SOAL UNIE DAN IRIAN BARAT.

21. SOAL UNIE DAN IRIAN BARAT.

Akibat gagah 2 -an dalam politik tanpa perhitungan, hanja menimbulkan harapan jang bukan 2 dikalangan rakjat dan memerosotkan kedudukan Indonesia diluar negeri.

Pendahuluan. Sebelum kita mengupas hasil dari perundingan tentang Unie dan Irian Barat baru 2 ini, terlebih dahulu baik kiranja kita mengingat kem-

bali apa jang telah diusahakan sedjak masa 2 jang lalu mengenai kedua soal ini. Semendjak Linggardjati, bentuk Unie Indonesia-Belanda merupakan satu keberatan psichologis dalam perasaan umum di Indonesia. Setelah clash kedua dan perundingan K.M.B. diadakan, maka penjerahan kedau-

latan dapat ditanda-tangani, tetapi ber-sama 2 dengan mengadakan Unie Indonesia-Belanda (samenval van momenten). Pemerintah Hatta mendjadikan Konperensi-Unie untuk memperbaiki kedudukan kita. Konperensi Unie jang pertama, bulan April 1950 di- pergunakan oleh Pemerintah Hatta untuk melepaskan kita dari kewa-

djiban 2 jang dirasakan berat dari perdjandjian K.M.B., antara lain:

a. Pembajaran rehabilitasi ditolak oleh Pemerintah Hatta, sehingga mendjadi urusan Unie-hof, jang sampai sekarang tak dapat meng- ambil keputusan.

b. Mengurangi beban pembajaran pensiun pegawai 2 Belanda dengan 1/ 4 dari apa jang tadinja telah ditetapkan.

Pemerintah Natsir meneruskan perdjuangan „ mengorek" fasal 2 jang memberatkan kita dalam perdjandjian K.M.B. Dalam konperensi kedua diperdjuangkan soal pembajaran weduwenfonds. Ini berhasil baik. Ikatan fasal 21 dari bagian C (ekonomi dan keuangan) dilepaskan, sehingga kita bisa mengadakan perdjandjian dagang langsung dengan

negara 2 Eropah lainnja. Gagalnja perundingan tentang Irian pada penghabisan tahun 1950 menjebabkan berkobarnja perasaan di Indonesia terhadap bentuk Unie. Kegagalan pembitjaraan Irian mau didjadikan alasan untuk membubar- kan Unie sebagai tindakan pembalasan terhadap Belanda, jang tidak mau memberikan Irian. Desakan dari^ Parlemen untuk menghapuskan Unie dan K.M.B. setjara unilateral, dapat ditenangkan kembali.

Pemerintah Natsir menganggap pembatalan Unie setjara unilateral jang se-mata 2 sebagai represaille terhadap gagalnja perundingan Irian, adalah satu politik murung jang steriel dan tidak dilihat satu paedah

a. K.M.B. mengandung beberapa elemen 2 jang merupakan tekanan bagi materiil ataupun psichologis bagi bangsa Indonesia, termasuk Unie statut dan soal Irian.

b. Kegagalan perundingan Irian menjebabkan hubungan Indonesia- Nederland sebagaimana jang terdjelma dalam K.M.B. itu lebih 2 lagi sebagai tekanan. Unie sebagai bentuk kerdjasama politik sudah tidak ada dasar hidupnya lagi.

c. Oleh karena itu Pemerintah berpendapat bahwa persetudjuan 2 K.M.B. termasuk Unie statut, harus ditindjau kembali, disesuaikan dengan situasi baru. Dasar penjesuaian itu „ memperbaiki kedudukan

rakjat" dan tiap 2 perubahan dari sesuatu persetudjuan harus dilak- sanakan sesuai dengan prosedure jang lazim. Sebelumnja politik ini dapat dilaksanakan, Kabinet Natsir djatuh.

