariat terdapat beberapa
pemukiman yang mempunyai alat-alat untuk menenun kain leja Perkebunan ini dapat dijumpai di beberapa lokasi pada jalur
menuju Togo Molengo. Tanaman ini dapat diinterpretasikan mengenai keunikan dan manfaatnya seperti memiliki buah yang
dimanfaatkan sebagai makanan pokok masyarakat Wakatobi atau lebih dikenal dengan nama kasuami dan daunnyadimanfaatkan
sebagai sayuran. Bambu meruapakan salah satu jenis tanaman yang memiliki
banyak manfaat mulai dari tunas, daun, hingga batangnya. Salah satu bagian yang paling banyak digunakan di Kapota adalah
bagian batang yang digunakan untuk membuat jalajah dan alat tangkap ikan tradisional.
Bekas benteng pertahanan kerajaan Kapota yang dulu digunakan untuk mempertahankan perkampungan dari serangan para bajak
laut Salah seorang penyiar agama Islam pertama di Pulau Kapota.
Letak makam berada di dalam benteng Togo Molengo tersebut
Gambar 60 Peta jalur interpertasi Togo Molengo.
Fasilitas pendukung interpretasi yang direncanakan pada jalur ini yaitu pal jarak, papan interpretasi, dan papan penunjuk arah. Pal jarak berada di posisi
kanan jalur dan diletakkan di setiap 100 m. Pal jarak diletakkan di mulai dari rumah terakhir desa Kabita sampai ke makam ±900 m, kebutuhan pal jarak di
jalur ini adalah sekitar ± 9 buah. Papan interpretasi memberikan informasi khusus mengenai objek interpretasi, banyaknya papan interpretasi yang dibutuhkan pada
jalur yaitu sekitar ± 4 buah. Sedangkan banyaknya papan penunjuk arah yang dibutuhkan yaitu ± 4 buah.
Pola alur setapak untuk interpretasi di Jalur II yaitu berada pada satu tempat, dimana arah pintu masuk dan pintu keluarnya sama satu pintu dengan
dua alur seperti terlihat pada gambar 61.
Gambar 61 Pola alur setapak interpretasi di Jalur Interpretasi Togo Molengo.
Contoh Program Interpretasi
Program interpretasi yang diusulkan pada Jalur Interpretasi Togo Molengo disesuaikan dengan karakteristik pengunjung yang sengaja datang ke Togo
Molengo dan berdasarkan objek-objek utama yang akan diinterpretasikan. Selain itu juga berdasarkan tujuan pengunjung datang untuk wisata budaya. Berdasarkan
pertimbangan tersebut maka program kegiatan interpretasi yang diusulkan pada jalur ini adalah Mempelajari Kesenian dan Kebudayaan Masyarakat Adat Kapota.
Program ini merupakan kegiatan yang melibatkan masyarakat khususnya para wanita di Kapota, yang nantinya akan berinteraksi langsung dengan
Arah alur masuk untuk interpretasi Arah alur balik untuk interpretasi
Pintu Masuk Pintu Keluar
Objek Interpretasi Alur setapak
Keterangan 1 Pintu
2 alur
A C
D B
pengunjung dalam pembuatan berbagai jenis makanan dan menganyam. Kegiatan ini ditujukan untuk semua pengunjung yang datang ke Pulau Kapota dengan
tujuan untuk wisata budaya dan ingin mengetahui aktivitas masyarakat sehari- hari. Kegiatan dilaksanakan selama 1-2 hari dengan jumlah pengunjung dalam
satu kali kegiatan interpretasi 5-10 orang. Materi yang perlu disiapkan disajikan pada tabel 18.
Tabel 18 Materi interpretasi di jalur interpertasi Togo Molengo
No. Bentuk Kegiatan
Materi yang Perlu Disiapkan
2. Membuat Kasuami
a. Pengenalan Kasuami dan bentuk alat pembuatannya gepe
b. Cara menggunakan gepe
c. Proses pembuatan
3. Melihat cara pembuatan
Jalajah a.
Pengenalan Jalajah b.
Proses pembuatannya 3.
Menenun leja a.
Pengenalan bentuk dan fungsi alat-alat tenun b.
Cara menggunakan alat tenun c.
Perbedaan Leja Pulau Kapota dengan pulau lain di Wakatobi
d. Pentingnya Leja bagi masyarakat Pulau Kapota
4. Kunjungan ke tempat
bersejarah sekaligus berziarah ke makam
Bapak Barakati a.
Menceritakan arti Togo Molengo, bentuknya pada zaman dahulu, memperlihatkan bekas Togo kampung kedua, dan
menceritakan adanya Togo pertama Katiama b.
Menceritakan sejarah penyiar Islam pertama di Pulau Kapota sehingga tertarik untuk ketempat-tempat lainnya
c. Mengenalkan Bapak Barakati yang sangat dihormati oleh
masyarakat
5.7.4 Jalur Interpretasi Batu Banakawa