Potensi Ekosistem yang Khas 1 Ekosistem Mangrove

c. Potensi Ekosistem yang Khas

Taman Nasional Wakatobi merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang memiliki beberapa ekosistem laut yang khas seperti ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang. Ekosistem tersebut terjaga dengan baik karena ketiga ekosistem tersebut merupakan target pengelolaan taman nasional.

c.1 Ekosistem Mangrove

Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir dan lautan yang mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia nutrient bagi biota perairan, penahan abrasi, penahan intrusi air laut dan tsunami Dahuri 2003. Ekosistem mangrove di Pulau Kapota dapat ditemui di beberapa lokasi yaitu di sekitar Danau Tailaro Nto‟oge, sekitar gugusan batu karang Umala, Saru‟sarua dan di sekitar Pantai Aowolio. Ekosistem mangrove di sekitar Danau Tailaro Nto‟oge tumbuh mengelilingi danau. Pada ekosistem ini terdapat jenis Bruguiera gymnorrhiza dan Xylocarpus granatum. Substrat tempat tumbuhnya yaitu perpaduan antara lumpur dan batuan-batuan yang menyerupai karang. Mangrove di sini diperkirakan telah tumbuh sangat lama, hal ini diindikasikan dengan bentuk pohon yang tinggi sekitar 5-8 m dengan diameter batang yang cukup besar satu pelukan orang dewasa. Ekosistem mangrove di sekitar gugusan batu karang Umala tumbuh lebih subur dan bentuk pohonnya lebih rindang menyerupai pohon beringin. Hal lain yang menarik, mangrove di lokasi ini sebagian besar tumbuh pada substrat pasir yang dipengaruhi pasang surut air laut. Ketika air pasang hampir seluruh ekosistem mangrove di sini terendam air dengan tinggi mencapai pinggang orang dewasa. Keindahan lain dari lokasi ini adalah substrat pasir putihnya, menjadikan air laut terlihat sangat bening. Selain mangrove yang hidup pada subtrat pasir, di lokasi ini juga terdapat mangrove yang hidup di atas bebatuan karang. Tumbuhan mangrove pada karang-karang tersebut sepintas menyerupai pulau-pulau kecil yang terletak di tengah lautan, hal ini dikarenakan karang-karang tersebut akan dikelilingi air laut ketika air pasang. Ekosistem mangrove lainnya berada di sepanjang jalan menuju Saru‟sarua salah satu tempat keramat di Pulau Kapota. Mangrove pada jalur ini tumbuh secara tidak beraturan, ada yang tumbuh di dasar lantai tanah dan ada yang tumbuh di antara karang-karang, Namun kelestarian mangrove di lokasi ini sangat terjaga, karena seluruh tumbuhan ini berada di dalam kawasan hutan adat yang pemanfaatannya diatur oleh adat. Selain itu mangrove di lokasi ini setiap saat terendam oleh air laut dan memiliki banyak ikan yang dimanfaatkan sebagai sumber makanan masyarakat Kapota. Lokasi lainnya yaitu di ujung Pantai Aowolio, tumbuhan mangrove tersebut tumbuh di antara karang-karang. Ekosistem mangrove ini menjadi habitat burung-burung pantai karena di lokasi ini dapat dijumpai beberapa jenis burung pantai, diantaranya trinil pantai Actitis hypoleucos, dan kokokan laut Butorides striatus . Hasil survey lapang, dijumpai 11 jenis tumbuhan mangrove Lampiran 3. Tumbuhan mangrove bagi masyarakat Kapota merupakan sumberdaya yang potensial. Batangnya dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar, konstruksi rumah dan peralatan rumah tangga. Salah satu pemanfaatan yang menarik oleh Masyarakat Kapota adalah pemanfaatan buah mangrove yang dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat makanan khas adat Pulau Kapota yaitu epu-epu. Jenis mangrove tersebut adalah Xylocarpus granatum dari famili Meliaceae Gambar 6. Sedangkan jenis biota mangrove yang umumnya dapat dijumpai adalah bivalvia kerang-kerangan, gastropoda keong dan krustasea udang dan kepiting dengan kelimpahan rendah Balai TNW 2010. a b Gambar 6 Potensi tumbuhan Mangrove: a. Buah Mangrove, b. Makanan yang dibuat dari buah mangrove.

c.2 Ekosistem Padang Lamun