Kesimpulan dari dasar politik ini, ialah :

a. Perubahan Unie mendjadi perdjandjian biasa antara kedua negara dan soal Irian, dilakukan paralel (nevenschikkend), terlepas antara satu sama lain. Jang satu tidak merupakan pembalasan terhadap jang lain.

b. ke-dua 2 nja dilakukan dengan djalan perundingan.

c. Saatnja tergantung kepada Indonesia sendiri. Sementara itu kita mentjari kekuatan dengan perhubungan kita diluar negeri untuk

menampung akibat 2 dan pengganti apa 2 jang nanti akan dihapus- kan dari persetudjuan K.M.B. itu dipelbagai lapangan.

d. Unie harus dihapuskan. Irian harus dimasukkan kedalam wilajah Republik Indonesia. Ke-dua 2 -nja harus terlaksana. Tetapi andai kata Irian „ dibeli" dengan Unie, maka membatalkan Unie sesudah itu akan lebih sulit. Maka dalam rangkaian dasar pikiran ini pem- batalan Unie harus dilakukan lebih dahulu. Sementara itu kita menju- sun tenaga kedalam dan keluar, sehingga pada satu saat kita tjukup kuat dan keadaan international tjukup baik bagi kita untuk meng- hadapi soal Irian. Soal memilih waktunja tergantung kepada kita sendiri.

M asa Kabinet Sukiman. 447

Kabinet Sukiman djuga mendasarkan penghapusan Unie ini bukan kepada pikiran „ pembalasan".

Partai 2 P.N.I. dan P.K.I. diwaktu itu terus mendesak bahwa kedua soal itu harus dibitjarakan „ interwoven" (berdjalin), tetapi pada achirnja Kabinet Sukiman tetap berpegang kepada tjara penjelesaian kedua soal itu dengan tjara paralel, terbukti dengan pernjataan Pemerintah sbb.:

„ Dalam memikirkan segala sesuatu akibat jang mungkin timbul dari usaha revisi tidak bolehlah claim nasional Indonesia terhadap Irian Barat dipengaruhi sedikitpun dan claim nasional itu akan tetap ada dengan segala kekuatannja" .

M isi Supomo, Agustus 1951. Prof. Supomo jang berangkat ke Negeri Belanda untuk mengadakan

persiapan 2 bagi penghapusan Unie menegaskan titik-berat tudjuan misinja: „ mengganti Unie dengan perdjandjian biasa, untuk menjebat- kan suasana kerdjasama guna kepentingan kedua belah pihak" .

Prof. Supomo selandjutnja berkata : „ Dengan sendirinya saja tidak melupakan tuntutan nasional kita atas Irian Barat" . Pada achirnja Pemerintah Belanda bersedia untuk membitjarakan pembubaran Unie dan soal Irian atas dasar paralel.

M asa Kabinet W ilopo. Selama 6 bulan pertama dari masa Kabinet Wilopo, usaha 2 kearah penjelesaian soal Unie dan Irian itu tetap dilakukan berdasarkan atas persiapan 2 dan kesediaan Belanda sedjak masa 2 sebelumnja. Tetapi berhubung dengan peristiwa 17 Oktober jang menggemparkan itu, maka pikiran dan usaha Kabinet terpaksa dibulatkan sepenuhnja ter- hadap penjelesaian masalah itu, hingga penjelesaian soal Unie dan Irian tadi terbengkalai sampai Kabinet djatuh.

M asa Kabinet Ali-W ongso. Kabinet Ali-Wongso memulai lagi usaha pembubaran Unie dan soal Irian dengan gembar-gembor akan memperdjuangkan Irian dan

membatalkan Unie dengan tidak bersjarat. Kiranja tg. 14 April 1954 lama sebelum delegasi Sunarjo berangkat ke Negeri Belanda, Pemerintah Ali-Wongso ternjata menerima pernjataan jang tegas dari Pemerintah Belanda jang menjatakan tak bersedia sama sekali membitjarakan soal Irian Barat itu.

