NON AGRESSIE-PACT SEBAGAI OBAT MUDJARAB ?

24. NON AGRESSIE-PACT SEBAGAI OBAT MUDJARAB ?

Beberapa bulan jang lalu, diwaktu tentara Perantjis mendapat ke- kalahan di Dien Bien Phu, mulai terdengar saran 2 dari negara 2 Barat, terutama dari Amerika Serikat, untuk mengadakan satu „ Persekutuan Pertahanan Asia-Tenggara" (Seato). Dilain pihak kedengaran saran 2 untuk mengadakan satu perdjandjian tidak-serang-menjerang, — non agressie-pact —, antara India, Birma, Sailan, Indonesia dan R.R.T. Pi- kiran ini bersumber di Peking atau di New Delhi.

Sebagaimana umum telah mengetahui, baru 2 ini sudah ditanda- tangani Perdjandjian Persekutuan Pertahanan Asia-Tenggara (Seato) itu, jang sekarang masih bernama „ Manila-pact". Turut didalamnja Amerika Serikat, Pilipina, Australia, New Zealand, Muang Thai, Pa- kistan dan Inggeris. Walaupun tidak diterangkan terhadap serangan

dari pihak mana negara 2 tersebut hendak mempertahankan diri, tapi tjukup terang bahwa dalam alam pikiran jang turut serta itu, jang mendjadi potentiele agressor (negara jang mengandung kemungkinan mendjadi „ penjerang"), adalah R.R.T.

Terhadap usaha sematjam ini Indonesia tidak mempunjai minat, oleh karena Indonesia berpegang kepada politik bebas-nja.. Politik bebas itu dimaksudkan untuk mendjaga supaja djangan turut terlibat dalam pertentangan jang ada antara kedua blok sekarang. Indonesia ingin me- lakukan satu politik persahabatan (good neighbour policy) dengan

negara 2 dari blok ini dan blok itu dan jang sama 2 diluar kedua blok ter- sebut. Dalam pada itu, politik bebas itu djuga berarti menumbuhkan potensi bangsa dan membangun Negara kedalam serta menjumbangkan

tenaga dan usaha 2 jang positif dalam lingkungan Perserikatan Bangsa 2 , jang dipandangnja sebagai satu 2 -nja Organisasi Internasional untuk me- melihara perdamaian dunia dan menjelesaikan persengketaan antara bangsa dengan bangsa setjara damai. Dengan memelihara good neigh- bour policy itu Indonesia akan dapat mengadakan hubungan bantu- membantu dan menerima bantuan dari luar, dengan tidak melepaskan kepribadiannja atau mengikat diri kepada salah satu pihak jang sedang bersengketa.

Berkenaan dengan saran untuk mengadakan non agressie-pact ber- sama 2 itu, didalam pers Djakarta pernah timbul satu proefballon — pan- tjingan pendapat umum — dengan tjara samar 2 . Kelihatannja dari cha- lajak ramai pantjingan ini tidak mendapat perhatian seperti jang di-

Sekarang sesudahnja Seato atau Manila-pact ditandatangani, ke- dengaranlah suara 2 jang bersumber dari India jang menjatakan antara lain, bahwa Seato itu bisa „ membahajakan perdamaian", dan sebagai- nja. Dan dari sehari-kesehari pikiran hendak mengadakan non agressie- pact itu muntjul kembali kedalam masjarakat ramai terutama di-saat 2 P.M. Ali Sastroamidjojo akan pergi ke New Delhi, sebelumnja Nehru mengundjungi Peking. Waktu P.M. Ali pergi, chalajak ramai tidak mengetahui apa sesungguhnja jang hendak dibitjarakan. Maka setelahnja kedua Perdana Menteri itu berunding di New Delhi, terde-

ngarlah pidato 2 dari kedua belah pihak bahwa ke-dua 2 -nja ingin hendak mengadakan „ daerah-damai" di Asia. Diantara lain 2 kabar jang ter- siar disekitar pertemuan kedua Perdana Menteri tersebut ialah ketera- ngan P.M. Ali kepada pers, bahwa ia setudju apabila lima prinsip jang telah disepakati oleh Chou En Lai dengan Nehru sebagai dasar dari Perdjandjian Non Intervensi — tidak tjampur-mentjampuri — antara

India dengan R.R.T., pantaslah dikenakan djuga kepada negara 2 lain di Asia. Dengan demikian maka soal non agressie-pact antara India, Birma dan Indonesia dengan R.R.T. itu, terang mendjadi persoalan jang hangat atau akan hangat!

Timbul pertanjaan, apakah memang Pemerintah Indonesia sudah mulai berpikir kearah non agressie-pact itu ? Kalau India merasa perlu mengadakan perdjandjian jang sematjam itu, dapat djuga dimengerti ! Kedua negara itu adalah hampir sama besar dan terletak berbatasan. Dan pada hakikatnja memang sudah pernah timbul beberapa ketegangan antara kedua belah pihak berkenaan dengan daerah perbatasan mereka. Pun pula dapat dimengerti bahwa ada hadjat bagi kedua pihak untuk mendjamin adanja perdamaian di-

perbatasan pihak masing 2 itu. Sudah tentu perdjandjian non agressie-pact jang demikian itu perlu diisi dengan beberapa perdjandjian jang tegas 2 , berkenaan dengan persiapan 2 perang didaerah perbatasan tersebut. Demikian djuga Burma jang djuga berbatasan dengan R.R.T. mung-

kin mempunjai alasan 2 sendiri pula.

