SARI CHOTBAH IDULFITRI DILAPANGAN IKA DA , DJA KA RTA , 1 SJAWAL 1371. II

5. SARI CHOTBAH IDULFITRI DILAPANGAN IKA DA , DJA KA RTA , 1 SJAWAL 1371. II

Alhamdulillah, Tuhan Jang Maha Pemurah telah mengurniai kita lagi kesempatan pada tahun ini untuk merajakan 'Idulfitri, hari mulia jang kita sambut sebagai kita umat Muhammad dengan takbir dan tahmid : Allahu Akbar wa lillahil hamd.

Telah kita tjukupkan ibadah puasa kita dalam bulan Ramadan, dan telah kita tunaikan ia sesuai dengan perintah Allah. Mudah 2 -an puasa kita itu diterima dengan makbul hendaknja sebagai ibadah hamba-Nja jang ichlas, sampai memberi bekas jang tetap pada diri dan djiwa kita masing 2 . Bekas, jang berupa kesadaran akan kedudukan kita sebagai machluk Tuhan. Dan kesadaran akan tempat kita masing 2 didalam pergaulan sebagai anggota masjarakat. Mudah 2 -an latihan ruhani jang telah kita djalani itu membersihkan djiwa kita dari pada sipat 2 angkara murka, dari tamak dan hawa nafsu jang mendjadi pokok pangkal keruntuhan achlak, kerusakan sendi 2 ke- hidupan umat dan bangsa. Mari kita sambut dan rajakan 'Idulfitri ini dengan memakai ni'mat Ilahi menurut kadar rezeki jang telah kita peroleh dengan djalan jang halal. Mari kita rasakan ni'mat Tuhan dengan sjukur kanaah, me- rasa bahagia dengan apa jang ada pada diri kita, bebas dari sipat tabzir

dan ber-lebih 2 an, tidak melampaui batas kekuatan dan keadaan kita ma- sing 2 . Mari kita tjari kebahagiaan 'Idulfitri ini dengan memberikan sebahagian dari harta kita kepada saudara 2 kita jang lemah, jang ber- hak atasnja, jakni fakir dan miskin ! Marilah kita sama 2 lepaskan mereka dari pada beredar me-minta 2 dihari ini ! Mari kita biasakan mentjari kebahagiaan dengan memuaskan rasa bahagia kedalam kalbu sesama kita !

Pada hari ini kita lepaskan pikiran kita dari pada kesibukan pen- tjaharian nafkah se-hari 2 dan kita letakkan sebentar pekerdjaan jang kita pikul menurut tugas dan pekerdjaan kita, jang seringkah memakan waktu dan perhatian kita, sehingga oleh karena asjik dengan bagian

Kita perbanjak maaf, kita habisi perasaan dendam dan dengki antara satu dengan jang lain, jang mungkin telah tumbuh di-saat 2 jang kita tidak awas, lengah dan lalai. Marilah kita buka halaman baru, jang lebih sehat bagi pergaulan antara satu dengan jang lain.

Kita jang telah mendjalani ibadah puasa dari tahun ketahun silih-berganti, adalah ibarat orang bertenun. Harapan kita ialah me- nenun sipat 2 dan budi pekerti jang mulia mendjadi pakaian pribadi kita, mudah 2 -an

dengan bertambah landjutnja umur, makin masak dan mendalamlah keluhuran budi; bertambah tinggi kelapangan dada dan bertambah luas kedjernihan pandangan, jaitu sipat orang 2 jang takwa kepada Ilahi. Semuanja adalah sendi* tempat berdirinja suatu umat, bangsa dan negara.

Demikianlah mudah z -an kita terpelihara dari keadaan jang diperi- ngatkan dalam Al-Quran: „ Dan djanganlah kamu djadi seperti pe- rempuan dalam tjerita lama jang merombak kembali tenunannja sehelai benang demi sehelai, sesudah ditenunnja" (Q.s.*An-Nahl: 192).

aspek (djihat) dari pada hidup berdjamaah, jang didasarkan atas takwa kepada Tuhan. Hanja dengan memelihara bulat persaudaraan dalam ikatan djamaah, dapat kita mengharapkan selamat dan sedjahtera didalam hidup, baik sebagai perseorangan maupun untuk kesedjahteraan masjarakat kita ber- sama seluruhnja. Tidak ada tempat dalam hidup djamaah itu ber-bela- kang^-an, hidup dengan tidak indah-mengindahkan antara satu dengan jang lain, apalagi hidup bertentangan, hidup berebutan, jang seorang mengharapkan untung atau merasa bangga atas kerugian orang jang lain.

