132
baru sehingga memungkinkan terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, maupun dalam bertindak.
Dalam proses pembelajaran, siswa aktif untuk menambah pengetahuan mengenai materi pembelajaran. Hal tersebut ditandai dengan keantusiasan siswa
dalam membuat pertanyaan bersama kelompoknya. Berdasarkan data hasil penelitian, dapat disimpulkan, terdapat perbedaan hasil belajar PKn materi
Pengaruh Globalisasi antara pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik berkirim salam dan soal, dengan pembelajaran yang menerapkan
model konvensional.
4.4.3 Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Berkirim
Salam dan Soal terhadap Aktivitas Belajar Siswa Berdasarkan data hasil penelitian yang telah diolah melalui perhitungan
statistik, menunjukkan pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik berkirim salam dan soal, lebih efektif dibandingkan dengan
pembelajaran yang menerapkan model konvensional. Berdasarkan
pengamatan yang
dilakukan peneliti
pada saat
melaksanakan pembelajaran di kelas eksperimen selama dua pertemuan, diperoleh data hasil perhitungan aktivitas belajar siswa yang membuktikan bahwa model
pembelajaran kooperatif teknik berkirim salam dan soal, dapat memperbaiki aktivitas belajar siswa. Hal itu dapat dilihat dari nilai aktivitas belajar siswa kelas
eksperimen sebesar 77,47 yang termasuk dalam kategori keaktifan sangat tinggi. Sejalan dengan teori Susanto 2015: 54 yang menyatakan, suatu
pembelajaran dikatakan efektif apabila aktivitas pembelajaran siswa tinggi,
133
seluruh atau sebagian besar siswa terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar
yang tinggi, semangat belajar yang besar dan rasa percaya diri. Sebab dalam suatu proses pembelajaran, aktivitas yang menonjol ada pada siswa.
Pada pertemuan pertama pembelajaran di kelas eksperimen, indikator aktivitas belajar siswa yang memeroleh nilai tertinggi yaitu indikator kegiatan
visual dengan nilai 105. Sedangkan nilai terendah ada pada indikator kegiatan emosional dengan nilai 35. Pada pertemuan kedua pembelajaran di kelas
eksperimen, indikator yang memperoleh nilai tertinggi adalah kegiatan visual dengan nilai 108. Sedangkan indikator kegiatan emosional masih memperoleh
nilai terendah dengan nilai 43. Aktivitas belajar siswa yang termasuk dalam kegiatan visual meliputi
membaca materi pelajaran, memperhatikan materi dan media yang ditampilkan guru, dan memperhatikan penjelasan yang disampaikan siswa lain saat berdiskusi.
Indikator kegiatan visual menjadi indikator dengan perolehan nilai tertinggi selama pengamatan dalam dua kali pertemuan. Aktivitas visual memperoleh nilai
tertinggi dapat dilihat dari sebagian besar siswa yang memperhatikan penyampaian materi yang disampaikan guru dan membaca ulang materi saat
diskusi kelompok. Siswa sangat antusias memperhatikan penjelasan materi karena adanya media gambar yang digunakan guru. Media yang digunakan guru selama
proses pembelajaran menjadi cara guru dalam memusatkan perhatian siswa dan membantu siswa lebih memahami materi. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto
134
2013: 35 mengenai prinsip-prinsip mengajar yang menyatakan, penggunaan media pembelajaran yang tepat dapat membantu guru menjelaskan materi dan
akan lebih menarik perhatian siswa. Selain antusias dalam memperhatikan penjelasan guru, siswa juga antusias membaca ulang materi yang ada di buku
sumber pada saat kegiatan diskusi. Siswa membaca ulang materi karena ingin memahami materi lebih dalam supaya dapat membuat soal untuk dikirimkan
kepada kelompok lain dan menjawab soal dari kelompok lain saat permainan berkirim salam berlangsung. Hal ini sejalan dengan pernyataan Sugiyanto 2010:
