SEPTEMBER 1951.

20 SEPTEMBER 1951.

Saja mengutjapkan sjukur alhamdulillah, karena pada malam ini saja dapat menghadiri satu pertemuan dengan pengurus dari Taman Pendidikan Islam jang sudah pernah terdengar namanja oleh kawan 2

di Djakarta, akan tetapi belum mengetahui benar 2 bagaimanakah usaha dan tindakan dari Taman Pendidikan ini. Sekarang saja berada ditengah saudara 2 . Saja rasanja berada kembali pada tangga saja sendiri. Sebab tatkala saja keluar dari bangku peladjaran, maka jang mula 2 saja hadapi dalam lapangan pekerdjaan dan perdjuangan, ialah lapangan pendidikan Islam ini. Adapun jang sedang saudara 2 kerdjakan sekarang, bukanlah suatu pekerdjaan jang lekas 2 diketahui orang. Bukan suatu pekerdjaan jang saban hari tertulis di-surat 2 kabar, bukan pula pekerdjaan jang dianggap orang herois, pekerdjaan pahlawan jang dipudja-pudji setiap hari. Saudara mentjari pekerdjaan djauh dari kota, jakni di-kebun 2

onderneming, menanamkan Agama dikalangan buruh 2 perkebunan di-gunung 2 . Akan tetapi ketahuilah saudara 2 , bahwa ibarat orang memanah, sasaran saudara sudah tepat pada tampuknja benar, sebab orang sering kali lupa, bahwa potensi dan tenaga dari umat kita, sebenarnja terle-

tak diluar kota, didesa, di-tepi 2 gunung, di-tengah 2 alam raja jang besar itulah !

Sekarang saudara menghadapi satu masjarakat jang terpisah, jang dinamakan masjarakat kebun, jang mempunjai sipat sendiri, penuh de- ngan penderitaan poenale-sanctie dan lain 2 sisa alam pendjadjahan. Itulah batang terendam jang saudara 2 pikul sekarang. Ini adalah pekerdjaan jang menghendaki kepada meniadakan diri, meniadakan diri dengan pengertian, membuat sesuatu pekerdjaan hanja karena besarnja kesadaran dan tidak ingin kepada pudji dan

pudja. Tjukup saudara 2 puas dengan mendapat keredaan Ilahi jang

Ia-nja melihat usaha saudara 2 .

Bolehlah saja disini menjatakan kegembiraan hati dan sjukur saja, karena dapat bertemu dengan teman 2 jang meletakkan dasar pi- kirannja bahwa dalam membangun sesuatu umat, dan membangkitkan

Masih banjak orang jang belum mengetahui, apakah jang hendak ditudju oleh Agama Islam kita ini. Orang masih sering berkata : „ Islam adalah agama, jang tempatnja disurau atau di-langgar 2 . Orang Islam itu salat, berpuasa sekali setahun, naik hadji, membajar zakat; hanja itu sadjalah jang dinamakan Islam ! Mereka kurang mengerti, bahwa Islam

tidak terbatas hanja sampai disitu sadja. Islam tidaklah se-mata 2 urusan manusia dengan Tuhan sadja, akan tetapi djuga urusan manusia dengan alam, urusan manusia dengan manusia. Falsafah hidup jang demikian

itu, dilupakan kepada keluarga 2 jang hanja dihargai menurut titik ke- ringatnja jang keluar waktu bekerdja; keluarga jang dilupakan orang, bahwa dia adalah manusia, bukan mesin; manusia jang hidup dan men- tjari penghidupan sebagai kita, manusia jang berpikir dan merasa djuga.

Saudara 2 akan meletakkan pandangan hidup mereka itu lebih dari pada jang biasa, lebih tinggi nilainja. Mereka tidak hanja bekerdja untuk menutup punggung jang tidak bertutup, bukan bekerdja hanja

sekedar mengisi perut jang lapar, tetapi sebagai manusia lain 2 -nja djuga untuk mendapatkan budi pekerti dan pandangan hidup jang lebih ting- gi. Baik anak 2 -nja jang saudara 2 didik, maupun ibu bapanja jang telah terlandjur dalam masjarakat jang demikian rupa, tetaplah ada tudju- an bahwa mereka harus sedar akan harga dirinja sebagai manusia.