'Idulfitri memperingati

Tolong-menolong adalah adat dunia jang hendak selamat! Jang demikian itu adalah bertentangan djauh dengan paham „ berebut hidup" jang dibawakan orang dengan nama struggle for life; paham jang mendjandjikan kedjajaan menjambung njawa dan memandjangkan hi- dup bagi jang menang jang lebih kuat (survival o f the fittest), sambil menewaskan,

mengetjewakan hidup siapa jang lemah, jang kurang pandai. Bukanlah perebutan hidup jang harus mendjadi pokok pangkal dari pada hidup berdjamaah itu, melainkan ber-lumba 2 berbuat baik, membanjakkan manfaat bagi sesama manusia seperti tersebut dalam

Hadits: „ Se-baik s manusia ialah orang jang paling banjak bermanfaat bagi sesama manusia" .

Djuga paham kita tidak memakai sembojan : „ Barang jang tidak ka- mu sukai bagi dirimu, djangan kamu lakukan kepada orang lain" , jakni suatu sembojan negatif jang mengutamakan tidak berbuat, tetapi meng- adjarkan: „ Lakukanlah kepada orang lain barang apa jang kamu ke- hendaki orang berbuat bagi dirimu !"

Setingkat demi setingkat dalam perdjalanan riwajat, djamaah ma- nusia menempuh kemadjuan dan mendapat pengetahuan. Diusahakan- nja mempergunakan pengetahuan itu untuk menjempurnakan dan me- mahirkan beberapa kepandaian bagi menambah penghasilan, jang

mendjadi keperluan manusia dengan menggunakan apa 2 jang terdapat dimuka bumi, dari pada hasil tambang, tumbuh 2 -an dan satwa-hewan, sampai achirnja, segala benda dan tenaga alam dapat dichidmatkan- nja kepada manusia.

Hidup kita sebagai Muslimin jang harus merupakan kehidupan berdjamaah itu, memikulkan atas pundak kita segala usaha untuk mengamankan, menjentosakan, menjedjahterakan kehidupan mas?ng 2 dan kehidupan bersama dalam djamaah itu. Inilah jang dinamakan „ wadjib kifajah", jang mesti ditjukupkan dalam susunan masjarakat jang

teratur. Tapi jang tiap 2 kita tidak terlepas dari pada tanggungan, apa- bila masih ada diantara keperluan itu jang belum ditjukupi. Tang- gungan masing 2 adalah menurut kadar dan kedudukan masing 2 pula. M aka njatalah, bahwa tuntutan Islam itu bertentangan dengan tiap 2 paham jang memetjah-belah manusia atas golongan 2 jang berten- tangan kepentingan, jang dengan tegasnja diistilahkan mereka, golo- ngan jang satu hanja akan djaja dengan tunduk atau binasanja golongan jang lain, dengan tidak mengenal ampun.

Pandangan kita kepada sesama manusia amatlah luasnja. Seluruh manusia baik warna kulit, bangsa dan keturunan apapun, semuanja adalah dari satu keturunan belaka. Seluruh bangsa di Timur dan di Barat, disemua benua dan daerah, adalah umat jang satu. Dan hidajat ke-Islamanpun bukanlah monopoli suatu golongan. Seorang manusia, atau suatu golongan, tidaklah berlebih dari pada saudaranja, ketjuali karena takwanja.

Kehidupan, bukanlah perebutan rezeki dan pengaruh. Bukan tin- dasan jang kuat kepada jang lemah. Bukan pertentangan jang kaja dengan jang miskin. Tapi hidup ialah perlumbaan didalam menegakkan

Sesungguhnja bahaja jang lebih djahat mengantjam hidup dan ke- hidupan negara umumnja dengan kebinasaan, ialah apabila kita ter-bawa* oleh adjaran jang batil, kita terdjerumus kedalam djurang perpetjahan

mendjadi golongan dan kelas 8 jang merasa berperang antara satu dengan jang lain, dengan tidak mengenal takwa, tidak mengindah- kan, bahkan memungkiri perintah dan petundjuk dari pada Tuhan jang M aha Esa dalam Agamanja, bahkan Tuhan itupun dimungkirinja.

