DENGAN „KOMANDO-TERACHIR" MERANTJAH KEDALAM RAWA.

22. DENGAN „KOMANDO-TERACHIR" MERANTJAH KEDALAM RAWA.

" Panggilan Negara" dengan prestise Presiden ternyata tak mempan.

Istilah „ komando-terachir" ini telah berumur kira 2 setahun lebih. Istilah tsb disembojankan di-tengah 2 chalajak ramai oleh golongan jang berkuasa sekarang ini, sebagai satu pernjataan, bahwa mereka akan menjelesaikan soal keamanan di Indonesia dengan „ tjara tegas" . Sem-

bojan ini dilontarkan di-tengah 2 agitasi terhadap politik jang ditempuh oleh Kabinet 2 jang lalu, jang katanja tidak tjukup tegas bertindak ter- hadap gerombolan, terutama agitasi itu dilontarkan oleh P.K.I. dan P.N.I. Dengan sembojan jang gagah-menggarang, Pemerintah memulai tindakan 2 jang „ tegas" itu. Namanja „ komando-terachir" jakni me- njuruh „ sendjata dan bedil supaja berbitjara" . Dengan segala kekuatan jang ada pada Pemerintah ini setahun lamanja sendjata dan bedil sudah berbitjara. Dan dalam hal ini tidak ada satupun jang dapat menghalangi Pemerintah, Pemerintah jang mempunjai sokongan begitu kuat dalam Parlemen.

Selain dari pada itu, telah dilakukan pula „ Panggilan Negara" oleh Presiden sendiri. Presiden telah bersedia untuk mempertaruhkan segenap prestisenja, memanggil Kahar Muzakkar dengan pengikut 2 -nja supaja menghentikan perlawanan. Sesudah waktu jang ditentukan liwat, dan ternjata bahwa tidak ada jang mentaati, maka diperintahkan lagi „ komando-terachir" untuk membasmi gerombolan dari darat, laut dan udara.

Sesudah itu terdengar kabar, bahwa sudah banjak gerombolan jang menjerah. Wakil P.M. I Mr. Wongsonegoro mentjeriterakan dimuka chalajak ramai di Tasikmalaja bahwa paling sedikit dua-pertiga dari gerombolan di Sulawesi Selatan, telah menjerah. Diterangkan pula oleh Pemerintah bahwa soal belandja untuk penjelesaian keamanan di Su-

lawesi itu, tidak mendjadi soal. Kira 2 200 djuta rupiah akan dipergu- nakan untuk maksud itu. Akan tetapi, apa jang ternjata. Setelahnja Pemerintah Pusat me- ngirimkan orang ke Sulawesi untuk menindjau tempat 2 penampungan 2/ 3 dari seluruh gerombolan jang dikatakan itu, jang mestinja berdjum- lah puluhan ribu, ternjatalah bahwa jang bertemu hanja 9 orang, (batja : sembilan orang). Ini diterangkan djuga oleh Wakil P.M. II Z. Arifin. 454

Adapun tawanan 2 lain memang ada dalam bui 2 jang bertebaran, tapi adalah tahanan 2 lama sebelum „ Panggilan Negara" . Dan disamping itu

Sekali lagi Presiden kita mempertaruhkan pengaruhnja di Sulawesi Selatan, dan sekali lagi „ Panggilan Negara" diserukan terhadap gerom- bolan 2 itu, akan tetapi ternjata tidak djuga berhasil. Djangankan Sulawesi Selatan diluar kota 2 , kota Makassar sendiripun tidak merasakan ke- amanan. Tersiar kabar, bahwa Kahar Muzakkar telah meninggal dunia dan isterinja telah disiapkan untuk diberangkatkan dengan kapal terbang ke Djakarta, untuk didengar keterangan 2 -nja oleh Djaksa Agung. Akan tetapi keamanan tidak pulih lantaran meninggalnja itu. Sekarang didae- rah Sulawesi Selatan timbul istilah baru jang berbunji: „ daerah de facto". Jang dimaksud orang dengan istilah ini, ialah daerah jang terletak diluar 5 km dari djalan besar timbal balik, jang de facto dikua-

sai oleh gerombolan 2 . Ini kenjataan jang pahit dan sedih !

Dalam rangkaian rentjana 200 djuta rupiah jang katanja sudah disediakan oleh Pemerintah, untuk penjelesaian soal keamanan (terma- suk didalamnja penampungan dari pada anggota 2 gerombolan jang su- dah menjerah atau jang sudah lama ditahan) maka djawatan 2 Propinsi di Makassar telah menjusun satu rentjana untuk penampungan di Ken- dari jang hendak didjadikan sebagai daerah transmigrasi. Dengan penuh harapan mereka datang ke Djakarta untuk meminta belandja bagi usaha tersebut, jang berdjumlah beberapa puluh miliun itu. Tetapi mereka terpaksa pulang kembali dengan tangan hampa, oleh karena kata orang Djakarta, tidak ada uang. Inipun kenjataan jang sedih dan pahit!

