MARI SELAMATKAN NEGARA !

14. MARI SELAMATKAN NEGARA !

Pada hari ini tepatlah 2 bulan telah berlalu semendjak „ Peristiwa

17 Oktober" jang menggemparkan itu. Dalam waktu 2 bulan itu banjak jang terdjadi, jang merupakan kelandjutan dan akibat 2 dari padanja. „ Peristiwa 17 Oktober"

bukanlah satu keadaan jang berdiri sen- diri, akan tetapi adalah salah satu simptom dari keadaan tragis dalam hidup kenegaraan kita semendjak beberapa waktu jang silam.

Satu hal sudahlah pasti, jakni Negara kita berada dalam kesulitan. Dan kalau hal itu hanjalah merupakan kesulitan sadja, kita tidak perlu kuatir, tapi, kesulitan itu sekarang menjebabkan suatu keadaan jang membahajakan. Keutuhan

tentara mendjadi rusak, nafsu saling ber- kobar, kesatuan umat dan Negara djadi terantjam. Pun „ Peristiwa 17 Oktober" itu mudah digunakan djadi bahan agitasi oleh anasir 2 jang memusuhi Negara dan bangsa kita. Bilamana kita lengah, Negara bisa dikatjaukan. Sebab itu kita semualah jang berkewadjiban mendjaga agar bahaja djangan terdjadi.

Hari ini kita dengar, bahwa Kolonel Bambang Sugeng diangkat mendjadi Pemangku K.S.A.D. Setelah 2 bulan, baru Pemerintah dapat mentjapai satu usaha jang agak njata untuk menudju kearah djalan keluar, dari keadaan jang sulit dan berbahaja ini. Tapi ini tidak berarti, bahwa penjelesaian sudah tertjapai; ini baru merupakan usaha pertama penahan proses desintegrasi dan petjah-belah jang sedang berdjalan.

Kami berkurban untuk nila?-hidup jang menghidupkan. Dalam saat seperti sekarang ini kami merasa wadjib mengemu- kakan pernjataan. Pernjataan 2 ini, terutama kami tudjukan kepada bangsa kita umum- nja dan Muslimin Indonesia pada chususnja. Dalam konstelasi Negara kita, Muslimin Indonesia, mempunjai funksi jang tidak boleh diabai- kan.

Apakah funksi Muslimin Indonesia itu ? Bangsa Indonesia adalah umat Muslimin; suatu bagian dari pada

umat 2 Islam, jang besar bilangannja diseluruh dunia. Diantara bangsa kita, ada jang rupanja melupakan hal ini. Mereka itu sekarang perlu kita ingatkan kembali.

Hendaklah disadari,

bahwa

Masjumi

Indonesia. 90% dari bangsa Indonesia adalah M uslimin dan merupa- kan

Bagian terbesar dari tentara terdiri dari M uslimin. Pemerintah sipil, — dengan sedikit penge- cualian —, didjalankan oleh Muslimin. Dalam revolusi terhadap Be- landa dan pendjadjahan, kurban terbanjak telah diberikan oleh M uslimin.

tulang-punggung

dari bangsa

Indonesia.

Diponegoro, Imam Bondjol, Teuku Umar, Trunodjojo dan achir 2 ini, Djenderal Sudirman antaranja, djuga telah memberikan djiwanja un- tuk Kemerdekaan Indonesia. Semua mereka itu adalah M uslimin.

Semoga hendaknja daftar-kurban ini tidak perlu lagi kami tambah. Akan tetapi, kepada mereka jang hendak merusak Islam, saja berkata: „ Dimana perlu kami sedia akan tambah lagi daftar Sjuhada 2 ini dengan ber-djuta 2 nama lagi, kalau Indonesia dan Islam akan diganggu kemer- dekaannja" .

Kami mengerti, bahwa kemadjuan tidaklah dapat diperoleh dengan tak melakukan koreksi atas diri sendiri dari dalam, dan dengan tak ada kritik jang konstruktif dari luar.

Kami dapat menghargai lawan politik kami, dan mata kami tetap terbuka. Kami mengetahui dan sadar, bahwa serangan 2 jang ditudjukan kepada umat Islam, sebenarnja adalah bertudjuan untuk menghancur- kan Negara dan bangsa Indonesia.

Saja peringatkan kepada semua orang jang mendengar kata 2 ini atau jang membatja apa jang saja katakan sekarang, ialah, bahwa „ Masju- mi" sebagai udjud organisasi terbesar diseluruh Indonesia, adalah mem-

punjai semangat d jihad. M asing 2 dari kami,dapat di-,diamkan" dengan bermatjam tjara, tapi ribuan orang akan menggantikannya. Dan kalau jang ribuan itu di-„ diamkan" djuga, maka ratusan ribu orang akan

menggantikan mereka; selandjutnja, ber-djuta 2 J

Kami tidak bisa tinggal diam dan kami tak dapat dipatahkan. Semendjak 1372 tahun sampai sekarang, Islam selalu dalam serangan dari musuh 2 -nja. Kami pernah didjadjah, pernah disiksa, pernah di- perbudak dan pernah mengalami pembunuhan besarkan, tetapi peng- hantjuran Islam tidaklah mungkin, malah sebaliknja jang hendak menghantjurkan itu, akan dihantjurkannja.

Kami bersedia untuk memaafkan. Tapi kami tidak bersedia untuk mengalah.

Kami berdjuang mentjari keridaan Ilahi, Jang membawa manusia kepada nila? hidup jang menghidupkan.

D Jakarta, 17 Desember 1952