SUDAH TJUKUP LAMA KITA MENERAWANG DI-A WAN G-AWANG.

26. SUDAH TJUKUP LAMA KITA MENERAWANG DI-A WAN G-AWANG.

Hati nurani bangsa dapat bedakan antara jang baik dan jang buruk, antara jang tulen dan jang palsu.

Tepat 10 tahun jang lalu, sawan g langit politik internasional pertama kalinja kita geletarkan dengan „ Proklamasi Kemerdekaan" , jang diria-gembirakan oleh pengibaran Dwiwarna Sang M erah Putih diatas topan gelombang

digempalkan dalam genggaman persatuan tekad dari seluruh rakjat kita, jang berdjenisan suku itu dari Sabang sampai M erauke.

bambu-runtjing,

jang

Proklamasi 17 Agustus 1945, jang dimaksudkan sebagai suatu pembuka prelude dari zaman baru jang hendak menjingsing, diterima dengan segala keridaan serta pengurbanan djiwa dan harta dari rakjat

kita, jang jakin terhadap kedjajaan tjita 2 nasional kita bersama. Kita tidak dapat mengatakan, bahwa perdjuangan Kemerdekaan nasional kita semendjak waktu itu adalah ibaratnja berlenggang-lenggok ditaman sari jang disinari bulan tjuatja, tetapi perdjuangan tersebut ada- lah menempuh hutan-rimba, onak dan duri kesulitan.

Djangan tenggelam dalam riam kepuasan. Dan djikalau kita sekarang menoleh kebelakang, melihat pengala-

man 2 jang telah kita lalui, maka kita tidaklah dapat menjembunjikan rasa sedih, melihat waktu jang terbuang dan menjaksikan pengham- buran tenaga dan kekajaan bangsa jang sia 2 . Dalam kita berdiri sedjenak menuruti kenangan dimasa jang lampau, tidaklah boleh kita memitjing- kan mata jang kritis, mengempiskan perut jang akan luka, terhadap kealpaan bersama, ataupun kesalahpahaman kita semua dalam mem- pergunakan dan merealisir pengertian „ Kemerdekaan Nasional", jang kita miliki itu.

Didalam kita beria-gembira, berketjimpung dalam kolam ke- sukaan waktu ulang-tahun ke X hari Proklamasi ini, djanganlah kita sampai tenggelam dalam riam kepuasaan, jang bisa menghanjutkan.

Sesudah tiap 2 pertempuran, haruslah panglima perang jang bidjaksana menindjau front lasjkarnja untuk mengetahui dimana garis 2 pertahanan 482 Sesudah tiap 2 pertempuran, haruslah panglima perang jang bidjaksana menindjau front lasjkarnja untuk mengetahui dimana garis 2 pertahanan 482

Dalam kesadaran inilah pula kita harus mengakui, bahwa energi masjarakat jang bergelora membandjir keluar itu, karena didobrak re- volusi dari segala tambatan dan alangannja jang lama, tidak lekas

sanggup kita alirkan kepada saluran 2 jang konstruktif. Gelora nafsu manusia jang terlepas dari ikatan disiplin itu, meluap, membandjir, sehingga melupakan batas 2 -an jang teratur sampai merusak tanaman dalam kampung dan halaman sendiri. Dengan kesedihan, kita sama 2 menjaksikan betapa sebagai bangsa, kita mempergunakan „ Kemerdekaan" itu, untuk mendapat kebebasan merintangi kelantjaran pembangunan nasional jang positif, dan untuk

bisa „ merdeka" menghitam-memutihkan se-mau 2 -nja menurut pandangan dan kepentingan sendiri.

Kehilangan „ the feel for priority" . Demokrasi jang kita tjita 2 -kan itu dalam penglaksanaan realitetnja, tempo 2 sampai merupakan „ demo-crazy", jang telah membawa kita ber- sama kedalam rawa krisis jang berdjenisan ragam. "Maka semuanja itu telah menjebabkan bahwa persoalan 2 pokok, pembinaan kemakmuran rakjat, pembangunan perlengkapan Negara jang efisien, persoalan jang harus dihadapi dengan rentjana dan per- hitungan jang dingin, bukan sadja terbengkalai, malah terluput dari pandangan mata.

Tenggelam dalam keinginan dan kehendak jang ter-tumpuk 2 , kita seringkali kehilangan ukuran untuk menentukan mana jang didahulu- kan dan mana jang harus diberikutkan. Lama sudah kita kehilangan apa jang dinamakan orang "the feel for priority" dan sudah terlampau

lama kita menerawang di-awang 2 .