Mereka bekerdja tidak hanja sekedar untuk menutupi keperluan 2 djasmani, bukanlah se-mata 2 merupakan barang dagangan jang dihargai menurut djam dan dihitung dengan sen, tetapi bekerdja itu bagi mereka, dan bagi kita semua, dapat dilihat sebagai suatu alat untuk mengisi batin, ruhani disamping djasmani, sebagai suatu culturele-functie jang mendjadikan manusia itu lebih dari pada hewan. Djikalau kita sudah me- ngetahui, bahwa Islam adalah sistem kehidupan, sistem pemetjahan soal hidup jang ada diatas dunia ini, djikalau orang telah merasakan bahwa Islam itu adalah untuk kesempurnaan dunia, untuk kesempurnaan ma- sjarakat dan dapat memberikan djiwa kepada pelbagai aspek dalam

soal 2 peri kehidupan, — baik dilapangan pembangunan, baik dilapang- an politik, maupun dilapangan sosial —, maka nanti lambat laun orang

Mudah 2 -an apa jang telah ditjapai dalam setahun jang telah sudah, tjukup mendapat perhatian dari masjarakat, dari madjikan 2 dan djawat- an 2 selandjutnja. Saudara 2 pandanglah semua pertolongan itu sebagai suatu ni'mat Ilahi jang akan saudara 2 pergunakan se-baik 2 -nja. Djika- lau saudara 2 terus-menerus melakukan tindakan jang demikian itu de- ngan tidak mengenal tjapek dan tidak mengenal pajah, insja Allah masjarakat akan membantu apa jang saudara 2 telah kerdjakan. Terutama boleh saja njatakan penghormatan saja terhadap saudara 2 jang telah rela mendjadi guru di-daerah 2 jang demikian itu. Mudah 2 -an saudara akan tjukup kekuatan terus dalam menghadapi pekerdjaan itu, walaupun keadaan saudara susah-sulit, tidak tjukup se-gala 2 -nja, dan mungkin saudara 2 harus bekerdja lebih keras dari pada biasa. Saudara 2 adalah guru, seorang jang lain dari pada jang lain. Kalau orang bertanja apakah ustaz dan muballigh itu djawabnja, ustaz itu adalah manusia jang biasanja melakukan pekerdjaannja dengan tidak dibajar. Dibajar hanja dengan „ lillahi Ta'ala", dihajar dengan utjapan alhamdulillah. Djikalau ustaz atau muballigh itu dizaman jang lalu

memanggil orang untuk ber-sama 2 mengerdjakan sesuatu pekerdjaan dan memerlukan kepada alat 2 dan materiil, sering kali ia diberikan djawaban kata 2 jang kata orang lebih baik dari pada sedekah, akan tetapi sjukur masih ada machluk jang demikian, machluk jang melupakan kepentingan dirinja sendiri,- tetapi mementingkan apa jang perlu di- bawanja kepada umat dengan rasa penuh tanggung-djawab, dan ia ber-

sjukur melihat murid 2 -nja berguna bagi masjarakat. Lupa ia akan periuk- nja dirumah jang belum berisi. Ia telah merasa menerima ni'mat jang paling besar apabila ia dapat melihat muridnja mendjadi manusia jang

berharga dalam masjarakat. Itulah jang dianggapnja upah se-tinggi 2 -nja! Akan tetapi djikalau saudara 2 telah mengirimkan 43 orang guru dan ustaz ke-daerah 2 itu, disamping mendidik mereka itu dengan sipat guru, haruslah djuga dipikirkan agar djangan dibiarkan mereka men- djadi malaikat terus-menerus. Mereka adalah manusia jang memerlu-

harus kita perhatikan benar 2 .

20 September 1951