45 yang menyatakan, dalam teknik belajar mengajar berkirim salam dan soal, siswa membuat pertanyaan sendiri sehingga akan merasa lebih terdorong untuk
belajar dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Indikator kegiatan emosional memperoleh nilai terendah selama proses
pengamatan dalam dua kali pertemuan. Rendahnya nilai kegiatan emosional dilihat dari sebagian besar siswa yang belum mengikuti pembelajaran dengan
tertib. Masih banyak siswa yang tidak memperhatikan presentasi kelompok lain saat sedang menyampaikan salam yang berupa yel-yel. Hal ini dikarenakan siswa
seringkali gaduh dan bermain bersama temannya. Kegaduhan siswa biasanya terjadi karena siswa dari kelompok lain yang tidak menyampaikan yel-yel
menyoraki kelompok yang sedang menyampaikan yel-yel. Siswa gaduh karena guru tidak mampu mengondisikan siswa saat permainan berkirim salam dan soal
berlangsung. Hal ini sesuai dengan teori Lie 2010: 59 yang menyatakan, salah satu kelemahan dari model pembelajaran kooperatif teknik berkirim salam dan
soal, adalah pembelajaran yang menerapkan teknik berkirim salam dan soal,
135
biasanya menimbulkan kegaduhan di dalam kelas dan siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak memperhatikan pelajaran.
Model pembelajaran kooperatif teknik berkirim salam dan soal, adalah model pembelajaran yang baru bagi siswa karena sebelumnya belum pernah
diterapkan dalam pembelajaran PKn di SDN Pekauman 2 Kota Tegal. Guru biasanya hanya menggunakan model konvensional, siswa hanya mendengarkan
penjelasan dari guru dan mencatatnya saja. Pada pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik berkirim salam dan soal ini, siswa merasa
tertarik dengan permainan berkirim salam dan soal, sehingga siswa antusias dan bersemangat mengikuti pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif teknik berkirim salam dan soal, merupakan model pembelajaran yang melakukan pemahaman materi dengan
menggunakan permainan. Sebelum permainan berkirim salam dan soal dilakukan, guru membahas materi secara singkat, kemudian barulah siswa berdiskusi dan
memahami materi bersama kelompoknya. Dengan rangkaian kegiatan seperti itu, siswa menjadi lebih aktif dalam mencari informasi. Selain itu, dalam permainan
berkirim salam dan soal, siswa juga diperintahkan untuk membuat salam berupa yel-yel yang dibuat secara berkelompok sebagai identitas kelompoknya. Salam
atau yel-yel tersebut nantinya akan disampaikan kepada kelompok lain sebelum menyampaikan soal. Dengan adanya permainan, siswa menjadi lebih bersemangat
dalam mengikuti pembelajaran dan aktif dalam memperoleh informasi, sehingga informasi yang diperoleh cepat dipahami dan lebih lama diingat karena siswa
mengalami langsung. Karakteristik anak usia sekolah dasar adalah senang
136
bermain. Hal ini sejalan dengan pernyataan Desmita 2014: 35 yang menyatakan guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur
permainan, mengusahakan siswa berpindah atau bergerak, bekerja atau belajar dalam kelompok, dan memberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam
pembelajaran, sehingga informasi yang diperoleh siswa menjadi lebih mudah untuk dipahami.
Rata-rata nilai aktivitas belajar siswa di kelas eksperimen termasuk dalam kriteria keaktifan siswa sangat tinggi, sedangkan rata-rata nilai aktivitas
belajar siswa di kelas kontrol termasuk dalam kriteria keaktifan siswa tinggi. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan kajian teori, dapat disimpulkan
bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik berkirim salam dan soal, efektif terhadap aktivitas belajar siswa kelas IV SDN Pekauman 2 Kota
Tegal pada pembelajaran PKn materi Pengaruh Globalisasi.
4.4.4 Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Berkirim