POKOK PERSOALAN 17 OKTOBER.

15. POKOK PERSOALAN 17 OKTOBER.

Konperensi perwira 2 di Jogjakarta sudah menghasilkan beberapa keputusan jang penting 2 . Pokok keputusan itu ialah melikwidasi bekas 2 keretakan dalam kalangan tentara sendiri jang ditinggalkan oleh apa jang dinamakan „ peristiwa 17 Oktober".

Soal „ peristiwa 17 Oktober" sebagai keseluruhannja („ voorspel", peristiwanja, dan „ naspelnja") itu sebenarnja mempunjai tiga aspek : aspek politik, aspek juridis dan aspek jang mengenai organik ketentara-

an sendiri. Lama soal ini ter-katung 2 belum mendapat penjelesaian ! Pertama oleh karena orang terus ragu 2 , dari sudut mana dari jang tiga itu harus dimulai penjelesaiannja. Dari sudut juridiskah, atau dari su- dut politiskah atau dari sudut organik ketentaraankah. Lagi pula pen-

dapat ber-beda 2 tentang apakah sesungguhnja jang dinamakan „ penje- lesaian" itu.

Tindakan* jang telah diambil. Pemerintah Wilopo buat sementara telah mengambil beberapa tindakan administratif, sambil menunggu kelandjutan penjelesaian, jang menurut pendapatnja harus melalui djalan juridis. Djaksa Agung sudah

memeriksa beberapa perwira 2 jang dianggap bersangkutan. Dan kabar- nja sudah hampir selesai dan akan dibawa kemuka hakim. Dalam pada itu Presiden selaku Panglima Tertinggi telah pula mengadakan suatu

pertemuan perwira 2 seluruh Indonesia di Istana Merdeka diachir tahun 1953, untuk memulihkan keutuhan Angkatan Darat. Entah bagaimana hasil dari pertemuan besar itu kita tidak men- dengar apa 2 , selain dari pada membatja statemen dari perwira 2 pene- rangan jang samar 2 , ditambah dengan tjeritera 2 burung dari mulut- kemulut. Dari Kedjaksaan Agung djuga tidak didengar apa 2 lagi. Dimana tersangkutnja soal ini chalajak ramai tidak mengetahuinja. Apakah lantaran usaha Istana „ sudah menjelesaikan" semua persoalan, ataukah lantaran usaha Djaksa Agung dan usaha Istana itu satu sama lain ber- tentangan djalan, kita tidak tahu !

Parlemen sendiri jang tadinja oleh peristiwa 17 Oktober itu ter- antjam kedudukannja, sudah lama „ stabil" kembali; dan sudah dapat ramai 2 memperdebatkan dan menggoalkan apa jang dinamakan P.P. 35,

Akan dipengapakan bekas K.S.A.D. Kolonel Nasution beserta per- wira lainnja jang ber-sama 2 dengan dia telah dibebaskan, akan dipenga- pakan perwira 2 jang lain jang telah bertindak di Makassar, di Palem- bang dan di Surabaja, tindakan mana dianggap sebagai akibat dari peristiwa 17 Oktober itu, akan bagaimana reorganisasi Angkatan Darat

dan pembangunan Angkatan Perang seterusnja, — tentang soal 2 ini baik publik diluar, maupun politisi dalam Parlemen atau Kabinet, tidak menundjukkan nafsu jang agak besar untuk menghadapinja dengan

sungguh 2 dan setjara langsung mengenai pokok persoalan.

Kesedaran baru. Rupanja sementara itu dalam kalangan tentara sendiri timbul kesedaran baru, jakni bahwa dengan ter-katung 2 -nja soal ini, jang

paling menderita ialah tentara sendiri, jakni tidak ada ketenteraman hati untuk bekerdja dan mulai timbulnja gedjala 2 apatis, — masa-bo- doh —, dan terhentinja pembangunan ketentaraan sama sekali. Maka rupanja inilah faktor jang mendorong mereka untuk meng- ambil inisiatif mentjoba menjelesaikan apa jang dapat mereka selesai- kan dalam kalangan Angkatan Darat sendiri.

Perwira 2 dari seluruh Indonesia telah berkumpul dan telah berusaha mengatasi segala matjam perasaan antara mereka dengan mereka, dan membulatkan tekad untuk mendjaga keutuhan tentara. Dalam hal ini kita dapat bersjukur bahwa konperensi tersebut sudah mentjapai tu- djuannja.