Kita masih dapat membuat daftar lain tentang kedjadian 2 matjam ini, baik di Sulawesi Selatan ataupun di Djawa Barat, maupun di Su- matera Utara. Semua orang jang mengikuti surat kabar tentu akan

mengetahui akan hal 2 itu. Kita tidak akan memungkiri, malah dari se- mula telah menegaskan, bahwa soal penjelesaian keamanan ini bukan- lah soal jang mudah dan dangkal. Makin lama soal ini ber-larut 2 makin sulit menjelesaikannja. Kita akan sangat menghargakan Pemerintah, se- kiranja ia mengakui akan kesulitannja dan mengakui bahwa usahanja dengan sembojan „ komando-terachir" , dan „ suruhlah sendjata berbi- tjara" itu sudah tidak berhasil. Akan tetapi jang tidak dapat kita pa- hamkan sama sekali, ialah keterangan jang luar biasa dari Pemerintah

Ali-Wongso ini untuk terus berkata dengan gagah-perkasa dimuka Parlemen pada hari ulang-tahun Proklamasi baru 2 ini, se-akan 2 soal

— 3 kampung didaerah Manondjaja diserang oleh 200 orang gerom- bolan kerugian Rp. 202.375,—. — didesa Tjibeber (Djawa Barat) 35 rumah dibakar, antaranja satu mesdjid dan satu sekolah. Kerugian Rp. 162.400,—. — di Rantadjaja (Djawa Barat) 6 rumah dibakar, kerugian Rp. 27-000. — di Leuwidahu (Djawa Barat) 15 rumah dibakar. Kerugian Rp. 122.25,—. — Radjapolah (Djawa Barat) diserang oleh 100 orang gerombolan, menembak mati 2 penduduk dan membakar satu rumah. — dipinggir Tjitjalengka terdjadi pertempuran : 15 rumah dibakar,

2 orang penduduk dibunuh. — 2 orang anak hilang oleh penjerangan gerombolan di Tjiamis. Ke- rugian Rp. 80.000,— — kampung Walahar kehilangan rumah karena dibakar. Kerugian

Rp. 93.968,—. Seorang murid S.R. ditembak mati, 2 orang luka 2 . — Tjikoret dan Pasanggrahan (Djawa Barat) didatangi 100 orang gerombolan. Tiga anggota Organisasi Keamanan dibunuh. Bebe- rapa rumah digarongi. — berita dari Atjeh : dua djembatan dihantjurkan, 4 km rel kereta api dibongkar. Beberapa km dari Kutaradja, suatu tempat diduduki selama 48 djam.

Demikian berita Antara. Dan daftar ini masih boleh lagi diperpan- djang, asal radjin menerima laporan 2 dari daerah, jang banjak tidak

bertemu didalam surat 2 kabar.

Ada satu hal jang menarik hati kita tatkala Pemerintah memberikan keterangan dimuka Parlemen berkenaan dengan soal keamanan ini. Di- samping menegaskan bahwa Pemerintah akan menggunakan segenap

tenaga dan alat 2 jang ada padanja untuk membasmi pengatjau 2 ini, Pemerintah berkata bahwa ia mengharapkan bantuan dari rakjat dan dia pertjaja bahwa usahanja itu akan berhasil !

Kita pertjaja, bahwa dalam masa setahun jang lalu ini, Pemerintah telah menggerakkan-segala alat 2 : angkatan darat, laut dan udara untuk membasmi pengatjau 2 keamanan tersebut. Dan kalau sekarang sudah 458 Kita pertjaja, bahwa dalam masa setahun jang lalu ini, Pemerintah telah menggerakkan-segala alat 2 : angkatan darat, laut dan udara untuk membasmi pengatjau 2 keamanan tersebut. Dan kalau sekarang sudah 458

Pemerintah dalam lapangan ini. Sjarat tsb. jakni hati rakjat dan meng- gerakkan rakjat itu untuk membantu ! Tetapi, kalau orang berkata begini, tentu Pemerintah ini tidak akan mau menerima dan akan me- nundjukkan bahwa ia mendapat sokongan penuh dari rakjat. Dan dia akan berkata: „ lihatlah itu buktinja: ................... ", adanja suara terbanjak

dalam Parlemen jang menjokong terus 2 -an dalam Parlemen itu ! Kapankah sampai masanja pembesar 2 kita jang bertanggung-djawab sadar akan djalan buntu jang mereka tempuh ? Kapankah mereka akan kembali kepada pengertian akan kekuatan dan kelemahan masjarakat, serta aparat negerinja sendiri dan memilih djalan jang kelihatannja tidak begitu gagah, akan tetapi bersandarkan pengertian jang dalam tentang bentuk dan susunan (sociologische structuur) serta djiwa dan psichologi masjarakat, jang didjalankan dengan pandangan politik (politiek inzicht) jang tadjam, seperti jang telah berulang-kali kita kemukakan didalam dan diluar Parlemen ? ?

Apakah sesudah Pemerintah setahun lamanja melakukan pertjo- baannja jang telah gagal itu, masih djuga mau meneruskannja dan sampai berapa lamakah lagi rakjat dan Negara hendak dibawa merantjah kedalam rawa ? ?

di- bodohi oleh aparaf-nja, jang memberikan laporan keliru sama sekali, atau dia sama sekali tidak mempedulikan laporan 2 jang datang dan hanja hanjut didalam arus angan 2 (wishfulthinkmg)-nja sendiri. Kalau mereka hendak hanjut sendiri belumlah seberapa, sungguhpun hal ini tidak dapat dimaafkan oleh orang 8 jang sedang bertanggung-djawab atas kehidupan Negara. Akan tetapi tidak dapat diharapkan oleh mereka, bahwa rakjat pun akan bersedia terbuai dan terajun bersama 8 dalam wishfulthinking-nja itu. Sebab, soalnja mengenai soal mati dan hidup bagi rakjat di-daerah 8 jang bersangkutan dan bagi perdjalanan Negara selandjutnja.

Salah satu dari dua kemungkinan: Pemerintah Ali-W ongso

September 1954