Dalam paham mereka jang batil itu, tidak ada tempat lagi bagi keadilan jang berdiri atas dasar hak, melainkan bagi mereka hak itu idah segala apa jang dapat direbutnja dengan paksaan, kekerasan dan beradu tenaga belaka. Antjaman, paksaan, perkosaan, segala itu dibo- lehkan asal dapat mentjapai maksudnja.

Terang sekali bahwa paham dan perbuatan mereka jang memakai- nja itulah, jang dinjatakan salah dan sesat dalam firman Allah: „ Diantara manusia ada jang sedap kata*-nja kaudengar tentang kehidupan, dan ianja bersumpah menjaksikan baik isi hatinja, padahal sesungguhnja ia itu degil dan se-djahat 2 manusia. Di balik pembelakangan usahanja tak lain dimuka bumi, melainkan merusak dan menjesatkan, membinasakan hasil usaha pertanian dan ternak. Padahal Allah tak suka kepada perbuatan merusak itu" (Q.s. Al-Baqarah : 204-205).

Disini adjaran Quran menundjukkan tanda 2 untuk mengenali mereka jang munkar itu dengan perbuatan mereka, jaitu merugikan, merusakkan usaha penghasilan jang perlu untuk segala manusia, de- ngan tudjuan membukti segala kekuasaan.

Djika berhasil usaha mereka nistjaja rusaklah pertalian persau- daraan dalam djamaah dan disingkirkannjalah iman kepada Tuhan jang Maha Esa.

Dalam perdjalanan kemadjuan dunia kebendaan, jang berlaku pesat didunia Barat diabad ke 19, memang telah dilupakan orang ke- ruhanian. Bangga dengan kedjajaan atas kebendaan itu, dengan tak

sadar mendjadikan manusia hamba kebendaan, jang me-mudja 2 hasil perbuatan tangannja sendiri. Maka berkobarlah hawa-nafsu loba, tamak dan gila harta. Kemewahan diburu dan selalu hendak lebih dari jang sudah tertjapai. Dan apabila berhasil kemewahan harta, dihidupkannjalah nafsu kekuasaan.

Itulah munkar dan fasad, jang merusak dan menjesatkan. Munkar jang harus ditentang, ditjegah meradjalelanja.

Tapi, djalan menentangnja tidaklah dengan mengobarkan nafsu

„ Se-kali 2 tidaklah kebadjikan dapat disamakan dengan kedjahatan. Maka hendaklah

engkau menentang kedjahatan dengan jang lebih baik!" (Q.s. Ha-Mim As-Sadjdah : 34).

Untuk memelihara langkah didjalan kebenaran, kita harus men- djauhi perasaan memihak pihak jang satu dan menentang pihak jang lain. Dengan ichlas kita harus memelihara damai dan mempertahankan damai dengan berpedoman keadilan belaka, tidak tergoda oleh perasaan bentji atau tjinta, seperti maksud firman Allah:

„ Hai kaum jang beriman, hendaklah kamu tegakkan kebenaran jang dari Allah itu dan hendaklah djadi saksi atas perbuatan jang adil. Djanganlah se-kal? rasa bentji akan sesuatu, mendjerumuskan kamu kepada perbuatan tidak adil. Berlakulah adillah, karena adil itu dekat kepada takwa. Maka ingat dan berdjaga dirilah kamu terhadap Allah,

dan ketahuilah bahwa sesungguhnja Allah mengetahui apa 2 perbuatan- mu !" (Al-Quran, surat Al-Maidah : 8).

