PIDATO MEMPERINGATI HARI LAHIRNJA MOHAMMAD ALI JINNAH PADA TANGGAL 25 DESEMBER 1953.

9. PIDATO MEMPERINGATI HARI LAHIRNJA MOHAMMAD ALI JINNAH PADA TANGGAL 25 DESEMBER 1953.

Hari ini kita memperingati hari-lahirnja almarhum Mohammad Ali Jinnah, jang digelari oleh bangsanja dengan gelar „ Quaid-i-A'zam", Pemimpin Besar. Kalau saja boleh mengingatkan disini, adalah salah satu dari adjaran jang penting dari Islam berkenaan dengan menge-

nangkan orang 2 besar jang telah berpulang, jakni kita kaum Muslimin tidaklah harus meratap-menangisi matinja seseorang jang telah me- ninggal.

Demikianpun peringatan 2 jang diadakan berkenaan dengan wafatnja Djundjungan kita Muhammad s.a.w. jang dilakukan sedjalan dengan memperingati hari maulidnja, hari lahirnja, oleh karena hari

lahir dan wafatnja sama 2 djatuh pada tanggal 12 Rabiul-Awal. Adapun peringatan kelahirannja itu, bukanlah satu peringatan ten-

tang kehidupan Rasulullah sebagai person atau individu se-mata 2 , akan tetapi bersipat mengenangkan kembali hidupnja jang diisi dengan per- djuangan terus-menerus dalam membina umat jang takwa.

Demikianlah apabila kita memperingati hari lahirnja Mohammad Ali Jinnah, kita tidaklah memperingati kehidupannja sebagai orang- perseorangan, akan tetapi memperingati tugasnja jang amat berat jang telah ditunaikannja dalam membina umat dan Negara Pakistan, ber- dasarkan kehendak dan adjaran Nabi Muhammad s.a.w..

Setiap orang jang kenal akan riwajat Pemimpin Besar ini, pasti mengetahui, bahwa walaupun bagaimana besar keinginan dan keras usahanja untuk mentjapai tudjuan, jakni mentjapai kesatuan bagi selu- ruh penduduk dari semenandjung jang dahulu disebutkan British India itu, tapi achirnja ia mendirikan Negara Pakistan, jang dilepaskannja dari semenandjung itu.

Keputusan jang penghabisan jang diambil oleh Mohammad Ali Jinnah ini, bukanlah didorong se-mata 2 oleh keinginannja sendiri, atau untuk kemegahan diri-pribadinja sendiri, akan tetapi adalah setelah ia menghabiskan umurnja jang begitu lama, dan mendjalankan ichtiar dan

usaha jang begitu banjak dan sungguh 2 , achirnja ia sampai kepada ke- jakinan, bahwa kesatuan dari rakjat dan bangsa 2 disemenandjung itu

Tuntutan hidup ! Tuntutan hidup jang mengakibatkan tuntutan kaum Muslimin di British India untuk memperoleh tanah-air jang tersendiri, njatanja tidak- lah didasarkan kepada „ agama", jakni „ agama" dengan arti jang sem- pit, akan tetapi sebagaimana jang dibuktikan oleh sedjarah, bersum-

ber kepada pokok 2 persoalan jang asasi dan pembawaan serta perkem- bangan sedjarah, jakni bahwa kaum Hindu dan kaum Muslimin disana mempunjai kebudajaan masing 2 dan tersendiri, mempunjai perdjalanan riwajat dan bahasa masing 2 pula, dan jang terutama mempunjai peman- dangan serta falsafah hidup (outlook on life) sendiri 2 jang amat besar perbedaannja. Demikian besarnja sehingga tidak dapat diatasi oleh tenaga pemimpin 2 jang ada pada kedua belah pihak, sebagaimana jang diuraikan oleh Dr. Iqbal, dan oleh Jinnah, chithah jang mereka tempuh itu, bukan didasarkan oleh mereka kepada apa jang dinamakan teori „ dua agama, tetapi atas teori dua bangsa".

