Sumberdaya Manusia yang Mengelola Kegiatan Wisata Pulau Kapota

pemandangan alam dan fenomena alam. Sedangkan sisanya masing-masing 7 pengunjung melakukan penelitian dan melihat peninggalan sejarah Gambar 53. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa pengunjung yang datang ke Pulau Kapota lebih menyukai pesta budaya, menikmati pemandangan alam, fenomena alam, kegiatan snorkling dan diving. Gambar 53 Diagram tujuan pengunjung datang ke Pulau Kapota. Pengunjung yang datang dengan tujuan kunjungan tersebut, setelah berada di Pulau Kapota ternyata mereka tertarik dengan objek-objek lainnya. Sebagian besar pengunjung yang berhasil diwawancarai mengakui pesta budaya merupakan objek yang paling menarik di Pulau Kapota, yang mengatakan sangat tertarik sebanyak 60 Gambar 54. Hal ini karena pesta budaya tersebut merupakan atraksi yang sangat unik di Kabupaten Wakatobi, terlebih lagi terdapat beberapa pesta budaya yang hanya dilaksanakan 4-5 tahun sekali. Gambar 54 Diagram sumberdaya kawasan yang paling menarik menurut pengunjung.

5.5 Sumberdaya Manusia yang Mengelola Kegiatan Wisata Pulau Kapota

Rencana pengelolaan ekowisata di Pulau Kapota saat ini telah melibatkan masyarakat secara langsung. Masyarakat yang ingin secara langsung terlibat dalam pengelolaan tersebut harus berada di bawah suatu lembaga resmi yang di bentuk oleh TNW yaitu Sentra Penyuluhan Kehutanan Pedesaan Banakawa 60 17 10 7 7 Wisata Budaya Menikmati Pemandangan dan Fenomena Alam Snorkling dan Diving Wisata Sejarah 60 17 17 6 Pesta Budaya Ekosistem bawah laut Pemandangan dan Fenomena Alam Peninggalan Sejarah SPKP Banakawa. SPKP Banakawa merupakan salah satu bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat oleh taman nasional melalui program Model Desa Konservasi MDK. Program MDK dilaksanakan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat dan menjadikan kawasan konservasi benar-benar dapat memberikan manfaat yang nyata. Selain itu, juga bertujuan untuk mengajak masyarakat berperan aktif dalam menerapkan ide-ide konservasi yang di usung oleh taman nasional. Lembaga pengelola SPKP Banakawa di Pulau Kapota masih tergolong baru dan para pengelolanya juga baru dibentuk pada tahun 2009. Berikut adalah struktur organisasi SPKP Banakawa Periode I Gambar 55. STRUKTUR ORGANISASI SPKP BANAKAWA Desa Kapota Kecamatan Wangi-wangi Selatan Kabupaten Wakatobi Tahun 20092010 Gambar 55 Struktur organisasi SPKP Banakawa di Pulau Kapota. Interpretasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk membantu pengunjung agar kunjungannya lebih menyenangkan dan lebih kaya akan pengalaman, dengan cara meningkatkan kesadaran, penghargaan dan pengertian akan kawasan rekreasi yang dikunjungi Dirjen PHPA 1998. Selain itu interpretasi juga dapat membantu pengunjung memanfaatkan waktunya secara efisien. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pengelola berkompeten yang dapat bertindak sebagai interpreter. Hal ini dikarenakan pelayanan interpretasi Dewan Pembina SPKP 1. Kepala Balai TNW 2. Kepala Seksi Balai TNW Wilayah I 3. Kepala Desa Kapota 4. Kepala Pospol Kapota 5. Lembaga adat Kapota 6. Ketua BDP Kapota 7. Para Kepala Dusun Desa Kapota 8. Fasilitator Balai TNW Ketua SPKP Suhaeri Bendahara Masliana Sekretaris Adrianto Bidang Konservasi dan Wisata Alam Koord. Jaerudin Bidang Pengembangan Usaha dan Modal Koord. Satron Bidang Penguatan Kapasitas Koord. La Maniha Bidang Pemberdayaan Perempuan Koord. Sahila harus dengan menyampaikan tentang sebuah cerita tertentu dengan proporsional, artinya tidak berlebihan tetapi juga tidak asal saja, tentang ekosistem atau peninggalan-peninggalan sejarahbudaya Muntasib dan Rachmawati 2009. Kualitas tenaga pemadu wisata interpreter sangat menentukan program interpretasi yang diselenggarakan. Menurut Dirjen PHPA 1988 seorang pemandu wisata alam minimal memiliki kemampuan menguasai ilmu tertentu yang berkaitan dengan objek, menguasai pengetahuan berkomunikasi dengan baik, serta mengetahui cara-cara menyampaikan interpretasi dengan benar. Kenyataan yang dilihat di lapangan, sebagian besar masyarakat yang tergabung dalam SPKP belum memenuhi standar sebagai seorang interpreter, hanya beberapa orang saja yang sudah memiliki kemampuan tersebut. Anggota SPKP yang benar-benar ditugaskan sebagai interpreter, jumlahnya belum ditetapkan. Pemandu yang biasanya melayani pengunjung yang datang ke Pulau Kapota untuk saat ini adalah staf dari taman nasional sebanyak 2 orang, volunteer dari Kelompok Pecinta Alam KPA Wangi-wangi sebanyak 2 orang, dan dari anggota SPKP sebanyak 2-3 orang. Harapan taman nasional kedepannya, SPKP dapat mengelola wisata Pulau Kapota dengan baik, dan masyarakat yang ikut terlibat dalam lembaga tersebut mampu menjadi seorang pemandu yang berkompeten. Sehingga pelayanan yang diberikan kepada pengunjung nantinya dapat memuaskan.

5.6 Arah Pengembangan Kawasan Pulau Kapota