PENGARUH ISRA' DAN M I'RADJ DALAM PERKEM BANGA N M ASJA RA KA T.
11. PENGARUH ISRA' DAN M I'RADJ DALAM PERKEM BANGA N M ASJA RA KA T.
Pada tiap 2 27 Radjab tahun Hidjrah umat Islam seluruh dunia membuat peringatan, sebab pada tanggal itu, beberapa abad jang lampau, di Mekah Al-Mukarramah, telah terdjadi suatu peristiwa luar biasa jang menggemparkan alam, jaitu Nabi Muhammad s.a.w., Djundjungan kaum Muslimin telah diperintahkan Allah s.w.t. mendjalankan Isra' dan Mi'- radj untuk menerima kewadjiban fardlu-'ain jang sangat penting, ialah salat lima waktu sehari semalam, langsung dari Allah, Tuhan semesta alam.
telah mendjalankan hamba-Nja, Nabi M uhammad s.a.w. pada malam hari dari Al-Masdjidil-Haram di M ekah ke Al-M asdjidil-Aqsha di Baitul-M uqaddas. Kami berkati sekelilingnja
„ M ahasut)i Allah,
Tuhan
jang
sebagian dari pada tanda 2 kebesaran Kami; sesungguhnja Dialah Tuhan jang Mahamen- dengar dan M ahamelihat" (Al-Quran, surat Isra': 1). Kedjadian jang luar biasa itu diterima orang, — pada waktu ter- djadinja, pada waktu sekarang dan seterusnja pada masa jang akan datang —, dengan ber-matjam 2 penerimaan. Ada jang menerima de- ngan — amanna wa shadaqna — kami pertjaja dan kami benarkan ; ada jang tawar-menawar lebih dahulu baru mau menerima dan ada pula jang enggan menerima sama sekali, walaupun telah diberikan bukti dan kenjataannja.
untuk Kami
perlihatkan kepadanja
Riwajat Isra' dan Mi'radj dibatjakan orang sebagai peringatan, untuk mengenangkan Nabi jang sangat ditjintai dan didjundjung tinggi itu. Tetapi jang terlebih penting dari semua itu, ialah untuk mengambil teladan dari perdjalanan dan perbuatan Nabi Muhammad s.a.w. jang semuanja mengandung kebaikan, baik dalam perkara ibadah terhadap Tuhan, maupun dalam urusan mu'amalah pergaulan dengan sesama manusia.
Disini hendak kita uraikan satu perkara penting berkenaan dengan hari peringatan Isra' dan Mi'radj ini, sedang perkara itu tepat benar dengan keadaan perdjuangan kita sekarang, ialah tentang „ atsarut- tauhid", atau bekas-tauhid jang dipusatkan dalam ibadah salat lima
Adapun pertalian Nabi Muhammad dengan Tuhannja mengatasi
Ibadah salat itu mendjadi pusat kekuatan batin, tempat mengisi ruh tauhid jang hakiki terhadap Chalik, sehingga bersih dari pada kutu 2 sjirik jang - melemahkan djiwa. Kemudian mengalir ia mendjadi amal mu'amalah kepada machluk dalam peri laku jang adil, djauh dari pada perbuatan tjurang, rendah dan nista, bahkan dengan baiknja pertalian kepada Allah jang dilakukan dengan perantaraan salat itu, Allah baikkan amal mu'amalah terhadap machluk:
„ Pertama sekali jang dibuat perhitungan atas diri seseorang ham-
ba pada hari kiamat, ialah perkara salat. Maka apabila beres salatnya, nistjaja bereslah segala amalnya. Dan apabila rusak salatnya, nistjaya rusaklah segala amalnya" (H. Riwajat Thabrani).
Bagaimanakah salat itu dapat mendjamin perkara besar itu ! Dari pada djiwa jang kuat tauhidnja, beriman sungguh kepada
Allah, akan tetap mengalir segala perbuatan mulia dan terpudji. Dia tidak hidup untuk kepentingan diri sendiri, tetapi untuk kemanfaatan sekalian, semua jang tergolong machluk Allah. Dan hampir terhapus dari djiwanja, segala sipat djahat dan rendah. Lantaran itu timbullah dari djiwanja jang telah bersih itu, sipat mengutamakan kepentingan umum lebih dari kepentingan diri sendiri, rela berkurban, ichlas me- njabung djiwa untuk kebadjikan umum.
Seorang mu'min jang sungguh bertauhid kepada Allah, tidak akan mau berlaku zalim, sebab zalim itu menentang salah satu dari pada sipat Allah, jaitu adil. Tidak pula dia kasar dan keras kepala, sebab Tuhannja berifat Ar-Rahmanir-Rahim, pengasih-penjajang. Tidak pula berlaku dusta, menipu dan nifak, sebab kelaknja dia akan mengadakan perhitungan dihadapan Allah jang bersipat Al-'Alimul-Chabir, Maha mengetahui
dan Mahahalus pengetahuan-Nja: „ Jang mengetahui ketyurangan mata dan apa 2 yang disembunyikan didalam hati" . (Q.s. Al-Mu'min: 19). Tidak pula dia merasa lemah, hina dan penakut, sebab dia menge- tahui, bahwasanja jang demikian itu tidak ada gunanja karena segala perkara tergenggam ditangan Allah.