Berbeda dengan perkembangan dan kegiatan jang diperlihatkan oleh negara 2 tetangga kita, seperti India, Pakistan dan Burma jang ham- pir bersamaan dengan kita merebut kemerdekaannja. Disana mereka sudah ber-tahun 2 membulatkan pikiran dan tenaga bangsa untuk me- metjahkan persoalan 2 pokok itu, menjabarkan segenap potensi bangsa dan tanah air dengan elan dan enthousiasme, tetapi tertib dan siste- matis untuk mentjapai tingkat perikehidupan lahir dan batin jang lebih lajak bagi satu bangsa jang merdeka dan berdaulat.

Bukan maksud saja membawa saudara 2 tenggelam dalam satu penolehan kebelakang jang suram, tidak ! Sebab dibawah gelombang udjian dan tjobaan jang telah datang gulung-bergulung menampar

Walaupun bagaimana topan krisis mengamuk, ternjata potensi itu senantiasa mampu mendjaga agar bahtera Negara dan bangsa kita, wa- laupun tempo 2 ojang dan oleng, tetapi tetap berlajar terus tak sampai hanjut dibawa arus.

Damir murni rakjat. Jang saja maksud ialah hati murni, damir jang sutji murni dari

rakjat Indonesia, jang terpendam dalam dasar batinnja bangsa kita. Ia bukan kekuatan materiil, tetapi suatu kekuatan immateriil, jang biasanja tak terlihat sepintas lalu.

Tempo 2 ia diliputi oleh buih, buih jang terapung keatas lantaran memang ringan timbangannja. Akan tetapi, memang sebagaimana jang diibaratkan oleh kalam Ilahi, „ buih tidaklah bersipat tetap dan kekal, jang tinggal tetap adalah apa jang bermanfaat bagi manusia"

(Q.s. Ar-Ra'd: 17).

Djangan saudara 2 sangka bahwa hati-nurani itu hanja dimiliki oleh salah satu atau dua golongan sadja, atau hanja bertemu dikalangan orang jang dinamakan tjerdik-pandai. Tidak ! Ia bersemajam dalam kalbu

puluhan djuta rakjat Indonesia, dari kota sampai ke-pinggir 2 gunung. Mungkin kebanjakan mereka buta-huruf, dan buta-politik, akan tetapi mereka sama sekali bukan buta-hati. Hati-nurani, damir ini, merupakan pantjaindera keenam, jang dengan tadjam dan halus mampu membe- dakan mana jang buruk, mana jang baik, mana jang tulen, mana jang palsu, mana jang halal, mana jang haram.

Tempo 2 ia dapat dipermainkan buat waktu jang singkat, akan tetapi pada saat 2 jang tertentu ia mampu merasakan diri dan kekuat- annja, kekuatan memulihkan hak, kekuatan menghalaukan batil kem- bali. Berbahagialah bangsa kita bangsa Indonesia jang memiliki damir, memiliki hati-nurani ini. Ia merupakan bekal perdjuangan dan sumber tenaga jang tak kundjung kering. Ia merupakan pesemaian tempat para pemuka dan pemimpin dapat menjemai benih kebadjikan lahir dan ba- tin. Asal benihnja benih jang bersih, dan tangan jang menjebarkannja tangan jang sutji, maka ia akan memberi hasil. Dan apa jang tak ber- sipat bersih akan ia muntahkan kembali.

Tak perlu bimbang. 486

Berdiri diatas kapal perbatasan ulang-tahun ke X Proklamasi Ke- merdekaan Indonesia ini, maka penolehan kebelakang itu akan mengu-

penuh dengan harapan dan kemungkinan 2 jang gilang-gemilang. De- ngan dibekali peladjaran dari pengalaman jang sudah 2 , maka kita tak perlu bimbang menghadapi pertjobaan 2 jang menggunung didepan kita, jang dengan hidajat Tuhan pasti dapat kita atasi. Mari kita sama 2 membuka halaman baharu. Dihadapan kita terbentang lapangan perdjuangan jang memikat hati tiap para pedjuang. Berbekalkan potensi bangsa jang njata ada, berpedomankan penga- laman jang telah kita peroleh serta disinari oleh elan perdjuangan jang tak boleh padam dan dinaungi oleh taufik dan keridaan Ilahi, bersih dari rasa mengkal, dendam dan kasumat, diliputi oleh suasana segar,

penuh harapan dan persaudaraan, mari kita sama 2 mengajunkan lang- kah menempuh medan perdjuangan jang dihadapan kita ini. Perdjuang- an membina bangsa dengan rentjana dan sistematik !

Djangan sangsi dan ragu, sesungguhnja Tuhan beserta kita !

20 Agustus 1955.

488