Tari kenta-kenta merupakan tarian tradisional yang menggambarkan kebiasaan masyarakat dengan penuh suka cita pergi mencari ikan di laut luas. Tari
ini dimainkan oleh 10 orang, 8 orang sebagai penari dan 2 orang sebagai ikannya. Tarian ini mengisyaratkan masyarakat kapota yang sedang mencari ikan di laut
dengan cara memancing di atas sampan, kemudian akan terlihat gerakan tari yang seolah-olah sedang mendayung sampan kemudian ikan yang sudah mereka
dapatkan dijual pada juragan ikan. Kemudian juragan ikan akan menyuruh seorang penari yang memegang parang untuk membunuh ikan tangkapan tersebut
dan ikan dijual ke pada para tamu. Penari yang berjumlah 10 orang tersebut masing-masing membawa
perlengkapan pancing yang berbeda yaitu tali pancing, tombak, dayung, timba air dan sampan. Pakaian yang dipakai saat menari adalah pakaian adat baju wolio,
kain leja dan celana biasa. Atraksi ini dapat berlangsung selama 20 menit dengan diiringi alat musik seperti gendang, gamelan ndengu-ndengu, gong bololo dan
jumlah orang yang memainkannya sebanyak 4 orang. Tari hebaongko merupakan bentuk tarian yang dilakukan untuk menghibur
para raja-raja. Bentuk tariannya seperti melakukan kayang dan dilakukan tanpa alat musik. Tarian ini menunjukkan kelembutan para dayang-dayang tersebut.
Baju yang dipakai saat acara adalah baju adat Kapota baju wolio dan kain leja. Untuk saat ini, tarian hebaongko biasanya ditampilkan di hari raya, upacara adat,
perkawinan, dan sunatan.
b. Pesta Budaya Pulau Kapota
Pesta budaya merupakan salah satu objek yang menarik bagi pengunjung. Di Pulau Kapota terdapat beberapa pesta budaya yang dapat disaksikan
diantaranya kabuenga dan karia‟a. Pesta karia‟a merupakan acara besar yang
didalamnya terdapat tiga rangkaian acara, yakni acara karia, acara somboa dan kansoda‟a.
b.1 Pesta Karia’a
Pesta karia‟a merupakan suatu penggabungan dari tiga acara yaitu karia
merupakan acara prosesi sunatan untuk anak laki-laki, somboa merupakan
acara pingitan untuk anak perempuan yang sudah baligh, dan kansoda‟a merupakan acara penutup seluruh rangkaian acara. Pesta acara ini terbuka untuk
masyarakat umum Pulau Kapota, siapa saja boleh mengikuti acara tersebut. Acara ini dimulai ketika peserta pingitan sombo ditempatkan di suatu
kamar selama 8 hari tanpa keluar dari kamar tersebut. Acara pingitan bagi kaum perempuan merupakan acara yang esensial yang harus dilaksanakan menurut
aturan adat. Berdasarkan aturan adat, kaum perempuan yang tidak melakukan ritual pingitan tidak boleh melangsungkan pernikahan. Apabila dijumpai
perempuan yang hamil di luar nikah dan belum melakukan pingitan akan ditenggelamkan di laut sebagai hukumannya.
Peserta pingitan yang telah dikurung selama 8 hari akan „dibebaskan‟ atau
dikeluarkan dari kamar dengan menggunakan pakaian adat, kemudian mereka di arak mengelilingi kampung. Kegiatan mengelilingi kampung dilakukan dengan
memikul peserta pingitan pada sebuah wadah yang dikenal dengan nama kansoda‟a. Kansoda‟a merupakan sebuah tandu yang di buat dari bambu yang
nantinya digunakan untuk memikul peserta pingitan Gambar 35.
a b
Gambar 35 Pesta adat pingitan: a.Peserta pingitan, b. Acara Kansoda ‟a.
Para pemikul kansoda‟a sepanjang jalan diiringi dengan tarian bebas yang disebut dengan makanjara yang disertai dengan teriakan-teriakan oleh para ibu-
ibu yang bergembira terselesaikannya somboa. Makanjara juga dilakukan untuk menyemangati para pemikul kansoda‟a. Sedangkan untuk peserta karia
diharuskan untuk berada di bagian paling depan deretan kans oda‟a, kemudian
mereka akan berlari berkeliling kampung bersama rombong an kansoda‟a tersebut
Gambar 36.
Gambar 36 Peserta karia yang berlari keliling kampung. Proses selanjutnya setelah berkeliling kampung, peserta dikumpulkan.
Mereka didudukkan dalam satu baris dan menghadap ke tempat duduk para tokoh adat kemudian diadakan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh adat. Di hadapan
para peserta tersedia makanan adat yang ditutupi oleh kain yang dinamakan lifo. Isi lifo bermacam-macam diantaranya epu-epu, cucur, kerasi, gule, lapa-lapa,
pisang, salarei, telur, dan bermacam-macam kue buatan masa kini sebagai pelengkap Gambar 37. Setelah berdoa selesai kemudian dilanjutkan dengan
memakan lifo secara bersama- sama oleh masyarakat juga peserta kansoda‟a.
Gambar 37 Lifo yang berisi bermacam-macam kue.
b.2 Pesta Kabuenga