2 Pesta Kabuenga HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 36 Peserta karia yang berlari keliling kampung. Proses selanjutnya setelah berkeliling kampung, peserta dikumpulkan. Mereka didudukkan dalam satu baris dan menghadap ke tempat duduk para tokoh adat kemudian diadakan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh adat. Di hadapan para peserta tersedia makanan adat yang ditutupi oleh kain yang dinamakan lifo. Isi lifo bermacam-macam diantaranya epu-epu, cucur, kerasi, gule, lapa-lapa, pisang, salarei, telur, dan bermacam-macam kue buatan masa kini sebagai pelengkap Gambar 37. Setelah berdoa selesai kemudian dilanjutkan dengan memakan lifo secara bersama- sama oleh masyarakat juga peserta kansoda‟a. Gambar 37 Lifo yang berisi bermacam-macam kue.

b.2 Pesta Kabuenga

Pesta budaya Kabuenga adalah pesta rakyat yang biasa dilakukan oleh masyarakat Wakatobi setiap satu tahun sekali. Pesta ini memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Wakatobi yaitu sebagai salah satu acara untuk mempertemukan para lelaki dengan perempuan yang sedang mencari pasangan ajang mencari jodoh. Sebutan kabuenga dalam bahasa Kapota, artinya adalah ayunan, hal ini karena dalam acara tersebut terdapat prosesi yang menggunakan ayunan besar yang dibuat sedemikian rupa. Ayunan tersebut nantinya digunakan oleh para pasangan terpilih, dengan maksud bahwa mereka telah mendapatkan pasangan dan siap melangkah kejenjang berikutnya pernikahan. Pesta kabuenga yang diadakan di Pulau Kapota berbeda dengan pesta kabuenga di pulau lain Wakatobi. Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa pesta adat kabuenga adalah asli dari Pulau Kapota dan memiliki ciri khas tersendiri. Hal ini dapat dibenarkan karena berdasarkan hasil pengamatan di lapangan terdapat beberapa perbedaan dalam pelaksanaan acaranya. Acara kabuenga di Pulau Kapota terlihat lebih tertib dan teratur. Acara kabuenga adalah acara yang dikhususkan untuk perempuan dan laki-laki yang sudah cukup umur untuk memiliki pasangan hidup sebuah keluarga. Acara ini juga bisa dikuti oleh anak-anak kecil yang berperan sebagai pendamping peserta kabuenga Gambar 38. Para peserta kabuenga berpakaian sesuai dengan pakaian adatnya yaitu baju adat wolio. Bentuknya bermacam- macam sesuai dengan peran yang dilakukannya saat acara dan wajah para peserta juga dihias sedemikian rupa. Uniknya ada beberapa benda yang diletakkan di depan tempat duduk para peserta seperti lifo dan bahan makanan lain seperti ikan bakar, kue-kue, minuman saat ini menggunakan sprit, fanta, cocacola, dll dan beberapa benda yang dihiasi dengan lembaran uang mulai dari lembaran Rp1.000 sampai dengan lembaran Rp100.000 dengan jumlah tergantung keinginan peserta gambar 38. Benda lain yang sangat diharuskan ada dalam acara kabuenga adalah kain leja yang diletakkan disekitar kabuenga karena kain tersebut akan menjadi symbo l sayembara yang diadakan oleh raja. Gambar 38. Pesta Kabuenga : a. Ayunan Kabuenga, b. Peserta kabuenga. Posisi tempat duduk peserta disusun dengan rapi sesuai dengan perannya masing-masing seperti terlihat pada sketsa Gambar 39. Di acara ini perempuan didudukkan secara berjejer dan rapi disamping kiri kabuenga sketsa nomor 3, laki-laki duduk di bagian depan menghadap kabuenga ayunan, para tokoh adat berada di bagian belakang kabuenga, keluarga kerajaan hanya peran duduk di bagian kanan kabuenga tempat khusus dan anak-anak perempuan duduk di bagian depan atau disamping perempuan dewasa. para pengawal kerajaan berada di depan pintu gerbang sketsa nomor 5 dan 6. Kemudian para keluarga peserta berada di luar arena sketsa nomor 7. Gambar 39 Posisi peserta acara kabuenga sesuai perannya. Acara akan dimulai dengan pembukaan oleh seorang panitia yang berperan sebagai penasehat raja dan menceritakan kembali asal mula terbentuknya acara adat kabuenga kepada penonton sehingga penonton mengerti maksud dan tujuan diadakannya acara ini. Kemudian para peserta perempuan akan berdiri dan berbaris dengan memegangi gelas, minuman, dan lap tangan Gambar 40a, hal ini dimaksudkan agar para peserta perempuan bersiap-siap untuk menjual minumannya kepada peserta laki-laki. Kegiatan menjual minuman dimulai dengan nyanyianlagu adat seorang wanita yang sudah tua, dia berjalan mendekati para peserta laki-laki diikuti oleh peserta perempuan dari belakang. Dalam proses penjualan ini laki-laki akan membayar minuman tersebut dengan harga yang tidak ditentukan, makin banyak mereka minum maka makin banyak pula uang yang harus diberikan. Uniknya pada proses inilah sebenarnya terjadi pemilihan perempuan yang disukai dan disenangi oleh laki-laki walaupun nantinya harus memilih kain yang telah disediakan di Kabuenga. Proses menjual minuman selesai dilanjutkan dengan pemilihan kain oleh pangeran. Dia akan menunjuk salah satu kain dan memberikannya pada raja. Kemudian raja akan mengumumkan pemilik kain tersebut, dengan didampingi ratu dan pangeran raja menyelimuti kain tersebut pada seorang perempuan pemilik leja dan mengumumkan kembali bahwa dialah gadis terpilih untuk mendampingi pangeran. Gadis terpilih kemudian di ayun di Kabuenga oleh pangeran dan acara dilanjutkan dengan pemilihan leja oleh para peserta kabuenga laki-laki. Para peserta ini akan memilih kain leja secara bergantian dimana pemilih yang akan didahulukan adalah peserta yang berasal dari kasta yang lebih tinggi terlebih dahulu. Acara akan diakhiri dengan arak-arakan dari warga mengelilingi kabuenga yang menandakan bahwa acara kabuenga telah terlaksana dan sebagai ungkapan kegembiraan, mereka biasanya meneriakkan ungkapan- ungkapan tertentu dalam bahasa kapota dan menari-nari, kemudian akan memakan lifo secara bersama-sama. a. b. Gambar 40 Acara Kabuenga: a. Perempuan dewasa yang menjual minuman kepada laki-laki, b. Makanan yang diarak keliling acara kabuenga.

5.2 Jalur yang Berpotensi Dikembangkan Sebagai Jalur Interpretasi