Berlainan soalnya dengan Indonesia. Tidak ada satu orangpun yang dapat mengchajalkan, bahwa Indonesia (ikan melakukan serangan ter-

Andai kata demikian, — terserah, apakah beralasan apa tidak —, maka suatu non agressie-pact ber-ramai 2 antara beberapa negara dengan R.R.T. itu hanjalah merupakan tabir asap bagi menutupi satu keinginan jang terpendam untuk meminta djaminan, bahwa R.R.T. tidak akan menjerang Indonesia. Dalam pada itu sedjarah dan pengalaman

bangsa 2 sudah menundjukkan, bahwa niat dari pada sesuatu potentiele agressor tidak dapat dielakkan dengan se-mata 2 non agressie-pact. Malah sedjarah memperlihatkan, bahwa sering kali pihak jang menawarkan non agressie-pact itu hanja memakai perdjandjian tersebut sekedar untuk mendjaga djangan sampai „ kedahuluan" . Dan apabila ia sudah merasa

„ aman" dari pihak negara 2 jang sudah diikat dengan perdjandjian ter- sebut, maka segenap kekuatannja ditumpahkannja kepada penjerangan terhadap tetangga lain, dengan siapa ia tidak ada perdjandjian

apa 2 . Dan apabila ia sudah tjukup kuat, maka satu non agressie-pact jang telah diperbuatnja dulu itu hanjalah merupakan setjarik kertas jang tak berharga („ ein Fritzen Papier"). Begitu pengalaman semendjak Byzantium sampai zaman keemasannja dan Djerman dari Kaisar Wilhelm sampai kepada Hitler.

Dan kalau orang memang tidak menganggap R.R.T. sebagai satu potentiele agressor ke Asia Tenggara, buat apa orang mengadakan non- agressie-pact ? ! ! J

II

Indonesia sudah tidak masuk Seato atau Manila-Pact, lantaran tidak mau mengikat diri dengan suatu persekutuan sebagai akibat dari per- tentangan dua blok jang ber-hadap 2 -an sekarang ini. Sekarang djikalau R.R.T. memadjukan idee non agressie-pact ini, maka persekutuan jang hendak didirikan itu, pada hakikatnja adalah djuga satu persekutuan jang timbul dari pertentangan kedua blok itu. Djikalau Indonesia ma- suk djuga dalam persekutuan non agressie-pact tersebut, maka tidaklah dapat orang mengatakan bahwa Indonesia masih berpegang kepada politik-bebas-nyz..

Andai kata orang berpendirian, bahwa Indonesia ini sudah perlu memilih pihak, — jang kita belum jakin mesti begitu —, maka harus lebih dahulu dipertimbangkan, ikatan dengan blok manakah jang lebih

positie, dan menganggap, bahwa hanja non agressie-pact itulah satu 2 -nja

Kita berpendapat, sebagaimana tersebut diatas tadi, bahwa dalam rangkaian politik bebas jang didjalankan dengan tjara jang riil dan memelihara kepribadian bangsa, kita masih mempunjai tjukup kemung- kinan untuk memelihara keselamatan bangsa kita dengan tidak mem- pertaruhkan diri kepada kedua blok jang sedang bertarung itu. Dengan memberi isi jang lebih positif kepada politik bertetangga-baik (good neighbour policy) dan mempergunakan bantuan luar negeri dengan tidak

mengikat diri, serta mempergunakan bantuan 2 jang disalurkan melalui organisasi 2 dari Perserikatan Bangsa 2 dan jang dinamakan Colombo- plan dan sebagainja, kita dapat menjuburkan potensi bangsa kita dan memperkuat pribadi bangsa kita dipelbagai lapangan. Disamping itu kita perkuat P.B.B. sebagai Organisasi Internasional, dan dalam rang- kaian P.B.B. itu kita berusaha memberi sumbangan untuk memelihara keamanan dan perdamaian dunia.

Dalam pada itu apabila orang, berkenaan dengan saran non agres- sie-pact ini, menghubungkan R.R.T. dengan komunisme internasional jang akan memperluaskan daerahnja ke Asia Tenggara, chususnja ke In- donesia, maka umum sudah mengetahui, bahwa sistem jang dipakai oleh komunisme internasional itu, — ketjuali apabila ada sematjam „ helah", ialah untuk membebaskan suatu bangsa jang berbatasan, dari pada kolo- nialisme Barat —, tidak melalui djalan agressie atau invasie (penjerangan langsung meliwati perbatasan negara), akan tetapi dengan djalan mem- bentuk kekuatan dan merebut kekuasaan dalam negeri jang bersang- kutan sendiri.

Kalau ini jang hendak dielakkan, maka suatu non agressie-pact tidak berguna sama sekali. Sebab, sebenarnja soal hasil atau tidak hasil- nja maksud memperluas daerah oleh komunisme internasional dengan tjara demikian, adalah soal perimbangan kekuatan politik didalam ne- geri itu sendiri. Tegasnja perimbangan kekuatan antara komunis dan non-komunis didalam negeri ! Didalam rangkaian ini maka sesuatu non agressie-pact dengan salah satu negara komunis jang berdekatan hanja akan berarti pembelokan perhatian dan menimbulkan rasa ke- legaan jang palsu buat sementara waktu !

Djadi apabila di Indonesia dibiarkan aparat Negara, baik sipil atau militer bertambah lama bertambah lumpuh dan kutjar-katjir, dan diperturutkan kemauan dari organisasi* komunis untuk menjabot pem-

1 Oktober 1954