Memahami adjaran Islam ini bagi diri masing 2 dengan sungguh 2 .

1. Memahami adjaran Islam ini bagi diri masing 2 dengan sungguh 2 .

2. Mendjadikan adjaran ini djadi pakaian-hidup : dalam berkata, ber- tindak dan berlaku terhadap masjarakat dikelilingnja, sesuai de- ngan adjaran tersebut.

3. Memantjarkan pengertian ini disekelilingnja dengan tidak membe- lakangkan agama dan kepertjajaan manapun djua, dengan lisan dan sikap perbuatan. Dengan demikian apa jang sekarang merupakan ketakutan dan

kekuatiran dikalangan bangsa kita jang beragama lain, pasti akan lenjap, dan akan timbullah pengertian baru jang lebih segar, sebagai dasar jang subur untuk pembangunan lahir dan batin bagi Negara dan isinja. Itulah dia Negara jang berkebadjikan jang diliputi oleh keampunan Ilahi.

6 Februari 1954

18. M E N G G A L I L U B A N G .

101 suara melawan 60 telah menjokong dan membenarkan beleid Menteri Perekonomian Iskaq, diwaktu mosi Tjikwan dimadjukan dalam Parlemen. Sekali lagi Pemerintah dan golongan penjokong 2 - nja bisa menepuk dada, bahwa mereka „ kuat". Dengan demikian Pemerintah ini dapat terus berdjalan mengenda- likan Negara menurut kehendaknya. Sadarkah penjokong 2 -nja itu, kemana Negara ini hendak dibawa? Kalau orang mendengar keterangan 2 dari mulut para penguasa Negara dan koran 2 -nja, rasanja Negara kita ini berada dalam kema- djuan dan tak kurang apa 2 berkat „ tepat" dan „ tegas'nja segala tindakan dari para Menteri kita itu. Sudah dari permulaannja ia berbitjara dimuka Parlemen, Kabinet Ali-Wongso berusaha terus untuk mejakinkan bahwa keadaan eko- nomi kita tidaklah menguatirkan. Malah, katanja, ada alasan bagi „ op- timisme jang sewadjarnja" begitu katanja !

Tetapi, apakah memang sebenarnja begitu ?

Utang. Dilapangan keuangan orang tidak usah mentjari djauh 2 , tjukup memperbandingkan balans Bank Indonesia dari seminggu-keseming- gu selama Pemerintah ini berkuasa. Bandingkan umpamanja balans Bank Indonesia tanggal 5 Agustus 1953 dengan balans itu tanggal 5 Mei 1954 jang baru lalu.

Utang Pemerintah kepada B.I. jang diwaktu itu berdjumlah Rp.

83 djuta (diluar utang jang sudah dibekukan) pada 5 Mei jang baru lalu sudah meningkat sampai Rp. 2.687 djuta. Ini berarti bahwa pukul rata Pemerintah ini menambah utangnja dengan =t Rp. 290 djuta setiap bulan.

Pemborosan ini, taklah dapat terus-menerus, sebab tak boleh meli- wati batas jang ditentukan oleh undang 2 . Waktu dalam bulan Oktober 1953, oleh pihak oposisi diperingatkan dalam Parlemen, bahwa kalau Pemerintah tidak awas benar 2 , maka dalam masa jang tidak lama lagi akan datang saatnja, dimana Pemerintah tidak dapat lagi memenuhi kewadjibannja, a.l. membajar gadji pegawainja, ketjuali bila Parlemen memberi izin untuk membuat „ menggali lubang" terus, meliwati batas

1) Diwaktu Itu fraksls jang berkuasa sekarang tertawa besar, dan dengan tjemeeb 426 1) Diwaktu Itu fraksls jang berkuasa sekarang tertawa besar, dan dengan tjemeeb 426

Apa batas jang dimaksud ? Batasnja ialah apabila djaminan „ mas" atas uang kertas kita sudah

sampai 20%. Sembilan bulan jang lalu (5 Agustus 1953) djaminan ini sedikit- nja ada 36%. Dua tiga bulan jang lalu Gubernur Bank Indonesia, Mr. Sjafruddin Prawiranegara menerangkan, bahwa djaminan sudah turun sampai 24%. Orang gempar dan Pemerintah mentjela penjiaran ter- sebut, sebab dianggap „ menggelisahkan rakjat jang sudah tenteram" ..........

Pada 5 Mei jang lalu djaminan itu sudah sampai 20.9%. Turunnja dengan ketjepatan rata^ 2 ± 0,4% satu minggu. Dan kalau keadaan te- rus begini merosotnja, djaminan ini dalam 2 a 3 minggu akan meliwati turun batas 20% itu. Dan kalau diwaktu itu nanti pegawai negeri ma- sih menerima gadjinja, itu hanjalah lantaran Parlemen sudah rela memberi izin kepada Pemerintah untuk menggali lubang terus, wa- laupun djaminan sudah merosot dibawah 20%. Kalau tjadangan terus berkurang seperti sekarang, — kita sama sekali belum melihat tanda 2 akan berhentinja —, maka pada achir 1954 ini, djaminan itu hanja akan berdjumlah 10-12% sadja.

