SEKALI LAGI IRIAN.

7. SEKALI LAGI IRIAN.

Tak usah berlaku seperti „ orang tua kebakaran djenggot" .

Tadjuk rentjana tentang Irian dalam Hikmah jang lalu, diachiri dengan pengharapan supaja Pemerintah tetap mengendalikan keadaan, dan djangan sebaliknja: dikendalikan oleh keadaan.

Harapan jang demikian itu tetap mendjadi harapan kita, sesudah- nja melihat perkembangan 2 dalam satu minggu jang lalu ini. Baik djawaban Pemerintah Belanda, ataupun memorandum Pemerintah In- donesia telah disiarkan ber-sama 2 . Pemerintah Indonesia menerangkan antara lain, bahwa berdasarkan piagam penjerahan (atau pengakuan) kedaulatan, sebenarnja Irian de jure sudah diserahkan kepada Indonesia, tjuma jang belum ialah penjerahan de facto.

Terhadap gugatan yuridis ini Pemerintah Belanda tak mau kalah. Sebagai guru dalam juristerij dia berkata: Mari kita serahkan soal ini kepada kaum juristen kita jang terpandai, jaitu Uniehof.

Sebentar kita bertanja dalam hati, apakah Pemerintah Belanda benar 2 menganggap soal ini soal juridis se-mata 2 jang dapat diselesaikan oleh enam meester in de rechten itu apa tidak ? Ataukah hanja lan- taran : „ begitu gajung, begitu pula sambutnja ?"

Kesudahannja kita lebih tjondong kepada kemungkinan jang kedua ini. Bila memperbandingkan kedua memorandum itu sukar untuk meng- hilangkan kesan, bahwa memang gugatan juridis dari pihak Indonesia telah membukakan pintu untuk tangkisan jang begitu djuga sipatnja. Tapi sudahlah, segala sesuatu sudah terdjadi ! Pokok soalnja tidak ber- ubah dari pada sebelum „ duel memorandum" ini terdjadi. Kedua pihak

bisa mulai lagi dari pangkal. Dan mudah 2 -an atas dasar jang lebih tepat. Berkenaan dengan suara 2 jang begitu ribut 2 an, kita melihat bahwa sebab soalnja, sebagaimana jang dikatakan oleh sdr. Prawoto Mang- kusasmito, bukan soal juridis, tetapi soal melikwidasi kekuasaan kolo- nial, jakni sebahagian dari likwidasi kekuasaan kolonial Belanda atas Indonesia (Nederlands-Indie dulu). Selama keadaan ini masih begitu,

tiap 2 Pemerintah Indonesia, jang manapun djuga akan mentjantumkan dalam programnja „ memperdjuangkan memasukkan Irian Barat kedalam wilayah Indonesia" .

Sebaliknja selama sebahagian terbesar dari partai politik Belanda masih terus mempertahankan pemerintah kolonialnja di Irian Barat itu, 345 Sebaliknja selama sebahagian terbesar dari partai politik Belanda masih terus mempertahankan pemerintah kolonialnja di Irian Barat itu, 345

Kolonialisme atas Irian ini tidak kundjung dapat dilikwidir pada Konperensi Medja Bundar 2 tahun jang lalu. Disaat itu waktu sudah mendesak dan delegasi Indonesia menimbang, dari pada sama se- kali perundingan gagal lebih baik menerima apa jang Sudah ditjapai,

dan soal Irian, soal perdjuangan dibelakang hari. Perundingan 2 tentang Irian ditahun jang lalu ini adalah landjutan dari pada perundingan K.M.B. jang belum selesai itu. Setelahnja perundingan inipun gagal, pihak Indonesia menjatakan bahwa Indonesia menganggap „ semendjak itu kedudukan Belanda di Irian adalah dengan tanpa persetudjuan Indo- nesia". Dan Pemerintah Indonesia akan terus memperdjuangkan claim nasionalnja.

Kapan Pemerintah akan memadjukan soal ini tidak ditetapkan lebih dahulu. Tapi jang sudah terang ialah, bahwa Pemerintah Belanda tidak akan mengambil inisiatif. Dalam hal ini, soal memilih saat dan waktu, sama sekali terletak ditangan Pemerintah Indonesia.

Sekarang Pemerintah telah mendesak supaja dalam bulan Nopem- ber ini djuga soal Irian harus dibitjarakan. Lahirnja, ialah oleh karena Pemerintah Indonesia berpendapat bahwa soal Irian harus selesai sebe-

lumnja Pemerintah Belanda mengubah Undang 2 Dasarnja jang sekarang. Kita belum mau pertjaja, bahwa hanja se-mata 2 inilah jang mendjadi sebab bagi Pemerintah dalam memilih saat untuk menondjolkan masa- lah Irian ini kembali. Sebab andai kata se-mata 2 ini, sedangkan per- siapan belum ada, itu namanja Pemerintah kena pantjing, membiarkan dirinja terdesak memulai perundingan diwaktu dia sendiri belum siap.