Perdjalanan riwajat semendjak peristiwa Jallianwala di Amrit- sar tahun 1919 telah mengakibatkan terpisahnja Muslim League dari Congress jang tadinja mempunjai panggung politik jang sama. Kesu- dahannja mengakibatkan terbagi-dua-nja semenandjung itu mendjadi Pakistan dan Union of India, atau Bhara, sebagaimana jang tersebut

dalam Undang 2 Dasar mereka. Mungkin ada diantara para-penindjau jang tidak dapat menjetudjui djalan proses pembagian itu, akan tetapi baiklah kiranja proses jang demikian itu dilihat dalam rangkaian perdjalanan sedjarah, dimana tidak ada satu peristiwa jang berdiri sendiri akan tetapi kait-berkait dengan apa jang ada sebelumnja, kait-berkait sebagai perkaitan sebab dengan musabab, perkaitan „ challenge" dengan „ response", kata orang sekarang.

Realisasi dari kehendak rakjat dengan tjara demokratis. Keadaan jang njata seperti sekarang ini, ialah bahwa Pakistan adalah suatu realisasi, satu pendjelmaan dari kehendak jang dinjatakan dengan tjara demokratis dari rakjatnja jang berdjumlah hampir 80 mi- liun. Pendjelmaan dari kehendak rakjatlah jang melahirkan Pakistan dalam tahun 1947.

Apakah gerangan kehendak rakjat itu ? Dengan mengambil perkataan dari Pemimpin Besarnja jang kita

Islam dan kaidah 2 -nja tentang keadilan sosial terlaksana dalam hidup kemasjarakatannja. Dan hasrat ini berdasarkan atas kejakinan mereka, bahwa adjaran 2 Islam, kaidah 2 Islam dan sjariatnja bukanlah di- peruntukkan bagi satu 2 masa, atau bagi satu 2 bangsa jang tertentu. Adalah kejakinan bagi umat Islam, bahwa adjaran dan kaidah 2 Islam itu adalah diperuntukkan bagi kebahagiaan seluruh umat ma- nusia dan dapat dilaksanakan dimanapun dan dimasa apapun djuga.

Bukan se-mata 2 perasaan dari kalangan kaum Muslimin, akan te- tapi semua golongan 2 jang beragama sadar bahwa bahaja 2 jang diha- dapi oleh dunia sekarang ini, dan perasaan tidak-aman jang bertambah lama bertambah meluas adalah disebabkan oleh hasrat 2 dan ke c ende - rungan jang bersipat serba-kebendaan, jang ternjata makin lama, makin tidak dapat didamaikan dan diredakan. Bukan se-mata 2 dikalangan umat Islam, akan tetapi semua orang jang hidup beragama bertambah lama bertambah jakin, bahwa sudah datang saatnja, manusia harus

kembali kepada Tuhan, dan tidak se-mata 2 dikendalikan oleh keinginan jang berdasarkan serba-kebendaan. Colleqium atau munazharah jang baru diadakan di Princeton University di Amerika Serikat, adalah pula satu peristiwa jang men- djadi bukti, bagaimana sungguh 2 -nja golongan beragama lain, ingin mempeladjari adjaran 2 Islam itu serta penglaksanaannja dalam keadaan dunia seperti sekarang ini.

Saja kemukakan hal ini, untuk menegaskan, bahwa pembinaan Pa- kistan dan apa jang terdjadi dalam Pakistan sebagai laboratorium dari penglaksanaan adjaran Islam dalam hidup kemasjarakatan dan kenega- raan sekarang dan dihari depan, — semua itu bukanlah tumbuh dari

keinginan satu orang atau beberapa gelintir pemimpin 2 , bahkan bukan- lah se-mata 2 membajangkan hasrat dan alam pikiran dari rakjat Pakistan 227 keinginan satu orang atau beberapa gelintir pemimpin 2 , bahkan bukan- lah se-mata 2 membajangkan hasrat dan alam pikiran dari rakjat Pakistan 227

