d. Pantai Berpasir Putih
Pulau Kapota merupakan salah satu pulau dengan kondisi pantai yang menarik dengan hamparan pasir putih yang sangat luas dan dilengkapi dengan
kumpulan-kumpulan karang penghalang. Berdasarkan hasil observasi, di Pulau Kapota terdapat beberapa pantai Gambar 16 yaitu Pantai Berpasir I berada di
dekat Desa Kabita, Pantai Berpasir II berada di dekat Desa Kapota Utara, Pantai Aowolio, Pantai Onemeha, Pantai Kampa, Pantai Kolowowa, Pantai
Berpasir III berada d i lokasi Saru‟sarua, dan Pantai Umala. Diantara pantai-
pantai tersebut, terdapat beberapa pantai yang dianggap cocok sebagai objek wisata, diantaranya Pantai Aowolio, Pantai Kolowowa, dan Pantai Umala.
Pemilihan pantai tersebut berdasarkan pertimbangan kondisi fisik pantai dan daya tarik objek yang terdapat di pantai tersebut.
Gambar 16 Peta posisiletak lokasi pantai berpasir di Pulau Kapota.
d.1 Pantai Aowolio
Pantai Aowolio merupakan salah satu pantai yang berada di ujung selatan Pulau Kapota. Pantai ini merupakan pantai berpasir putih dengan panjang garis
pantai mencapai 1,5 km Gambar 17. Kondisi pantainya berpasir dan air laut yang bersih menambah keindahan suasana ketika berkunjung ke pantai ini.
Tumbuhan di lokasi ini didominasi oleh tumbuhan hutan pantai seperti ketapang
Terminalia catappa, pandan-pandananan
Pandanus tectorius
dan pohon kelapa .
Selain itu di bagian ujung pantai ini juga terdapat satu ekosistem mangrove.
Gambar 17 Hamparan pasir putih Pantai Aowolio. Objek lain yang dapat di jumpai di pantai ini adalah bentukan menarik dari
batuan karang yang berdiri menyerupai sebuah pohon atau dalam bahasa Kapota di kenal dengan nama
Watu Sahu‟u Watu: Batu, Sahu’u: Satu pohon. Watu Sahu‟u merupakan sebuah batu yang berdiri tegak di tengah-tengah pasir putih
layaknya sebatang pohon Gambar 18. Batu ini memiliki bentuk yang unik, ukurannya besar tinggi ±12 m, diameter ± 6 m, bagian tengah terdapat lekukan
yang melingkari batu, dan di bagian atas terdapat beberapa tumbuhan yang hidup.
Gambar 18 Bentuk fisik Watu sahu‟u
Pantai Aowolio merupakan pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, sehingga masyarakat biasanya memanfaatkan kondisi ini untuk mencari
biota-biota laut. Kondisi atau proses mulai terjadinya air laut menjadi surut sampai puncak kekeringannya di tanjung-tanjung disebut kente. Sedangkan proses
mulai naiknya air laut sampai penuh kembali dinamakan tafo. Air laut surut kente di sekitar Pulau Kapota dapat terjadi sejauh ±500 m Gambar 19.
Gambar 19 Kondisi pantai pada saat air surut. Kegiatan melaut mencari biota-biota laut seperti kerang, gurita, bulu babi,
ikan karang, dan biota lain saat air laut surut di tanjung-tanjung pada siang hari dalam bahasa Kapota dikenal dengan meti-meti ei kente. Sedangkan kegiatan
mencari biota laut yang dilakukan di malam hari saat terjadinya kente dengan menggunakan lampu penerangan dinamakan h
esura’bi ei kente. Kegiatan meti- meti maupun
hesura’bi, merupakan kegiatan penangkapan ikan secara tradisional yang dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat Wakatobi termasuk
masyarakat Pulau Kapota. Kegiatan ini biasanya menggunakan peralatan yang sederhana seperti keranjang dan tongkat yang berkail sebagai alat tangkapnya
Gambar 20.
a. b. Gambar 20 Kegiatan meti-meti: a. Kelompok nelayan yang sedang meti-meti b.
Peralatan yang digunakan saat meti-meti.
d.2 Pantai Kolowowa