Tapi kita berusaha untuk berbaik-sangka. Kita bersedia untuk men- duga, bahwa menurut perhitungan Pemerintah, bulan Nopember inilah kedudukan kita jang paling baik untuk mentjapai hasil. Mungkin me- nurut perhitungan Pemerintah, bahwa perimbangan kekuatan dalam

partai 2 politik di Negeri Belanda saat ini sudah lebih memudahkan bagi Pemerintah Belanda untuk melepaskan Irian dari pada sepuluh bulan jang lampau; bahwia kaum modal Belanda jang berkepentingan di Indo- nesia sudah dapat lebih kuat mendorong pemerintahnja kearah itu;

bahwa kekuatan 2 luar negeri jang lain seperti Amerika, Inggeris dan 347

Australia, sekarang ini berkat keaktifan Kementerian Luar Negeri kita beberapa waktu jang lalu, sudah lebih positif akan berdiri disamping kita dalam hal ini; begitu djuga India, Pakistan dan Burma; bahwa ke-

lihatan tanda 2 kearah itu. Pemerintah biasanja lebih banjak mempunjai bahan 2 , untuk mendasarkan perhitungannja, walaupun kita belum tahu, sebab kepada faktor 2 inilah tergantungnja sesuatu hasil dari perun- dingan Irian jang sekarang hendak dimulai itu. Kalau sudah begitu, dapatlah kita mengerti keputusan Pemerintah tersebut. Dan kalau sudah begitu pula, Pemerintah tak usah membiarkan dirinja terseret hanjut oleh bermatjam suara jang terdengar diluar Pe- merintah seperti „ batalkan Unie tanpa berunding lagi" — se-olah 2 memutuskan Unie setjara unilateral itu akan mempermudah berhasilnja perundingan tentang Irian jang baru sadja diminta oleh Pemerintah mengadakannja itu.

Ada pula suara : „ Djika Belanda mau terus mendjadjah Irian, batal- kan Unie", — se-olah 2 bila Irian diberikan lantas Unie tak terus diba- talkan lagi, ataukah memang dalam hati ketjilnja memang ada kemauan memperdjualkan Unie dengan Irian ? Ada jang berkata: „ Murung sa- dja, tak usah bitjara lagi; adakan Pemerintah pelarian Irian !". — se-

olah 2 sudah mau memproklamirkan perang dingin dengan segala kon- sekwensinja. Kita dapat mengerti bahwa semua suara 2 itu menggambarkan pe- rasaan jang sedang menggelora dikalangan rakjat, jang selama soal Irian belum dapat diselesaikan, se-waktu 2 pasti akan mentjari letusannja keluar, dengan tjara 2 jang tidak selamanja dapat terkendalikan oleh Pemerintah. Hal ini patut sekali diperhitungkan oleh Pemerintah Be- landa selama mereka betul 2 ingin memelihara perhubungan baik antara kedua bangsa. Irian terus terdjadjah sedangkan hubungan baik terus terdjamin, adalah satu wishfulthinking atau satu paradox jang tak dapat dipertahankan terus-menerus.

Dalam hubungan ini, kita dapat merasakan kesulitannja Pemerin- tah menghadapi pendirian pemerintah Belanda jang tidak mau berge- ser itu.

Tapi sulit atau tidak, adalah kewadjiban Pemerintah mendjaga supaja dia sendiri djangan sampai diumbang-ambingkan oleh keadaan. Bila Pemerintah sudah tahu akan troef 2 , jang menurut sangka baik kita itu, sudah ada ditangannja Pemerintah, maka Pemerintah tidak perlu ter-bawa 2 , berlaku seperti „ orang tua kebakaran djenggot". Djuga 349 Tapi sulit atau tidak, adalah kewadjiban Pemerintah mendjaga supaja dia sendiri djangan sampai diumbang-ambingkan oleh keadaan. Bila Pemerintah sudah tahu akan troef 2 , jang menurut sangka baik kita itu, sudah ada ditangannja Pemerintah, maka Pemerintah tidak perlu ter-bawa 2 , berlaku seperti „ orang tua kebakaran djenggot". Djuga 349

Pemerintah perlu ber-djaga 2 . Djangan kita terbawa kearah jang belum diketahui oleh Pemerintah sendiri. Politisi Belanda dan negara 2 Barat umumnja perlu mengetahui bahwa soal Irian Barat bukanlah berdiri sendiri. Mutatis-mutandis soal ini serupa kedudukannja dengan soal Sudan, soal Marokko, soal Suez- kanaal, soal Viet Nam dan soal Irian. Soal nasionalisme Asia dan Afrika jang mulai bangun, menghadapi imperialisme dan kolonialisme Barat jang belum kundjung habis ! Selama soal sematjam ini belum dilikwidir, segala sembojan „ mempertahankan demokrasi dan dunia merdeka", oleh bangsa Asia dan Afrika, dianggap sembojan kosong. Dan selain itu mereka ini tak akan rela tetapi akan bergelora terus ! — Irian ada- lah claim nasional bangsa kita. Kita terus perdjuangkan. — Kita pertjaja, satu kali Irian akan masuk Indonesia kembali, — tanpa tjara cowboy- cowboy-an !