Tak kenal, maka tak tjinta. Sebagaimana kita ketahui, baru 2 ini Madjelis Konstituante Pakistan

sudah memperbincangkan U. U. D. Pakistan. Mereka telah menjalakan bahwa Negara Pakistan adalah Republik Islam Pakistan. Antara lain

telah mereka tetapkan bahwa tidaklah akan ada peraturan 2 dan undang 2 jang bertentangan dengan Quran dan Sunnah, bahwa kaidah 2 demok- rasi, kemerdekaan, persamaan hak, tasamuh atau toleransi, keadilan sosial, kemerdekaan beragama, djaminan atas golongan ketjil, sebagai- mana jang dikemukakan oleh adjaran Islam, harus terlaksana dengan sempurna.

Jang demikian itu adalah satu langkah jang sangat berani. Satu langkah membawa tanggung-djawab jang amat besar pula. Saja katakan demikian, oleh karena dewasa ini adalah suatu perasaan jang deras, — kalau belum dapat dinamakan satu kejakinan —, dikalangan jang

bukan Muslimin, malah djuga dikalangan Muslimin, se-akan 2 pelak- sanaan dari sjariah ataupun keinginan hendak mendirikan satu negara jang berdasar Islam itu adalah tidak demokratis dan merupakan tingkat dan sipat pembawaan dari zaman Abad-Pertengahan. Sesungguhnja dja- lan pikiran jang demikian bukanlah sekedar ditudjukan sebagai tan- tangan terhadap istilah Negara Islam sebagai nomenclatuur disamping

lain 2 nomenclatuur atau sebutan „ Negara Sosial", „ Republik Komunis atau Soviet" atau jang sematjam itu. Pikiran jang demikian itu pada hakikatnja ditudjukan sebagai tantangan atau challenge terhadap hal

jang lebih mendalam, jakni mengkwalifisir bahwa adjaran 2 dan ideologi Islam itu, se-akan 2 hanja tjotjok dengan keadaan Abad 2 -Pertengahan, se-akan 2 Islam itu tidak demokratis menurut ukuran dari demokrasi, atau dari apa jang dinamakan orang „ demokrasi" sekarang ini. Tjukup kiranja disini saja tegaskan bahwa bagi mereka jang sudi sedikit mendalami struktur Islam itu sebagai ideologi dan falsafah hidup, pasti akan bertemu dengan satu elemen didalamnja jang melin-

dungi adjaran 2 Islam itu dari kebekuan dan keadaan statis, dan meme- lihara kesegarannja dari zaman kezaman. Jang saja maksud dengan elemen itu ialah idjtihad. Idjtihad sebagai salah satu dasar jang asasi

dalam Islam, memetjahkan soal 2 duniawi jang terus ber-ubah 2 dan tumbuh. Oleh karena itu pernjataan tentang adjaran 2 Islam itu seperti tidak demokratis dan berbau Abad Pertengahan adalah disebabkan ke-

kurangan pengertian se-mata 2 .

Kewadjiban dan udjian besar atas rakjat Pakistan. 229

Apabila orang mengatakan, bahwa sjarkt Islam itu tidak dapat dilaksanakan dalam masa „ modern" seperti sekarang ini, djangan dilupa-

dizamannja ber-abad 2 semasa umat Islam berada dalam kelemahan lahir dan batin, dan tidak berdaja apa 2 dalam negeri masing 2 . Oleh karena itu adalah sekarang mendjadi kewadjiban atas pun- dak umat Islam umumnja, dan rakjat Pakistan chususnja supaja mereka memahamkan sungguh 2 akan adjaran 2 Islam jang dinamakan sjariat itu dan mentjiptakannja dalam amal dan perbuatan. Tundjukkan kepada dunia bahwa Islam itu mampu untuk meng- hadapi dan memetjahkan pokok-persoalan prikehidupan dalam dunia sekarang ini. Mata seluruh dunia, mata lawan dan kawan tertu- dju kepada Pakistan dan rakjatnja. Kita mengharap dan mendoakan agar umat Islam di Pakistan dapat menempuh udjian besar ini dengan gilang-gemilang.