Oleh karena itu djanganlah kita ter-bawa 2 oleh pihak jang katanja hendak mentjegah peperangan antara negara, tapi pada hakikatnja mengasut dan membangkitkan peperangan saudara dalam tiap 2 negara. Tidak pula kita dapat menerima paham bahwa perdamaian dan keselamatan dunia hanja dapat ditjapai dibalik satu peperangan dunia jang baru dan bahwa satu 2 -nja pilihan jang tepat ialah lekas 2 turut berbaris pada salah satu pihak, sehingga sempurnalah pembelahan dunia mendjadi dua bagian, jang penuh bersendjata, sedia menggempur ber-

hadap 2 -^ dan pada kedua pihak hidup me-njala 2 nafsu bentji dan bengis sampai achirnja tidak mengindahkan bahaja jang akan menimpa, jaitu kebinasaan disegala pendjuru, tak ada menang tak ada kalah, melainkan rusak binasa semuanja.

Itulah bala bentjana jang harus disingkirkan menurut perintah Allah s.w.t. „ M aka pagarilah dirimu dari pada huru-hara jang kelak tidak akan menimbulkan bala hanja atas mereka jang berbuat tjedera sadja dan ketahuilah bahwa sesungguhnja Allah sangat dahsjat hukum-Nja (Q.s. Al-Anfal: 25).

Dalam hal ini kita djangan salah mendasarkan sikap. Kita salah mendasarkannja, djika sikap itu dihasilkan oleh takut kesini dan 175 Dalam hal ini kita djangan salah mendasarkan sikap. Kita salah mendasarkannja, djika sikap itu dihasilkan oleh takut kesini dan 175

jang memikul tanggungan, menjampaikan pesan petundjuk kepada se- gala

dalam firman Allah: „ Dan demikianlah telah Kami djadikan kamu umat pertengahan supaja kamu mendjadi saksi atas segala manusia sebagai djuga Pesuruh Allah mendjadi saksi atas kamu" (Q.s. Al-Baqarah : 143).

manusia dimuka

Kita diberi titel oleh Tuhan „ chaira ummatin". Kamu jang se-baik 2 umat untuk manusia, sebab kamu menjuruh berbuat ma'ruf, dan mentjegah berbuat jang munkar, dan kamu pertjaja kepada Allah.

Kepertjajaan kepada Allah itulah jang menimbulkan keberanian kita menjuruh berbuat ma'ruf. Keberanian menjuruh berbuat baik, ada- lah besar dari pada kemerdekaan menjatakan pikiran. Keberanian mene- gur mana jang salah, adalah besar dari pada kemerdekaan iradah. Dan iman kepada Allah, mendjadi puntjak dari semua kemerdekaan. Itulah kemerdekaan djiwa, sebab tidak ada tempat takut selain Allah.

Senantiasa tetaplah kalimat La ilaha illallah itu memberi manfa- at kepada barang siapa jang mengutjapkannja. Dan senantiasa akan ter- tolaklah dari pada mereka itu azab dan siksaan Tuhan, selama hak ka-

limat itu tidak di-sia 2 -kan, demikian Hadist Rasulullah s.a.w. Sahabat 2 - nja bertanja „ Bagaimanakah jang dikatakan me-njia 2 -kan hak itu, ja, Rasulullah ?" Djawab beliau : „ Sudah terang 2 orang melakukan pendurhakaan kepada Allah, pada hal tidak diingkari dan diubahnja". Dengan demikian teranglah, bahwa kita menghadapi suatu "kewa- djiban jang tegas dan mulia terhadap kepada dunia segenapnja dan peri kemanusiaan seluruhnja. Kewadjiban itu menghendaki dari kita kepertjajaan akan diri sendiri dan kepertjajaan itu hanja dapat kita tjapai, djikalau dalam negeri dan dalam bangsa sendiri, kita tidak berpetjah belah. Dengan demikian kita menjusun diri sebagai djamaah, terikat . dalam pertalian persaudaraan, menurut perintah Allah.

Pada hari 'Idulfitri ini, marilah kita sama 2 insaf bahwa kita u- mat Muhammad dan mempunjai pegangan jang tentu 2 . Terang apa jang kita tolak dan tegas pula apa alternatif, penggantinja jang kita tudju. Kita umat M uhammad, mempunjai tugas, mendukung suatu risalah ! Risalah jang patut dan lajak, jang hanja dapat kita tjapai dengan

Djuli 1952