SENGKETA IRIAN MERUNTJING.

6. SENGKETA IRIAN MERUNTJING.

Ketika Kabinet jang sekarang ini baru dibentuk dan mulai dengan pekerdjaannja, maka diantara programnja jang penting 2 dan dinjatakan akan dilaksanakan, adalah pembatalan Unie Indonesia-Belanda dan mem- perdjuangkan Irian selekas mungkin.

Kesan jang timbul mengenai sikap Pemerintah ini tentulah meng- gembirakan bagi rakjat umumnja. Apa jang selama ini mendjadi tun tutan rakjat dalam rapat 2 raksasa dalam waktu jang tidak lama akan diperdjuangkan oleh Pemerintah. Sesuai dengan tjetusan pidato 2 para politisi didalam dan diluar Parlemen, soal itu tjotjok pula dengan ke-

inginan jang me-njala 2 dalam dada Bung Karno !

Unie Indonesia-Belanda memang harus diganti dengan perdjandjian internasional biasa, karena alasan untuk melandjutkannja sebenarnja sudah tidak ada lagi. Irian Barat memang harus masuk wilajah Repu- blik Indonesia, biarpun bagaimana membulak-baliknja, dia adalah tetap claim-nasional Indonesia.

Jang belum terang diwaktu itu bagi chalajak ramai hanjalah, mana dari jang dua itu jang lebih dulu hendak diperdjuangkan oleh Pemerin- tah dan bagaimana kira 2 tjara jang hendak ditempuh. Atas pertanjaan Parlemen kepada Pemerintah, bagaimana rentjana Pemerintah dalam memperdjuangkan Irian, Pemerintah mendjawab bahwa itu adalah beleid Pemerintah sendiri.

M isi Supomo. Maka dikirimlah oleh Pemerintah utusannja, — suatu misi jang diketuai oleh Prof. Mr. Dr. Supomo —, ke Negeri Belanda untuk meng- adakan perundingan permulaan bagi penjelesaian pertikaian Indonesia- Belanda. Dari apa jang terbetik keluar, chalajak ramai mendapat kesim- pulan, bahwa pembitjaraan jang akan dilakukan itu terutama tentang pembatalan Unie. Djadi soal Unie dulu, Irian belakangan.

Akan tetapi setelah misi ini kembali ke Indonesia, maka banjak- lah timbul pertanjaan bagi orang tentang soal ini. Tidak banjak jang dapat didengar tentang hasil perundingan misi Supomo di Nederland, sebagai usaha pemetjahan soal jang dihadapi Pemerintah itu. Mengenai Unie mau tidak mau orang hanja mendapat kesan bahwa pembatalannja dan menggantinja dengan perdjandjian internasional, belum begitu lan- tjar. Dan dari komunike pihak Belanda kita dapat kesimpulan, bahwa

Pemerintah Belanda dapat menginsafi, bahwa Unie itu dengan sendirinja tidak berarti lagi, apabila salah satu dari kedua pihak sudah tidak

Soal Irian muntjul. Sementara itu dengan mendadak tersiarlah berita, bahwa Belanda akan mentjantumkan Irian Barat kedalam Undang 2 Dasarnja sebagai ba- gian dari wilajah keradjaannja. Hal ini bagi Indonesia dengan sendiri- nja menggemparkan, bukan sadja bagi rakjat dan para politisi akan tetapi djuga bagi Pemerintah Indonesia. Soal Irian mendjadi hangat !

Pemerintah kita segera meminta keterangan pada Komisaris Agung Belanda di Djakarta, jang esok harinja sudah dapat memberikan kete- rangan jang diminta dari Nederland itu. Pada hakikatnja keterangan jang diberikan ini membenarkan apa jang telah disiarkan oleh berita 2 surat kabar itu. Pemeritnah Belanda memang berniat mentjantumkan Irian Barat sebagai „ Nederlands Nieuw-Guinea" kedalam Undang 2

Dasar-mereka, dengan mengemukakan alasan 2 juridis formil. Dan pada achir keterangannja diberikan pula pendjelasan, bahwa sikap mereka untuk mengusulkan perubahan dalam Undang 2 Dasarnja itu tidak akan berarti mempengaruhi djalan perundingan guna penjelesaian sengketa Irian Barat dengan Indonesia.

Keterangan ini lebih banjak memperhangat dari pada meredakan suasana. Prawoto Mangkusasmito dari Masjumi menerangkan antara lain : „ Suara dari Pemerintah Belanda itu tidak mengherankan dari sudah kita kenal dari semendjak revolusi. Mereka senantiasa berpikir legal- istis. Kalau adu „ juristerij", kita djuga bisa ! Akan tetapi soalnja tidak bisa diselesaikan dilapangan legalisme, tapi dilapangan politik". Dilain

tempat Prawoto berkata: „ Dalam menghadapi soal 2 praktis politik se- perti soal Unie, Irian dll.-nja itu, kita harus bersikap „ een groot volk waardig".

Dalam pada itu dari lain 2 kalangan politisi kita, seperti Mr. Su- narjo dari P.N.I. terdengar djuga suara 2 „ supaja Indonesia mengambil tindakan jang eenzijdig djuga". Bentuk Pemerintah Propinsi Irian Ba- rat. Angkat seorang Gubernur ! Putuskan hubungan Unie dengan tidak

usah berunding lagi !" begitu matjam 2 suara dari masjarakat.

Reaksi Pemerintah Indonesia. Setelah mendengar keterangan jang diberikan oleh Pemerintah

Belanda itu, Pemerintah kita tetap menjatakan tidak puasnja atas ke- terangan itu. Satu komunike Pemerintah menamakan tindakan Pemerin- tah Belanda itu, satu perbuatan jang „ tidak senonoh". Suatu memoran- dum lantas dimadjukan kepada Komisaris Agung Belanda, jang me- njatakan protes keras dari Pemerintah Indonesia.

Dan didalam memorandum ini dituntutlah pula oleh Pemerintah kita supaja sengketa Irian ini dimadjukan sebagai atjara dalam perun- dingan antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Belanda, jang segera akan diadakan dalam bulan Nopember ini di Den Haag. Maka dalam perundingan bulan Nopember itu akan dibitjarakan selain dari pada penggantian Unie mendjadi perdjandjian internasional, djuga soal Irian Barat. Kedua soal ini berbarengan akan mendjadi pokok atjara.

Dengan ini penjelesaian soal Irian Barat dipertjepat, lebih tjepat dari waktu jang mungkin telah dirantjang dulu, ketika berniat menda- hulukan pembatalan Unie.

Soal Irian Barat mendjadi soal urgent sebagai akibat dan reaksi atas sikap Belanda diwaktu suasana sedang naik mendjadi hangat kem- bali, disaat suara rakjat jang menuntut sedang menggemuruh dan tje-

tusan para politisi sedang ber-kobar 2 .

Situasi seperti ini, jang harus dihadapi oleh Pemerintah, memang bukan gampang. Pemerintah memang perlu mempunjai pandangan fmg terang, persediaan jang lengkap untuk mengendalikan perkembangan 2 jang dihadapinja dalam memperdjuangkan Irian Barat, jang hendak di- sekali-guskan dengan pembatalan Unie itu.

Satu 2 -nja jang perlu dipegang teguh oleh Pemerintah kini, ialah, bahwa dia tetap dapat mengendalikan keadaan dan bukan sebaliknja Pemerintah dikendalikan oleh keadaan.

Demikian harapan kita.