Dari sipat 2 mulia demikian, terbitlah tjabang mendjadi seruan dan adyakan, untuk kebaikan dan perbaikan umum. Sebab djiwa mu'min jang hakiki itu tidak suka dirinja sendiri dan diri manusia disekeliling-
Sebagaimana menjeru kepada tauhid mendjadi satu kehebatan bagi manusia, maka atsarut-tauhid jang menimbulkan susunan hidup baru dan mengubah keadaan masjarakat itu, adalah lebih besar lagi ke- hebatannja. Perhatikanlah buktinja:
Orang gunung jang beradat menguburkan hidup 2 anak 2 perempu- annja, dan menganggap mulia menumpahkan darah telah mendjadi manusia jang sangat chusju' dan tadlarru', lantaran mengerdjakan salat itu.
Keluarga jang beradat mempusakai isteri 2 bapanja, telah mendjadi keluarga jang sutji, menghormati dan memuliakan kedudukan kaum ibu, dengan arti jang se-benar 2 -nja, lantaran mengerdjakan salat itu. Satu kabilah jang tidak mengenal kebenaran hanja untuk bangsa- nja sendiri, dan tidak mendjaga hak tawanan dan tanggungan hanja kalau dari golongan sukunja, telah mendjadi suku dan kabilah jang pernah mengembalikan harta benda kaum Nashara Himsha, karena
mereka berkeberatan memelihara orang 2 tawanan, lantaran mengerdja- kan salat itu. Kaum bangsawan jang pekerdjaannja memperbudakkan manusia, telah mendjadi golongan jang takut betul kepada Allah, tetapi tidak takut menerima tjelaan dan edjekan orang dalam membela kebenaran, lantaran pengaruh salat itu.
Seorang hamba Allah jang kasar, kemudian telah mendjadi Cha- lifatul Muslimin jang disegani kawan dan lawan, jang pernah dibantah oleh seorang perempuan dihadapan chalajak ramai, sehingga Chalifah tadi berkata terus terang: „ Benar perempuan itu dan 'Umar jang salah" .
Dan dia pula jang pernah menulis surat kepada salah .seorang wali- negaranja di Mesir lantaran anak wali itu mengganggu seorang Kristen; diantaranja surat itu berbunji: „ Mengapakah kamu memper- budakkan manusia, padahal ibunja melahirkannja dalam merdeka" .
'Umar berubah djadi demikian, lantaran pengaruh salat itu. Bagaimanakah djalannja sehingga serentak dalam segala lapisan
dan tingkatan terdjadi perubahan mendjadi baik dan didjadikan tjontoh teladan oleh umat jang kemudiannja ? Djalannja jang njata kepada kita ialah: menjadarkan djiwa orang itu dilakukan sedjalan dan serentak, untuk dirinja dan untuk umum, karena kepentingan orang seorang „ al- fard" atau individu itu bergantung kepada kepentingan „ al-djamaah, masjarakat umum.
Perbedaan Agama Islam dengan Agama 2 lain, jaitu Agama Islam tidak hanja mengatur peribadatan kepada Allah se-mata 2 dan mening- galkan penjembahan kepada jang lain-Nja, tetapi disamping itu Islam
dan dengan umat jang ber-matjam 2 . Dan, didjadikannja sasaran jang terutama, perbaikan pergaulan. Sehingga urusan dalam ibadat itu sendiri didjadikan perantaraan untuk menjampaikan perbaikan umum. Dan umat Islam dalam pergaulan umum adalah sebagai mata rantai jang erat pertaliannja, sebagai batu tembok jang teguh-meneguhkan, sebagai anggota badan jang kalau sakit sebagian merasa sakit semua, ber-
tolong 2 -an, bantu-membantu untuk menolak segala kerusakan jang me- ngenai orang seorang dan jang mengenai umum. Menjatukan kepentingan orang seorang dengan kepentingan umum, dan membangkitkan pendapat umum jang sehat dan baik, hanjalah dapat dilakukan dengan perantaraan penerangan jang tahan udji. Apa-
bila semua golongan telah menepati hak 2 dan kewadjibannja jang sah dan betul, nistjaja pendapat umum itu akan mendjadi satu dan kuat, jang dapat dialirkan untuk meluruskan mana 2 jang bengkok dalam masjarakat dan untuk membetulkan maha 2 jang salah keluar dari djalan kebenaran. Maka golongan jang bekerdja memperbaiki kerusakan masjarakat itu, hendaklah lebih dahulu bekerdja menjadarkan djiwa orang seorang untuk kepentingan umum, dan menjadarkan djiwa umum untuk ke- pentingan djiwa orang seorang.
Perasaan kesadaran dan keinsafan jang halus tetapi kuat itu, jang berguna untuk perbaikan masjarakat dalam segala lapangan, serta dalam segala masa dan zaman, hanjalah bisa didapati dengan menanamkan
benar 2 perasaan tauhid kepada Tuhan Jang Maha Esa, sehingga atsarut- tauhid itu melimpah kealam luas mendjadi rahmat bagi sekalian mach- luk. Hal ini hanjalah dapat dilaksanakan oleh djiwa jang memegang teguh „ atsarut-tauhid" itu, jaitu djiwa dan djasmani jang tegak, ruku' dan sudjud kepada Allah, tegasnja orang jang mengerdjakan salat.
Djustru, dalam saat sebagai sekarang, jakni dalam pada kita sedang membangunkan kesadaran bersama untuk keutamaan hidup jang se- benarnja, udjud salat ini akan sangat besar sumbangannja bagi kedja- jaan Indonesia.
Inilah jang harus kita ingati pada peringatan Isra' dan Mi'radj ini.
27 M aret 1954