Hal ini baru sadja kita ketahui waktu penutup perundingan dari utjapan 2 menteri Luns, sedangkan selama ini tak pernah rakjat diberi-

Apa sjaratnja ? Sjaratnja ialah merupakan satu protokol jang pada keseluruhannja,

menegaskan dengan kata 2 jang banjak, bahwa apa 2 dari perdjandjian K.M.B. jang masih berlaku, harus tetap. Dengan demikian maka perdjan- djian dalam K.M.B. dilapangan ekonomi dan keuangan jang senantiasa digembar-gemborkan orang sebagai „ sumber dari kemelaratan di Indo- nesia" ini diberi garansi supaja tetap berlaku.

Jang paling aneh ialah, bahwa jang paling pertama merasa puas • dengan hasil perundingan ini adalah P.K.I. sendiri, jang sampai sekarang tidak berhentinja menuduh Masjumi dan Hatta, sebagai orang jang mem- pertahankan K.M.B.

Sebagai chulasah tentang apa jang telah tertjapai ini, adalah:

1. Bentuk kerdjasama berupa Unie Indonesia-Belanda jang sedjak ta- hun 1951 sama sekali tidak bekerdja itu, sekarang dengan resmi

sudah dinjatakan tidak ada. Bahwa Unie telah dibubarkan dengan djalan perundingan (tidak „ unilateral") adalah sesuai dengan garis politik jang dikemukakan oleh Masjumi selama ini. Orang bisa djuga merasa lega, walaupun ini sudah berlaku tanpa unilateral 2 -an sebagaimana jang tadinja digembar-gemborkan. Dan ru- panja dengan diam 2 Pemerintah Ali-Wongso dalam hati ketjilnja 451 sudah dinjatakan tidak ada. Bahwa Unie telah dibubarkan dengan djalan perundingan (tidak „ unilateral") adalah sesuai dengan garis politik jang dikemukakan oleh Masjumi selama ini. Orang bisa djuga merasa lega, walaupun ini sudah berlaku tanpa unilateral 2 -an sebagaimana jang tadinja digembar-gemborkan. Dan ru- panja dengan diam 2 Pemerintah Ali-Wongso dalam hati ketjilnja 451

Akan tetapi dalam prakteknja tjara interwoven tidak berdjalan dan tjara paralel djuga tidak terselenggara. Karena kenjataan, soal Irian jang senantiasa dimadjukan sebagai soal dalam negeri dan soal inter- nasional jang besar sehingga disebutkan, „ membahajakan perdamaian di Asia Tenggara", tidak pernah dibitjarakan dalam perundingan, oleh karena Belanda sekarang tidak mau lagi membitjarakannja. Dengan ini tergambarlah bagaimana merosotnja kedudukan Indonesia dimata luar negeri dan dimata Belanda sendiri, dibandingkan dengan masa delegasi Supomo 2 tahun jang lalu, diwaktu mana Belanda masih mau berunding tentang Irian.

Perdjandjian 2 dalam lapangan ekonomi dan keuangan diberi garansi tetap berlaku dan supaja djangan di-utik 2 lagi oleh pihak Indonesia. Kenjataan bahwa untuk mengadakan „ perubahan 2 tentang perhubungan ekonomi dan finansil" ini, tidak mendjadi pokok pembitjaraan rupanja. Jang mendjadi pembitjaraan ialah perumusan suatu garansi atas tetap

nja berlaku pasal 2 tersebut. Tetapi bagi delegasi rupanja ini sangat diperlukan sebagai pembeli pembubaran Unie dengan resmi sebelum tanggal 17 Agustus 1954.

„ Jang sudah lama mati telah dibubarkan dengan segala upatjara, jang masih hidup diberi asuransi djiwa" .

Terlepas dari pada soal apakah hasil perundingan itu akan diteri- ma ataupun ditolak oleh Parlemen, chalajak ramai harus mengetahui apa isi dari bungkusan jang dibawa oleh delegasi Indonesia dari Den Haag itu.

Kalau ada satu peladjaran jang dapat diambil dari semua ini, maka peladjaran itu ialah bahwa buat kesekian kalinja ternjata aksi gagah e -an dalam politik hanja bisa memerosotkan pandangan luar negeri terhadap Indonesia dan menimbulkan harapan jang bukan 2 dikalangan rakjat jang tidak tahu.

21 Agustus 1954