Dalam pada itu, apabila orang menjangka bahwa pokok persoalan sebagai keseluruhan sudah selesai sama sekali, tentu orang itu akan salah tampa !

Apa jang sudah tertjapai oleh konperensi itu adalah se-mata 2 satu langkah untuk melapangkan djalan bagi Pemerintah dan politisi umum- nja untuk melandjutkan usaha penjelesaian. Apa jang diberikan oleh konperensi itu ialah pentjiptaan satu suasana jang baik didalam ka-

langan mereka sendiri, agar tindakan 2 selandjutnja dari Pemerintah tidak lagi akan disangkut-pautkan sangat dengan soal apa jang dina- makan „ pro dan kontra" 17 Oktober. Dengan ini sebenarnja kalangan tentara sudah memberikan modal kepada Pemerintah untuk mengha-

Pokok persoalan. Tergantung kepada kemampuan Pemerintah apakah modal jang

telah diberikan itu akan mewudjudkan hasil 2 jang positif dalam rangka pembangunan ketentaraan dan Negara pada umumnja, ataukah akan mendjadi kenang 2 -an semata, sedang soal-pokoknja tenggelam ditengah djalan. Menurut hemat kita berkat obat jang diberikan oleh waktu selama dua tahun setengah, orang sudah harus mampu melihat persoalan dalam proporsi jang sebenarnja.

Pokok persoalan jang fundamentil ialah soal pembangunan keten- taraan. Jakni pembangunan tentara jang tumbuh dalam revolusi dari ber-bagai 2 laskar dan badan 2 perdjuangan dan jang sudah mendjalankan revolusi itu dengan hasil jang baik selama 5 tahun. Jang selebihnja adalah rentetan aksi dan reaksi jang bersumber kepada soal pokok ini.

Untuk pembangunan ini diperlukan reorganisasi. Rentjana reorga- nisasi ini tadinja tidak disetudjui oleh sebagian dari tentara. Perten- tangan pendapat dalam tentara ini sebelum sampai dapat diatasi dalam lingkungan tentara sendiri, telah diambil oper oleh Parlemen. Parlemen

bermaksud hendak mengoreksi tentara. Langkah 2 jang telah diambil oleh Parlemen dirasakan oleh sebagian tentara dan pimpinannja sebagai tindakan jang berkelebihan atau meliwati batas. Tentara jang mengang- gap demikian bermaksud hendak mengoreksi Parlemen dengan apa jang disebutkan peristiwa 17 Oktober. „ Langkah pengoreksian" ini di- rasakan sebagai langkah jang berkelebihan atau meliwati batas pula

oleh sebagian tentara jang lain di-daerah 2 . Mereka ini hendak mengo- reksi pula tentara di Djakarta dengan tjara mereka sendiri, jakni sebagai peristiwa Makassar, Surabaja dan Palembang. Inipun dianggap meliwati batas !

Demikianlah telah terdjadi suatu aksi jang diikuti aksi dan reaksi jang be-rangkai 2 sehingga semua jang bersangkutan, baik politisi atau- pun tentara sendiri, kebanjakannja tak tahu dari mana soal ini harus diselesaikan lebih dahulu. Sedangkan pokok persoalan jang mendjadi dasar, hilang ditengah.

Funksi hasil konperensi. Maka funksi dari hasil konperensi perwira di Jogjakarta itu, dalam hubungan ini memutuskan suatu lingkaran jang tadinja tak berudjung- berpangkal. Kita mengharapkan supaja Pemerintah dapat memulai lang-

kah 2 -nja dengan tjara jang positif dan menudju kepada pokok-persoa- 410 kah 2 -nja dengan tjara jang positif dan menudju kepada pokok-persoa- 410

djawabkan serta untuk itu memobilisir segala tenaga 2 potensil jang baik, jang ada dalam lingkungan ketentaraan. Kalau ini tidak hendak diusahakan sungguh 2 , dan orang merasa sudah lega dan berhenti ditengah djalan oleh karena tentara toch tidak „ rewel 2 " lagi, sedangkan beberapa „ biang-keladi" jang tadinja meru- pakan „ duri dalam daging" toch sudah disingkirkan setjara administratif atau setjara legal dan parlementer, orang lalu anggap soalnja sudah

selesai, — maka kita chawatir bahwa semua usaha 2 perwira di Jogja- karta itu termasuk upatjara persumpahan-pembulatan-tekad, akan sia 2 belaka. Mudah 2 -an djanganlah demikian !

10 M aret 1953