Secularisme. Dalam pada itu ada satu hal jang menarik perhatian orang ba-

njak dewasa ini, jaitu seruan 2 jang sering kali terdengar bahwa „ agama" harus dipisahkan dari soal 2 kenegaraan. Paham sematjam jang tadinja timbul di Barat, sekarang diambil oper oleh Timur, dengan istilah „ secularisme". „ Secular" dalam arti lafzinja ialah mengurus hal 2 keduniawian.

Adapun „ secular" dalam arti politis sebagai jang tumbuh di Barat jang sekarang mulai berkembang dikalangan bangsa 2 Timur jang baru bangun, ialah : memisahkan hal jang mengenai hidup ruhani dari hal jang mengenai hidup duniawi, — - sebagai dua lapangan terpisah dan malah dianggap berlawanan —, dari dengan

mengutamakan hal 2 duniawi (temporal) atas hal ruhani (spiritual). Malah paham „ secularisme" tsb. se-akan 2 sudah merupakan satu dogma, kepertjajaan bagi penganutnja. Secularisme ini terang berasal dari ke- tidakpahaman, atau peng-engkaran dari kepentingan hukum 2 Ilahi dalam mengatur kehidupan pribadi manusia ataupun bangsa 2 serta

nasib prikemanusiaan seluruhnja. Jang aneh ialah bahwa sampai dewasa ini di Barat itu sendiri tempat lahirnja paham „ secularisme" itu, undang 2 mereka walaupun sebagai teori, masih didasarkan kepada asas 2 dari tuntunan dan hukum Ilahi.

Upatjara 2 penobatan Kepala Negara tidak lepas dari upatjara agama, jang berasal dari „ Abad-Pertengahan" jang dianggap orang sekarang sudah ortodox dan kuno itu. Tidak kurang pula ada ke-

tentuan 2 dalam Undang 2 Dasar mereka, bahwa seorang Kepala Negara

dapat mendorong dan memaksa manusia untuk mentaati undang 2 itu. Apabila penilaian terhadap agama bertambah lemah, kesadaran akan hukum dan ketaatan kepada hukum akan kehilangan kekuatan- nja dalam masjarakat manusia dan akan bertambah pulalah perasaan tidak aman lahir dan batin, sebagaimana jang dapat kita saksikan de- wasa ini dalam dunia jang terpetjah-belah dalam firkah dan persekutu-

an 2 , jang ber-lumba 2 sengit mentjari kekuasaan serba-kebendaan, materialistk potver.

Perintis gerak kembali kepada Tuhan. Hari ini kita memperingati hari lahirnja Quaid-i-A'zam Moham- mad Ali Jinnah. Kita ingin menghormatinja, bukan sebagai orang-per- seorangan, akan tetapi sebagai seorang perintis, jang mempunjai kebe- ranian dan kekuatan batin, untuk memelopori gerak meninggalkan paham secularisme, jang pada hakikatnja djauh dari djudjur itu. Oleh karena secularisme jang dianut atas nama „ kemerdekaan

beragama", pada hakikatnja adalah mengingkari akan adjaran 2 agama, dan dengan demikian ditudjukan kepada mengingkari akan sumber abadi dari hukum dan mengingkari akan kesadaran hukum dan ketaatan kepada hukum. Kita menghormati Mohammad Ali Jinnah sebagai se- orang pelopor dari pada gerak jang sehat itu, jakni Gerak kembali kepada Tuhan, dan kita jakin, bahwa dalam hal ini ia berhak atas penghargaan dari umat manusia umumnja.

Kita berdoa kepada Allah s.w.t., mudah 2 -an Allah Jang Maha Rahim, mengurniakan rahmat-Nja atas Pemimpin Besar ini, almarhum Mohammad Ali Jinnah.

23 Des. 1953