-Bagi golongan 2 jang berkuasa sekarang ini memberi izin untuk menggali lubang terus itu fflua'aTi sadja. Mudah dengan „ dongkrak" suara 101 atau 102 jang ada dalam Parlemen itu. Dengan suara 100 lebih itu, apa sadja bisa diputuskan. Memang menggali lubang adalah satu „ usaha" jang paling gampang ..................... !

Dan kalau sudah begitu, mungkin djuga para anggota Parlemen jang terhormat jang pernah tertawa dibulan Oktober tadi itu, akan tertawa terus pula : „ Perduli apa" ? „ Kita kuat" „ Wat dan nog'!".

Tapi akibatnja ialah harga rupiah merosot sama sekali. Kepertja- jaan akan harga uang merosot. Orang lari kepada barang. Ongkos hidup membubung. Gadji pegawai dan buruh tidak mentjukupi. Upah bisa dinaikkan oleh P4P. — Tapi harga produksi membubung pula, se- hingga barang ekspor kita tak dapat lagi bersaing diluar negeri. — Devizen bertambah kurang. — Impor dikurangi lagi. — Barang keper- luan hidup membubung lagi. — Industri dalam negeri jang memerlu-

kan bahan 2 industri dari luar negeri lumpuh, kalau tidak tutup sama sekali. — Produksi barang konsumsi didalam negeri merosot. — Har- ganja membubung lagi. Dan begitu seterusnja. Kita terdjerumus da- lam satu lingkaran jang tak berudjung-berpangkal (vicieuse cirkel).

Orang bisa berkata, bahwa urusan djaminan uang 20% itu tidak- lah satu 2 -nja ukuran jang harus dipakai. Memang tidak satu 2 -nja ! Dan

Produksi: Produksi umum dalam tahun jang lalu memang bisa dikatakan lebih baik. Volume (banjak ton) ekspor kita malah melebihi dari tahun 1952. Tapi harga ekspor kita merosot ! Dan melihat faktor inflasi

besar 2 -an seperti tersebut diatas itu kemungkinan meningkatnja harga ekspor pun tidak ada ! Dari tanah konsesi untuk tembakau jang sudah dikurangi sampai 125.000 ha, sebagaimana jang sudah diatur oleh bekas Gubernur Abdul Hakim di Sumatera Utara, sekarang 20% sudah/ sedang diduduki setjara liar. Pendudukan tanah setjara liar ini semendjak 27 Agustus bertambah dengan 5.000 orang, dan masih terus bertambah. Ini bukan „ agitasi oposisi" tapi menurut keterang- an Ketua Panitia Pembagian Tanah jang resmi sendiri. Dalam itu sedang dirantjangkan pula untuk mengurangi lagi 2000 ha dari tanah

konsesi, kebun karet, palmolie dan lain 2 .

Itu sepertiga dari konsesi jang ada sekarang. Dalam pada itu se- persepuluh dari tanah konsesi AVROS ini sudah diduduki lebih dulu. Gubernur Amin sudah dua kali mengeluarkan ultimatum supaja orang jang menduduki setjara liar ini meninggalkan tempat tersebut. Tapi sampai sekarang orang belum bergerak. Kesudahannja, soalnja diserahkan kepada, — bukan kepada polisi —, tetapi kepada suatu pani- tia penjelesaian. Alat Negara kita berpangku tangan melihat dari djauh

....................... (dari dekat !!!). Perkara tambang minjak di Sumatera Utara tak usah disebut lagi.

Sudah terang. Dikembalikan tidak, dinasionalisasikan, tidak ! Tjuma rupanja „ diperlindungi", entah atas dasar hukum apa.

Untuk memadjukan produksi dalam negeri, Perdana Menteri Ali pernah menegaskan : „ kita akan mentjiptakan iklim jang baik bagi ka- pital asing untuk bekerdja disini".

Kita bertanja : „ Dengan tjara begitu itukah Pemerintah ini „ men- tjiptakan iklim jang baik untuk memasukkan modal asing itu ?". Jang diluar dipanggil dengan statemen 2 jang muluk. Jang sudah ada didalam, saban waktu dikurangi area tempat kerdjanja, atau dimana dianggap perlu „ diperlindungi", sehingga mereka tidak dapat sama sekali mengerdjakan konsesi jang sudah mereka perdapat.

Orang pernah berkata bahwa oposisi seringkali mentjela Pe- merintah bukan atas dasar beleid Pemerintah, akan tetapi diluar beleidnja itu (Dr. Diapari). Memang keberatan kita terhadap Peme-

14 Mei 19 54